Apa saja langkah pencegahan diabetes yang familier bagi Geng Sehat selama ini? Pola makan yang sehat? Pantau berat badan secara berkala? Rutin berolahraga? Konsumsi obat jika diperlukan? Ya, semua itu benar.

 

Namun, pernahkah Geng Sehat mendengar istilah operasi metabolik? Tujuan dari operasi ini rupanya untuk memangkas risiko diabetes pada orang obesitas. Bahkan, sudah semakin banyak penelitian yang menunjukkan manfaat dari operasi ini. Mau tahu lebih lanjut tentang inovasi operasi metabolik? Simak yuk penjelasan selengkapnya!

Baca juga: Lakukan 5 Cara Ini untuk Mencegah Obesitas Anak

 

Apa itu Operasi Metabolik?

Dilansir dari asmbs.com, situs resmi American Society for Metabolic and Bariatrik Surgery, operasi metabolik adalah konsep pembedahan ringan untuk orang-orang obesitas. Inilah solusi yang dianggap paling efektif dalam menangani obesitas stadium berat.

 

Operasi ini bertujuan untuk membantu orang yang mengalami obesitas menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan, serta menurunkan risiko penyakit kronis, misalnya diabetes tipe 2. Prosedur operasi yang dilakukan dengan menyingkirkan bagian lambung yang mengandung hormon rasa lapar paling tinggi, agar perut cepat penuh dan tak banyak menyerap kalori dari makanan.

Baca juga: Diabetes Bukan Halangan untuk Berolahraga

 

Lebih Efektif bagi Penderita Obesitas

Menurut Mitchell Roslin, MD., kepala operasi bariatrik dan metabolik di Lenox Hill Hospital, New York City, prosedur operasi ini jauh lebih efektif bagi penderita obesitas dalam jangka panjang, daripada khasiat yang ditawarkan oleh obat diabetes, sebagaimana dilansir dari prevention.com.

 

Roslin menjelaskan, pembedahan metabolik memungkinkan tubuh lebih efisien dalam memproses gula darah, sehingga pasien dapat sangat mengurangi ketergantungan mereka terhadap insulin. Sekitar 135.000 pasien diabetes tipe 2 yang mengalami obesitas menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah menjalani operasi ini. Berikut dampak positif yang terjadi:

  • Penurunan gula darah ke level normal.
  • Menghilangkan kebutuhan akan obat-obatan diabetes.
  • Mengurangi keluhan diabetes yang selama ini dirasakan.
  • Penurunan risiko diabetes tipe 2 pada tahun-tahun berikutnya.
  • Pembedahan menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan.
  • Mencegah dan memberikan solusi nyata terhadap lebih dari 40 jenis penyakit selain diabetes tipe 2. Di antaranya penyakit jantung, gangguan apnea tidur, GERD, kanker, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, hingga masalah sendi.
  • Studi menunjukkan, operasi metabolik mengurangi risiko kematian dini sebesar 30-40% bagi orang dengan obesitas.
  • Studi menunjukkan, pasien yang menjalani operasi metabolik sukses mempertahankan penurunan berat badan yang cukup signifikan hingga 2 tahun pascaoperasi.
  • Sekitar 6 bulan pascaoperasi, pasien operasi metabolik dapat kehilangan sebanyak 60% dari berat badan. Total berat badan yang diturunkan akan semakin meningkat, yaitu sekitar 77% dalam waktu 12 bulan setelah operasi.
  • Rata-rata 5 tahun setelah operasi, pasien dapat tetap mempertahankan berat badan maksimal hingga 50%.
  • Pasien obesitas yang telah menjalani operasi metabolik, dilaporkan mengalami penurunan risiko kematian akibat diabetes tipe 2 sebesar 92%, 60% penurunan risiko kanker, serta 56% penurunan angka kematian akibat penyakit jantung dan arteri koroner.

 

Biaya yang Dibutuhkan untuk Operasi Metabolik

Spesialis bedah, dr. Handy Wing, SpB.,FBMS,FINACS,FICS., dari Klinik Bedah Bariatrik Metabolik Rumah Sakit OMNI Alam Sutera, menyebutkan bahwa biaya yang dibutuhkan untuk operasi metabolik di Indonesia yaitu dikisaran 40-70 juta rupiah. Sementara di luar negeri, biayanya bahkan bisa mencapai 200 juta rupiah.

 

Kisaran biaya ini selaras dengan opini Mitchell Roslin, MD., dari Lenox Hill Hospital, New York City. Menurutnya, biaya yang tak sedikit untuk menjalani operasi metabolik sangat sepadan dengan manfaatnya untuk kesehatan jangka panjang. 

 

Menurut dr. Handy, kesadaran masyarakat tentang manfaat operasi ini memang belum sebesar di luar negeri. Perusahaan asuransi di mancanegara bahkan sudah bersedia menerima pengajuan cover asuransi untuk biaya operasi metabolik.

 

Sebaliknya di Indonesia, operasi ini masih dianggap sebagai operasi kosmetik. “Padahal, operasi metabolik lebih ditujukan untuk menyelamatkan pasien dari ancaman risiko beragam penyakit kronis akibat obesitas,” jelas dokter yang pernah mengikuti Bariatrik/Metabolic Surgery Training & Fellowship Program, Sri Aurobindo Medical College & Post Graduate Institue di Indore, India, ini.

