Mums, hamil ektopik dan hamil anggur merupakan dua kondisi yang memiliki gejala hampir serupa. Keduanya menunjukan hasil dan dampak yang sama, yaitu perdarahan dan nyeri di bagian perut. Namun, ada perbedaan di antara keduanya.

 

Setiap Mums yang sedang hamil, khususnya yang hamil untuk pertama kalinya, maupun yang sedang mempersiapkan kehamilan, tidak ada salahnya untuk mengetahui dua kondisi yang umum dialami ibu hamil ini, agar Mums tahu tanda dan ciri-cirinya!

 

Baca juga: Mums, Suami Bisa Mengalami Gejala Kehamilan Juga, Lho!
 

Perbedaan antara Hamil Ektopik dan Hamil Anggur

Hamil ektopik dan hamil anggur merupakan istilah yang cukup sering kita dengar. Namun, keduanya merupakan kondisi yang berbeda, Mums. Berikut penjelasan lengkapnya:

 

Hamil Ektopik

Mungkin istilah kehamilan ini jarang kita dengar ketimbang hamil anggur, tetapi ternyata cukup banyak ibu yang mengalami kondisi ini dan tidak mengerti kondisi sesungguhnya.

 

Hamil ektopik menurut ilmu medis diartikan sebagai kehamilan di luar kandungan. Kondisi ini terjadi ketika sel telur yang dibuahi tidak berpindah dan berkembang di rahim, melainkan di tetap di tuba falopi. Untuk itulah kehamilan tersebut dinamakan hamil di luar kandungan.

 

Umumnya, proses kehamilan itu terjadi ketika sel telur yang dibuahi pada tuba falopi, berpindah dan berkembang dalam rahim. Sel telur yang menempel pada dinding rahim, kemudian berkembang menjadi janin dan hidup melalui dukungan plasenta  ibu. Namun, ketika sel telur tidak berpindah dan justru berkembang di luar rahim, hal tersebut \dapat membahayakan nyawa janin.

 

Faktanya, 1 dari 50 ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik ini. Kehamilan ektopik bisa diketahui melalui USG di minggu-minggu pertama kehamilan. Jika Mums merasa aneh dengan kondisi kehamilan yang tidak wajar, sebaiknya segera konsultasikan pada dokter kandungan.

 

Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Setelah mengupayakan hidup sehat dengan konsumsi cukup serat dan olahraga secara rutin, apakah hal tersebut saja cukup untuk mencegah terjadinya kehamilan ektopik? Tentu saja tidak! Berikut adalah beberapa hal yang mesti Mums perhatikan sebagai faktor risiko kehamilan ektopik.

 

  • Kehamilan terjadi saat Mums masih menggunakan alat kontrasepsi intrauterine device (IUD).
  • Memiliki riwayat penyakit seksual menular, seperti klamidia dan gonore.
  • Pernah menderita salpingitis, atau penyakit peradangan pelvis.
  • Memiliki gangguan pada tuba fallopi.
  • Pernah menjalani operasi ektopik atau mengalami luka dari endometriosis.
  • Pernah menjalani operasi sterilisasi.
  • Mengonsumsi obat-obat penyubur, biasanya pada Mums yang menjalani bayi tabung atau in vitro fertilization.
  • Memiliki gaya hidup yang tidak sehat sebelum masa hamil, seperti merokok.
  • Penggunaan diethylstilbestrol selama masa hamil.

 

Gejala Kehamilan Ektopik

Tak perlu panik jika saat ini Mums sedang menjalani kehamilan di trimester pertama dan membaca artikel-artikel seputar masalah kehamilan. Selama kehamilan Mums normal dan tidak menunjukkan gejala berarti, sebaiknya tenangkan pikiran agar tidak berubah menjadi stres.

 

Tahu kan Mums kalau stres juga memicu terjadinya berbagai masalah kehamilan? Sebaiknya, perhatikan baik-baik gejala berikut ini yang dipastikan merupakan tanda dari kehamilan ektopik.

  • Perdarahan ringan pada vagina.
  • Sering mengalami mual dan muntah.
  • Nyeri pada perut bagian bawah.
  • Sesekali mengalami kram perut.
  • Nyeri pada satu bagian tubuh.
  • Sering merasa pusing atau lemah.
  • Nyeri pada bagian spesifik, seperti pundak dan leher.
  • Kemungkinan terjadi pingsan atau tidak sadarkan diri.

