Kanker adalah penyakit yang menjadi momok selama ini. Tanpa ampun, kanker merenggut ribuan nyawa serta merebut kebebasan dan kebahagiaan jutaan jiwa.

 

Diagnosis kanker terasa seperti vonis mati bagi sebagian besar orang. Di pelupuk mata, sudah terbayang segala penderitaan yang menghadang, mulai dari mual, muntah, nyeri hebat, kebotakan, dan lain sebagainya.

 

Belum lagi bicara tentang deretan panjang tindakan medis yang menanti. Pemeriksaan-pemeriksaan yang terdengar asing di telinga dengan melibatkan alat-alat yang membuat ngeri melihatnya.

 

Rangkaian pengobatan melibatkan operasi, radiasi, kemoterapi, serta terapi-terapi lainnya. Belum memulainya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri karenanya.

 

Baca juga: Hari Kanker Sedunia, Tentukan Pilihan Sehatmu Sekarang!

 

Di antara deretan terapi-terapi mengerikan tersebut, ada satu terapi yang sangat bertolak belakang dengan terapi lainnya. Terapi ini begitu menyenangkan, menenangkan, serta membuat damai hati dan pikiran. Ada yang bisa menebak ini terapi apa? Ya, terapi musik namanya!

 

Mungkin Geng Sehat sudah pernah mendengar tentang terapi musik dari film atau buku. Terlihat begitu sederhana, ya? Eits, tunggu dulu. Kendati aktivitas dari terapi musik ini sederhana, yakni "hanya" mendengarkan atau bermain musik bersama terapis, tetapi kenyataannya tidak sesederhana itu.

 

Fakta-fakta Kanker - GueSehat.com

 

Diperlukan pengetahuan musik, psikologis, dan medis yang mumpuni untuk menjadi seorang terapis musik. Terapis musik harus bisa memilih jenis musik serta aktivitas yang tepat dalam terapi musik.

 

Mereka harus memikirkan apakah pasien kanker cukup duduk manis mendengarkan musik atau perlu ikut terlibat bermain instrumen.Mereka juga perlu memikirkan apakah pasien akan lebih senang bila diajak bernyanyi dan lain-lain.

 

Baca juga: Perjuangan Seorang Wanita dalam Melawan Kanker Ovarium

 

Secara fungsi, terapi musik memang bukan silver bullet bagi penyakit kanker. Terapi ini merupakan terapi penunjang, yang bertujuan untuk memulihkan kondisi psikologis pasien.

 

Penyakit kanker memang memiliki dampak psikologis yang luar biasa bagi penderitanya. Perubahan bentuk dan kondisi fisik memengaruhi cara pasien memandang dirinya dan tentunya menurunkan rasa percaya diri.

 

Rasa sakit serta keterbatasan gerak sering kali membuat pasien merasa bersalah dan menjadi beban bagi orang lain. Penurunan produktivitas juga membuat pasien acap kali merasa tidak berharga.

 

Belum lagi bicara deretan pengobatan yang seperti tiada habisnya dan ditambah tingginya biaya pengobatan, tentunya akan membuat pasien merasa takut dan frustasi.

 

Baca juga: 5 Hal yang Kamu Harus Tahu tentang Kemoterapi Kanker

 

Dampak psikologis ini tidak bisa dianggap enteng. Kondisi psikologis yang tidak baik sering kali membuat pasien tidak kooperatif terhadap pengobatan. Beban pikiran yang berat juga memengaruhi kualitas istirahat serta pola hidup pasien. Padahal, pola hidup yang sehat merupakan faktor penting dalam pengobatan kanker.

 

Di sinilah terapi musik berperan. Musik adalah bahasa universal yang diterima oleh semua orang. Pemilihan jenis musik yang tepat membuat seseorang lebih rileks dan memperbaiki mood-nya.

 

Pikiran yang jernih membuat mereka melihat penyakit ini secara lebih objektif dan lebih optimis dalam menghadapinya. Beberapa pasien juga merasa lebih terbuka setelah mendengarkan atau bermain musik.

 

Melalui musik, mereka merasa kembali terkoneksi dengan berbagai perasaan yang mereka hindari selama ini, serta lebih dapat mencurahkan isi hatinya.

 

Beberapa pasien mengaku, terapi musik membuat mereka merasa "normal". Selama terapi musik, mereka bisa menikmati waktu seutuhnya, teralihkan dari bayang-bayang kanker, dan tentunya seusai terapi mereka mendapat semangat baru untuk melanjutkan pengobatan serta menjalani hidup normal.

 

Baca juga: Pengobatan Kanker Lebih Terarah dengan Terapi Target

 

Seperti kata pepatah, "Hati yang gembira adalah obat." Bonus dari terapi musik, kondisi fisik pasien mengalami perbaikan. Beberapa pasien mengalami penurunan rasa nyeri setelah menerima terapi musik.

 

Mereka juga dapat mengatasi nyeri meski dosis obat pereda sakit diturunkan. Rasa mual yang dialami pun jadi berkurang dan nafsu makan meningkat. 

 

Terapi musik adalah rangkaian nada yang membawa harapan. Semoga keberadaan terapi musik dapat terus ditingkatkan, agar dapat lebih luas lagi menyebarkan harapan ya, Gengs!