Di saat negara lain terus mengalami penurunan, di Indonesia angka kejadian kanker serviks atau kanker leher rahim justru terus meningkat. Data terbaru tahun 2018 dari Global Burden Cancer atau Globocan menunjukkan 50 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat kanker serviks. Angka ini meningkat drastis dibandingkan data yang sama tahun 2012, yang “hanya” menyatakan 26 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap hari akibat kanker serviks. Naik hampir 100% nih Gengs!

 

Kira-kira mengapa korban kanker serviks di Indonesia terus berjatuhan? Tidak adalah upaya yang bisa dilakukan? Dalam diskusi tentang kanker serviks di Jakarta, Rabu (13/2), terungkap bahwa pencegahan bisa dilakukan melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

 

Baca juga: Penyakit Kutil Kelamin Apakah Bisa Jadi Kanker Serviks?

 

 

Pencegahan Primer dengan Vaksin HPV 

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus). Ada lebih dari 100 tipe HPV. Namun yang menyebabkan kanker adalah tipe yang onkogenik, utamanya tipe 16 dan 18. Sebenarnya dibandingkan jenis kanker lain, kanker serviks termasuk diuntungkan karena dapat dicegah dengan vaksin. 

 

Dijelaskan Ketua HOGI (Himpunan Ginekologi Onkologi Indonesia), Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K), vaksin HPV diperuntukkan untuk usia 9-45 tahun. Pada anak-anak perempuan usia sekolah dasar, sekitar umur 9-13 tahun, vaksinasi cukup dilakukan 2 kali, dengan interval 0-6 bulan. Sedangkan untuk usia 14 tahun ke atas, dilakukan dalam 3 dosis, dengan interval 0-2-6 bulan.

 

Vaksin yang direkomendasikan adalah vaksin kuadrivalen yang berisi 4 tipe HPV, yaitu HPV tipe 16 dan 18, yang menjadi penyebab 75% kanker serviks, dan dari tipe 6 dan 11 yang non onkogenik penyebab kutil kelamin.

 

Vaksin HPV hampir 100% melindungi wanita dari kanker serviks yang disebabkan tipe 16 dan 18. Kedua tipe ini menyebabkan 75% kanker serviks. Sehingga, vaksin yang tersedia sekarang bisa melindungi dari kemungkinan kanker serviks secara umum hingga 75%. Mengapa tidak 100% karena masih ada HPV tipe onkogenik lain yang bisa menyebabkan kanker serviks, misalnya tipe 52, 45, dan 58. Namun tipe terakhir ini mainnya keroyokan, menyebabkan kanker serviks jika rame-rame, atau bukan penyebab tunggal” jelas Prof. Andrijono.

 

Baca juga: Selain Kanker Serviks, HPV Menyebabkan 5 Jenis Kanker Lain
 

Pencegahan Sekunder dengan Deteksi Dini

Skrining merupakan pencegahan sekunder untuk kanker serviks. Ini penting untuk mendeteksi kanker serviks secara dini. Namun, menurut temuan di Australia, pap smear rutin selama 20 tahun tidak berhasil menurunkan insiden kanker serviks.

 

Akhirnya mereka berganti ke vaksin, dan insiden kanker serviks turun 40%. Australia mencanangkan 2030 bebas kanker serviks,” papar Prof. Andri. Australia telah memulai program vaksinasi HPV nasional sejak 2007.

 

Profesor dari Departemen Obsetrik dan Ginekologi FKUI/RSCm Jakarta ini menambahkan, penderita kanker serviks di Indonesia memiliki risiko kematian tinggi karena sekitar 80% pasien datang dalam stadium lanjut, dan 94% pasien yang terdeteksi dalam stadium lanjut, meninggal dalam waktu dua tahun.

 

Penyebabnya? Malas melakukan deteksi dini karena malu atau malas. “Cakupan skrining di Indonesia baru 11%, yaitu papsmear sekitar 7% dan IVA sekitar 4%,” jelasnya. Ini sangat berbeda dengan pengalaman Prof. Andri di Belanda. “Di sana, setiap perempuan usia produktif ditelepon setiap tahun untuk skrining rutin,” terangnya.

 

Baca juga: Vaksin HPV Paling Efektif Diberikan Usia 9-10 Tahun

 

Pencegahan Tersier dengan Pengobatan

Tentunya pencegahan ini sebaiknya sudah tidak perlu dilakukan, jika pencegahan primer dan sekunder sudah berjalan baik. Artinya kasus kanker serviks sudah dihilangkan. Pencegahan tersier adalah mencegah kanker serviks berkembang ke stadium lebih lanjut. Caranya, dengan pengobatan yang meliputi operasi (stadium awal), kemoterapi dan radiasi.

 

Dijelaskan dr. Venita, Ms.C, Kepala Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Provinsi DKI Jakarta, biaya pengobatan kanker jauh dari kata murah. Sekalipun memiliki asuransi, pagu hingga ratusan juta bisa habis. Bahkan harta benda pun ikut habis untuk biaya pengobatan, hingga tak bersisa.

 

Maka, perempuan harus melindungi diri dan dilindungi sedini mungkin dari kanker serviks. Kanker serviks paling banyak menyerang perempuan usia produktif. Masa di mana perempuan sedang berada dalam puncak karirnya, dan mungkin sedang sangat menikmati peran sebagai seorang ibu. “Perempuan hidup tidak hanya untuk dirinya sendiri. Begitu dia sakit, satu keluarga bahkan senegara ikut sakit,” ujar dr. Venita.

 

Nah para wanita, tidak hanya perlu memikirkan kesehatan anak perempuan untuk melakukan vaksinasi HPV. Wanita yang sudah menikah pun disarankan vaksinasi, setelah dinyatakan bebas infeksi HPV melalui papsmar. Vakin HPV akan melindungi wanita dari infeksi HPV yang tak hanya menyebebkan kanker serviks tetapi kanker orofaring, kanker vagina, dan kanker anus. (AY)

 

Baca juga: Program Nasional Vaksin HPV Diharapkan Mulai 2019

 

 Gejala kanker serviks - Guesehat