Akhir-akhir ini, kalangan netizen, khususnya ibu-ibu muda, dihebohkan dengan beberapa influencer di media sosial yang memiliki caranya tersendiri untuk membesarkan anaknya. Banyak dari ibu-ibu bertanya kepada saya, dan jujur saja hal ini juga merupakan pembelajaran untuk saya yang belum menikah dan memiliki anak.

 

Salah satu topik yang hangat dibicarakan adalah pemberian vaksin pada anak bayi. Saya tidak tahu siapa tokoh-tokoh yang berperan dalam hal kontra terhadap vaksin ini, namun saya mau mengajak teman-teman untuk membahas hal ini.

Baca juga: Imunisasi dan Vaksinasi Itu Berbeda, Lho

 

Vaksinasi merupakan pencegahan yang kita berikan ke si Kecil untuk menghindari dirinya dari berbagai macam penyakit. Zat yang dimasukkan adalah kuman yang mati atau kuman yang sudah dilemahkan. Ini tidak memberikan efek buruk, melainkan memberikan kekebalan terhadap si Buah Hati.

 

Lho, kok yang dimasukkan kumannya? Apa tidak bahaya?

Tidak, justru ini adalah cara untuk merangsang tubuh si Kecil membentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu. Namun masih perlu diikuti tata caranya ya, antara lain pemberian vaksin di saat si Kecil tidak sedang demam dan terdapat jarak waktu antara pemberian vaksin satu ke vaksin lainnya.

 

Perlu diingat bahwa terkadang kita akan menjumpai kejadian ikutan pasca-imunisasi, atau yang sering disebut dengan KIPI oleh tenaga medis. Apa saja yang mungkin terjadi? Ruam kemerahan di area suntik dan demam adalah kejadian ikutan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, anak bisa mengalami kejang dan kelemahan pada kedua kaki.

Baca juga: Bahaya Tidak Melakukan Vaksinasi

 

Wah, apa tidak apa-apa jika tetap diberikan imunisasi?

Tentu saja! Imunisasi merupakan salah satu hal yang sudah terbukti dapat menurunkan angka kejadian penyakit tertentu. Dalam bulan ini, saya baru saja mengikuti sebuah simposium anak skala nasional. Di dalam simposium tersebut, disebutkan bahwa sanitasi dan makanan yang bersih saja tidak dapat menurunkan angka kejadian diare pada anak, sehingga dibutuhkan vaksin rotavirus untuk membantu meningkatkan kekebalan terhadap hal tersebut.

 

Pada poin ini, saya sebagai klinisi memang menganjurkan teman-teman untuk memberikan vaksinasi kepada buah hati. Banyak yang mengatakan bahwa tidak diberikan imunisasi saja, anak ‘para artis’ itu tetap terlihat sehat dan menggemaskan.

 

Yes, tapi sangat banyak faktor yang berpengaruh dalam hal ini. Mungkin saja lingkungan tempat anak itu tinggal sangatlah steril. Mungkin saja makanan dan hubungannya dengan lingkungan sekitar sangat dibatasi, sehingga terpapar kuman menjadi lebih sedikit. Well, who knows?

 

Saya ingin membagikan pengalaman saya selama di rumah sakit, yang berhubungan dengan kejadian karena tidak mendapatkan vaksin. Singkat cerita, ada seorang anak berusia 9 bulan yang sudah mendapatkan semua vaksin, kecuali vaksin pneumokokus atau vaksin PCV.

 

Awalnya anak ini hanya mengalami batuk pilek biasa, namun akhirnya berkembang sampai ke otak dan mengalami radang otak. Saya sendiri yang merawat anak ini mulai dari ia masuk IGD dan keluar setelah 3 minggu dirawat. Anak ini keluar dari rumah sakit setelah 4 hari tidak sadar dan cenderung mengantuk.

 

Namun efeknya, yaitu pada akhir minggu ke-3 ketika mereka sudah mau pulang, anak ini mengalami kebutaan. Memang radang otak yang menimpanya bisa menjadi penyebabnya, bisa juga tidak. Namun ada baiknya jika kita mencegahnya dengan imunisasi, bukan?

Baca juga: Bingung Vaksin Haram atau Halal? Baca Dulu Penjelasan di Bawah Ini!