 

Tahapan Prosedur Operasi

Dari 3 jenis operasi, ada 2 operasi yang paling efektif dilakukan di zaman sekarang, yaitu operasi Sleeve Gastrectomy dan Mini Gastric Bypass (khusus untuk penderita obesitas dengan berat badan 150-200 kg).

 

Operasi Sleeve Gastrectomy

Pada operasi sleeve gastrectomy, dokter akan membuang sedikit bagian dari lambung yang paling banyak mengandung hormon pencipta rasa lapar. Ukuran lambung pun menjadi lebih kecil, yakni sebesar satu buah pisang. Efek positifnya, jika biasanya pasien baru merasa kenyang setelah makan nasi 2 piring, dengan ukuran lambung yang baru, makan 4 sendok nasi saja sudah cukup membuat lambung mengirimkan sinyal rasa kenyang ke otak. Pasien pun baru akan merasa lapar lagi sekitar 4 jam kemudian.

 

“Karena tubuh tetap membutuhkan tenaga, maka energi akan diambil dari lemak-lemak yang ada di dalam tubuh. Akibatnya, terjadilah pemecahan atau perubahan lemak menjadi tenaga. Perlahan lemak-lemak dalam tubuh akan berkurang dan hilang, lalu meningkatkan metabolisme tubuh,” urai dr. Handy. 

 

Operasi ringan ini dilakukan dengan membuat sayatan yang sangat kecil dan menggunakan teknik laparoskopi. “Jadi, bukan membuat sayatan lebar seperti operasi Caesar pada ibu hamil. Pada praktik laparoskopi, pasien hanya ditusuk alat yang bentuknya seperti sumpit panjang.

 

Dokter hanya akan memonitor melalui kamera video yang dimasukkan ke dalam perut, melalui tiga sampai empat lubang kecil. Ukuran lubang tersebut hanya 0,5 cm sampai 1 cm. Jadi kalau lukanya kecil, maka pasien tidak akan merasa terlalu sakit. Operasi ini memakan waktu 1 sampai 2 jam,” papar dr. Handy.

 

Operasi Mini Gastric Bypass

Prosedur operasi yang satu ini juga hanya berlangsung sekitar 2-3 jam. “Pada prinsipnya, operasi mini gastric bypass sama seperti sleeve gastrectomy, yaitu dilakukan pemotongan lambung hingga ukurannya menjadi kecil pascaoperasi. Bedanya adalah pada sleeve gastrectomy, bagian lambung yang warna pink dan sudah dipotong akan dikeluarkan, karena sudah tidak memiliki fungsi lagi.

 

Sementara pada mini gastric bypass, lambung akan dipisahkan, tetapi bagian yang berwarna putih dibiarkan tetap ada di dalam perut. Lalu, dibuat sambungan by pass menuju ke usus halus yang panjangnya mencapai 5 meter.

 

Dengan begitu, makanan masuk dari mulut, kerongkongan, lambung, dan langsung ke usus halus. "Jadi, makanan tidak melintas dulu di usus penyerapan yang panjangnya mencapai 2 meter,” tutur dr. Handy.

 

Kelebihan dari mini gastric bypass ini juga dapat dirasakan saat pasien mengonsumsi minuman manis. Minuman akan diserap langsung ke usus halus. Padahal, dalam kondisi normal, minuman manis umumnya diserap oleh lambung, bukan oleh usus halus.

 

Namun, kekurangan dari operasi ini adalah makanan tidak akan melalui usus penyerapan. Jadi, pasien harus mengonsumsi vitamin dan kalsium selama seumur hidup.

 

Siapa saja yang boleh menjalani operasi metabolik?

Tidak semua orang obesitas boleh menjalani operasi metabolik. Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk melakukan tindakan medis ini. yaitu:

  • Memiliki indeks massa tubuh lebih dari 40 kg/m2. Operasi ini hanya akan dilakukan pada orang yang mempunyai tubuh yang sangat gemuk.
  • Memiliki indeks massa tubuh lebih dari 35 kg/mbila glukosa darah tetap tinggi (hiperglikemia) meski telah dilakukan perubahan gaya hidup dan terapi dengan obat-obatan yang optimal.
  • Memiliki indeks massa tubuh 30-34,9 kg/mbila hiperglikemia tidak terkontrol dengan obat-obatan oral atau suntik (termasuk insulin).
  • Obesitas dengan disertai penyakit kronis tertentu, seperti diabetes tipe 2 atau tekanan darah tinggi
  • Berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup sehat setelah berhasil menjalani operasi metabolik dan memeriksakan diri secara rutin ke dokter.
  • Berani untuk mengambil risiko yang mungkin akan terjadi.
  • Orang yang memiliki riwayat kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat, depresi berat, kecenderungan bunuh diri, atau kondisi kesehatan mental lain tidak diizinkan untuk menjalani operasi ini.

 

Operasi metabolik tergolong sebagai tindakan bedah ringan yang aman dan minim risiko kematian, berkat penggunaan teknik laparoskopi. Bagaimana Diabestfriend, ada yang berminat melakukan operasi ini? Jika merasa membutuhkannya, pastikan Kamu memiliki semua syarat yang telah disebutkan, ya. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis bedah. (TA/AS)

Baca juga: Ini 8 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Diabetes