Kamu yang memiliki diabetes mungkin berpikir ulang untuk melakukan operasi plastik. Apakah pengidap diabetes boleh melakukan operasi plastik? Hal apa saja sih yang sebenarnya harus diperhatikan sebelum melakukan operasi?

 

Salah satu risiko terbesar bagi penderita diabetes yang menjalani operasi plastik ialah kadar gula darah yang tinggi, sehingga mengganggu proses penyembuhan. Dalam penelitian yang diterbitkan pada 2013 pada Journal Plastic and Reconstructive Surgery, ditemukan bahwa pasien dengan gula darah yang sangat tinggi atau melebihi 200 mg/dl cenderung mengalami komplikasi pada luka bedah dan tak kunjung sembuh setelah menjalani operasi.

 

Baca juga: Banyak Penderita Diabetes di Indonesia Tidak Tahu Dirinya Mengidap Diabetes

 

Kejadian seperti wound dehiscence, keadaan luka jahitan atau sayatan operasi yang terbuka kembali ternyata dialami oleh 44% pasien diabetes dengan kadar gula darah di atas 200 mg/dl. Sedangkan orang-orang yang kadar gula darahnya normal (sekitar 100 mg/dl atau hasil gula darah sewaktu diuji setelah makan ialah 140 mg/dl) memiliki risiko luka jahitan atau sayatan terbuka kembali hanya sekitar 19%.



Seperti dikutip dari drclevens.com, peningkatan kadar Hemoglobin A1c (HbA1C) juga dapat meningkatkan risiko pasien mengalami luka diabetes yang sulit sembuh. Tingkat HbA1C tinggi menandakan pasien mengalami kesulitan untuk mengelola diabetesnya. Luka yang terbuka kembali setelah operasi pada orang dengan kadar HbA1C tinggi bisa 3 kali lebih besar dibandingkan dengan orang-orang yang sehat.



 

 

Pengaruh Operasi pada Kadar Gula Darah

Stres dapat memengaruhi kadar gula darah. Selama mengalami stres, tubuh cenderung memproduksi lebih banyak gula darah. Operasi, entah itu facelift ataupun operasi atas dasar prosedur penyelamatan nyawa, dapat membuat tubuh stres secara fisik dan memengaruhi kadar gula darah.

 

Saat sedang stres, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon daripada biasanya. Hormon-hormon yang diproduksi antara lain insulin dan kortisol. Sedangkan, saat stres mereda, hormon akan menyerap kembali sumber energi dan kadar gula darah pun kembali ke tingkat normal. Saat pasien yang memiliki diabetes dipaparkan pada sumber stres, seperti prosedur pembedahan, kadar gula yang diproduksi oleh insulin bertambah dan tidak diserap oleh sel-sel tubuh.

 

Baca juga: 7 Mitos yang Salah Kaprah tentang Obat Diabetes

 

Bolehkah Penderita Diabetes Melakukan Operasi Plastik?

Semua jenis operasi, termasuk operasi plastik, memerlukan sayatan yang kemudian menjadi luka. Pada orang tanpa diabetes, sayatan kecil yang berubah menjadi luka bisa saja berisiko pada komplikasi. Apalagi pada pasien diabetes yang kemungkinan lebih rentan terhadap perkembangan luka.



Operasi plastik boleh dilakukan pada orang dengan diabetes asalkan orang-orang tersebut memantau dan mengontrol ketat kadar gula darah mereka. Dikutip dari VeryWellHealth, orang-orang dengan diabetes juga perlu menjalani tes HbA1c terlebih dahulu, untuk mengetahui kadar glukosa dalam jangka panjang, terutama dalam 2 atau 3 bulan sebelumnya.

 

Baca juga: Ini 8 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Diabetes

 

Hasil tes harus menunjukkan angka kurang dari 7% jika Kamu ingin melakukan operasi plastik. Jika melebihi dari angka itu, kadar glukosa darah dalam 2 hingga 3 bulan terakhir berarti terlalu tinggi dan tidak terkendali, sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi.



Selain itu, operasi plastik dapat memengaruhi tubuh merespons insulin. Karenanya, dokter ahli bedah plastik harus bekerja sama dengan dokter yang menangani diabetes Kamu. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi. Pemberian obat diabetes sesegera mungkin setelah operasi selesai mungkin dapat menekan risiko luka operasi yang tidak kunjung sembuh. (TI/AS)

 

Tanda Awal Diabetes - GueSehat