 

Apabila satu atau beberapa kondisi di atas Mums alami, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan. Jangan tunggu sampai gejala semakin buruk, sebab akan berdampak pada pengobatannya yang juga semakin sulit. Untuk itu, bersikaplah terus waspada terhadap sekecil apa pun perubahan tidak wajar yang tubuh Mums alami.

 

Baca juga: Endometriosis, Masalah yang Bisa Membuat Sulit Hamil
 

Hamil Anggur

Kondisi hamil anggur sering diartikan sebagai kehamilan kosong. Secara keilmuan, pengertian tersebut memang tepat, hanya saja definisinya bukan kosong tetapi gagal. Kegagalan ini terjadi akibat proses pembuahan yang tidak sempurna, khususnya ketika sel telur yang dibuahi tidak tumbuh dan berkembang menjadi janin.

 

Sedikit berbeda dengan kehamilan ektopik, kehamilan anggur merupakan sebuah kelainan yang termasuk dalam masalah kehamilan. Pada perkembangannya, sel telur yang dibuahi tidak berkembang menjadi janin, tetapi justru menggumpal bersama plasenta yang tidak terbentuk secara sempurna menjadi semacam kista. Kista ini sekilas bentuknya mirip dengan anggur sehingga kondisi ini disebutlah sebagai kehamilan anggur.

 

Sekilas, hamil anggur memiliki gejala yang sama dengan kehamilan normal. Inilah sebabnya banyak kasus kehamilan anggur yang tidak terdeteksi sejak dini. Namun, seiring perkembangannya, gejala-gejala berikut pun tampak, seperti perdarahan pada vagina khususnya di trimester pertama kehamilan, sering mengalami mual dan muntah yang parah, keluar gumpalan seperti kista melalui vagina, dan kerap merasakan nyeri pada panggul.

 

Faktor Risiko Terjadinya Hamil Anggur

Kondisi hamil anggur tentu saja terjadi bukan tanpa tanda. Mums dapat mendeteksinya sejak dini dan mencegahnya agar tidak terjadi. Melalui faktor-faktor inilah Mums dapat mencegahnya, khususnya jika saat ini sedang mempersiapkan kehamilan.

  • Usia ibu hamil ternyata juga berpengaruh, lho! Waspadalah jika saat ini Mums berusia di atas 40 tahun dan sedang mempersiapkan kehamilan, sebab tidak hanya kondisi tubuh yang sudah menurun kualitasnya, tetapi juga risiko kehamilan anggur semakin besar dapat dialaminya.
  • Pernah mengalami hamil anggur ternyata berisiko 6 hingga 12 kali lipat lebih besar untuk mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya ketimbang yang hamil normal.
  • Berhati-hatilah jika Mums berasal dari etnis Taiwan, Filipina, dan Jepang sebab menurut penelitian sebagian besar kasus hamil anggur dialami oleh wanita di negara tersebut.
  • Pernah mengalami keguguran.

 

Penanganan Hamil Ektopik dan Hamil Anggur

 

Apabila kehamilan ektopik atai hamil anggur sudah bisa dipastikan, maka satu-satunya cara mengananginya adalah dengan mengangkatnya (kuretase). Cara ini dianggap paling efektif, sebab dapat mencegah risiko terjadinya komplikasi. Setelah itu, dokter tetap melakukan pemantauan berupa pemeriksaan kadar hormon HCG yang dilakukan setiap 2 minggu sekali selama setengah hingga 1 tahun.

 

Fungsinya, untuk memastikan tidak adanya sel-sel abnormal yang kembali tumbuh dalam tubuh ibu serta memantau adanya gejala dari penyakit trofoblastik. Apabila ditemukan indikasi penyakit tersebut, biasanya akan segera dilakukan penanganan melalui kemoterapi. (UH)

 

Baca juga: Meski Aneh, Ini 8 Perubahan pada Vagina Selama Hamil!

 

Sumber:

WebMD. What is a Molar Pregnancy?.
WebMD. Ectopic (Extrauterine) Pregnancy.