Tanggal 14 November yang lalu adalah hari yang dipilih secara internasional untuk memeringati World Diabetes Day. Hal ini tentunya lumrah untuk dilakukan, mengingat prevalensi alias angka kejadian penyakit diabetes melitus yang cukup tinggi, termasuk di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan bahwa 2 dari 200 penduduk di Indonesia terdiagnosis diabetes.

 

Diabetes melitus, sering juga disebut kencing manis, adalah suatu penyakit yang bersifat lifelong atau kronis, yang ditandai dengan kadar gula darah dalam darah yang lebih tinggi dari normal. Diabetes berhubungan dengan kerja hormon insulin, hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas.

 

Insulin berfungsi ‘memasukkan’ gula dari darah ke dalam sel, agar sel dapat memproduksi energi. Pada pasien diabetes, produksi insulin berkurang atau sensitifitas sel terhadap kerja insulin berkurang. Akhirnya, gula tetap berada dalam darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel untuk menghasilkan energi.

 

Pengobatan diabetes sendiri secara garis besar dibagi menjadi pengobatan dengan obat antidiabetik oral serta dengan insulin. Sebagai seorang apoteker, saya sering mendengar beberapa mitos yang salah kaprah mengenai obat-obatan diabetes ini. Tak jarang, mitos ini justru menyebabkan pasien gagal mendapat terapi diabetes yang dibutuhkan. Apa sajakah mitos dan fakta yang sebenarnya?

 

1. Metformin dapat menyebabkan gagal ginjal

Metformin adalah obat antidiabetik oral, yang biasanya menjadi pilihan pertama pada pengobatan diabetes. Metformin mencegah glukoneogenesis alias pembentukan gula oleh organ hati. Beberapa kali saya menemui pasien diabetes yang menolak minum metformin, karena mereka mendengar info bahwa metformin dapat menyebabkan gagal ginjal.

 

Faktanya, metformin memang dieliminasi dari tubuh lewat urine, melalui saringan organ ginjal. Namun, metformin sendiri tidak menyebabkan ginjal yang tadinya baik-baik saja menjadi gagal. Jika seorang pasien memiliki riwayat penyakit ginjal kronis, metformin memang sebaiknya digunakan dengan hati-hati, karena berisiko mengalami asidosis laktat.

Baca juga: Diabetes dapat Menyebabkan Gagal Ginjal!

 

2. Jika sudah mengurangi makan dan minum yang manis-manis maka konsumsi obat diabetes dapat dihentikan

Seperti yang sudah disebutkan, diabetes adalah suatu penyakit yang bersifat lifelong. Pasien-pasien diabetes tipe 1 akan selalu memerlukan insulin setiap hari seumur hidupnya, karena tubuhnya tidak mampu memproduksi insulin sendiri.

 

Sedangkan untuk pasien diabetes tipe 2, penggunaan obat selama beberapa saat mungkin akan membuat gula darah terkontrol, dibarengi juga dengan diet yang seimbang. Pada kondisi ini, dokter mungkin akan mengizinkan penghentian terapi obat.

 

Namun tidak menutup kemungkinan, terapi obat akan dilanjutkan lagi di kemudian hari, tergantung pada perkembangan penyakit. Yang penting, sebaiknya tidak memodifikasi terapi obat diabetes tanpa pengawasan dokter, ya! Baik itu menghentikan, mengurangi, atau menambah dosis obat yang sedang digunakan.

 

3. Obat diabetes milik seseorang dapat digunakan bersama oleh orang lainnya

This is a big no! Regimen obat untuk seorang pasien diabetes akan berbeda dengan pasien lainnya, tergantung pada profil gula darah, fungsi organ tubuh, serta komplikasi yang menyertai. Jadi, sangat tidak dianjurkan untuk sharing obat, terutama karena adanya risiko efek samping hipoglikemia pada penggunaan obat diabetes yang tidak tepat.

 

4. Insulin bersumber dari babi

Seperti sudah disebutkan pada poin 2, insulin adalah terapi utama pada pasien dengan diabetes tipe 1. Pasien diabetes tipe 2 pun bisa mendapatkan terapi insulin jika kondisi gula darahnya tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan antidiabetik oral.

 

Dahulu, insulin memang dihasilkan dari hewan, terutama sapi dan babi. Namun, saat ini semua insulin yang beredar di Indonesia adalah hasil sintesis dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan, sehingga tidak mengandung sumber hewani, terutama babi.

 

Baca juga: Bingung Vaksin Haram atau Halal? Baca Dulu Penjelasan di Bawah Ini!

 

Teknologi DNA rekombinan memungkinkan pembuatan insulin yang serupa dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Namun, dengan penggantian beberapa cabang asam amino untuk menghasilkan produk dengan profil kerja tertentu (rapid acting, long acting, short acting).

 

5. Insulin dapat menyembuhkan diabetes

Hal salah kaprah berikutnya adalah bahwa insulin dapat menyembuhkan diabetes. Diabetes adalah suatu kelainan metabolis yang sifatnya tidak dapat disembuhkan. Insulin sebagai terapi diabetes tidaklah menyembuhkan, namun mengontrol kondisi diabetes dengan cara menjaga agar kadar gula dalam darah dapat berada pada batas normal yang diinginkan.

 

6. Semua pasien dengan diabetes akan mendapat terapi insulin

Seperti yang sudah disebutkan di poin nomor 2, pasien dengan diabetes tipe 1 pasti akan mendapatkan terapi insulin seumur hidupnya. Hal ini karena diabetes tipe 1 terjadi akibat tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin sendiri, sehingga dibutuhkan injeksi dari luar.

Baca juga: Minimnya Edukasi, Terapi Diabetes dengan Insulin Kurang Diminati

 

 

Sedangkan untuk pasien diabetes tipe 2, umumnya insulin bukanlah pilihan pertama. Dokter biasanya akan memberikan terapi obat oral dahulu, baik tunggal alias hanya 1 obat saja, ataupun kombinasi antara 2 atau lebih obat. Jika kadar gula darah tetap tidak terkontrol, biasanya pemberian insulin akan menjadi opsi.

 

7. Mendapatkan terapi insulin berarti penyakit diabetes sudah parah

Beberapa kali saya menemukan pasien yang menjadi sangat tertekan ketika tahu ia mendapatkan terapi insulin. Mereka menganggap jika diabetes sudah ditangani dengan insulin, maka itu artinya penyakit sudah berada pada fase end stage, parah, dan tidak tertolong lagi.

 

Diabetes tipe 2 adalah suatu penyakit yang sifatnya progresif. Jadi, memang dapat terjadi jika obat antidiabetik oral sudah tak dapat lagi mengatasi diabetes. Terapi insulin bukanlah sesuatu yang buruk. Yang harus dipahami adalah tujuan pemberiannya agar kadar gula darah tetap terjaga normal.

 

Itulah dia 7 mitos yang salah kaprah mengenai pengobatan diabetes. Terapi diabetes memang dibutuhkan secara berkelanjutan, bahkan seumur hidup. Hal ini dilakukan agar penyakit tidak berkembang ke stage lebih lanjut atau menyebabkan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Yuk, bijak menggunakan obat diabetes!