Salah satu masalah gizi yang hingga kini masih membutuhkan perhatian khusus adalah stunting. Masalah kesehatan ini memang masih menjadi polemik di berbagai negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

 

Stunting sendiri mengacu pada kondisi seorang anak yang mengalami kegagalan pertumbuhan dan perkembangan. Seorang anak didefinisikan mengalami stunting apabila anak memiliki tinggi badan 2 tingkat lebih rendah dari teman seusianya sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.

 

Stunting bisa terjadi karena beberapa hal, termasuk mengalami masalah gizi kronis, pola asuh yang kurang tepat, hingga mengalami penyakit infeksi. Sayangnya, tidak sedikit ibu yang menganggap stunting adalah semata-mata anak bertubuh pendek. Padahal, tidak demikian. Seorang anak terindikasi mengalami stunting apabila mengalami pertumbuhan kerdil atau pendek dengan riwayat masalah gizi yang sudah berlarut-larut (kronis) dan adanya penyakit infeksi.

 

Stunting Itu Apa, Sih?

Nah, supaya Mums tidak lagi bingung mengenai stunting, tidak ada salahnya memahami lebih jauh mengenai masalah kesehatan anak yang satu ini. Kementerian Kesehatan RI mengemukakan bahwa stunting adalah kekurangan gizi kronis pada anak sebagai dampak dari asupan gizinya yang kurang baik dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya, anak akan mengalami gangguan tumbuh kembang, terutama tinggi badan yang lebih rendah atau cenderung kerdil.

 

Lalu, apa tanda seorang anak dikatakan mengalami stunting? Coba Mums ukur tinggi badan sang Buah Hati. Apabila tingginya berada 2 tingkat lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh WHO, maka si Kecil terindikasi mengalami stunting.

 

Baca juga: Jauhkan Anak dari Bahaya Anemia Defisiensi Zat Besi

 

Apa yang Menyebabkan Anak Mengalami Stunting?

Sebenarnya, stunting terjadi bukan hanya karena gabungan dari beberapa penyebab. Selain karena praktik pemberian makanan pada bayi dan anak yang kurang baik, misalnya tidak memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang bergizi, stunting juga bisa terjadi karena adanya penyakit infeksi, pelayanan kesehatan yang tidak memadai, kemiskinan, atau budaya yang tidak sesuai. Berikut beberapa penjelasannya:

 

  • Pola Makan atau Asupan Gizi yang Kurang Baik

Sebagian besar masalah stunting pada anak disebabkan oleh pola makan yang kurang tepat, sehingga asupan gizinya menjadi kurang. Salah satu pola pemberian makan yang baik untuk anak adalah ASI eksklusif hingga ia berusia 6 bulan.

 

Lebih baik lagi jika pemberian ASI dilakukan hingga anak berusia 24 bulan. Akan tetapi, Mums tidak boleh lupa untuk memberikan si Kecil MPASI atau Makanan Pendamping ASI ketika usianya menginjak 6 bulan. Tentu saja, ini bertujuan agar kebutuhan gizi anak terpenuhi untuk memastikan proses pertumbuhan dan perkembangannya.

 
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Anak 6 Bulan ke Atas Perlu Suplemen Makanan

 

  • Penyakit Infeksi, Sanitasi yang Buruk, dan Akses Air Bersih yang Kurang Memadai

Penyebab lain stunting pada anak adalah ia terkena penyakit infeksi, yang umumnya disebabkan oleh sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang kurang memadai. Jika anak sering terserang penyakit infeksi dan terjadi dalam waktu yang lama, kemungkinan besar akan terjadi gangguan penyerapan gizi di dalam tubuhnya. Pada akhirnya, ini akan menyebabkan anak kurang gizi dan terganggu proses tumbuh kembangnya.

 

Apa Dampaknya Jika Anak Mengalami Stunting?

Mums, jangan pernah sepelekan stunting pada anak, ya. Pasalnya, kondisi kegagalan tumbuh kembang, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK) anak bisa berdampak pada proses perkembangan selanjutnya di usia remaja dan dewasa. Apa saja?

 

  • Mengalami kesulitan belajar.
  • Memiliki kemampuan kognitif yang cenderung lebih rendah.
  • Tubuh anak menjadi mudah lelah dan tidak lincah dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
  • Lebih berisiko terserang penyakit infeksi karena imunitas tubuhnya yang lemah. Pun, risiko anak mengalami penyakit kronis, termasuk diabetes, kanker, hingga jantung, juga sama tingginya ketika ia beranjak dewasa.

 

Ini artinya sangat penting bagi semua orang tua untuk mencegah stunting pada anak sejak dini. Lalu, bagaimana caranya?

 

Baca juga: 5 Faktor Penyebab Stunting pada Anak Balita

 

Cara Tepat Mencegah Stunting sejak Dini

Mencegah stunting pada anak memang bukan perkara mudah. Namun, bukan berarti hal tersebut tidak mungkin dilakukan ya, Mums. Tindakan pencegahan stunting menjadi penting, khususnya saat 1.000 hari pertama kehidupan sang Buah Hati. Pasalnya, pada siklus tersebut, otak dan sinapsis anak akan mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga kekurangan gizi tidak boleh terjadi.

 

Nah, tentu saja Mums tidak boleh lupa untuk memberikan ASI eksklusif hingga anak berusia 6 bulan dan kombinasikan dengan ASI dan MPASI setelah anak berusia lebih dari 6 bulan. Pastikan MPASI si Kecil memiliki kandungan gizi yang lengkap, berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Hingga usianya 2 tahun, kebutuhan gizi ini harus benar-benar terpenuhi agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap optimal.

 

Nah, protein yang wajib Mums berikan kepada anak untuk memenuhi asupan gizinya adalah protein hewani. Namun jangan salah, protein nabati juga penting. Jadi, seimbangkan saja porsinya dalam menu MPASI anak.

 

Para ahli berpendapat, protein hewani memiliki kandungan asam amino yang lebih lengkap, sehingga sangat mendukung perkembangan fisik dan otak anak. Beberapa jenis protein hewani adalah ayam, daging, ikan, telur, dan susu.

 

Jika memang diperlukan, Mums juga bisa memberikan multivitamin untuk mendukung kecukupan nutrisi selama 1.000 hari pertama kehidupan anak, misalnya Burvita. Mengandung 12 vitamin dan 4 mineral, Burvita membantu meningkatkan nafsu makan si Kecil, sehingga tumbuh kembangnya lebih optimal dan menjauhkannya dari bahaya anemia.

 

Tidak perlu khawatir anak tidak akan suka dengan Burvita. Mums hanya perlu menaburkan Burvita pada menu MPASI pagi sang Buah Hati. Meski begitu, hindari menaburkan multivitamin Burvita pada makanan panas ya, dan pastikan anak langsung menghabiskan makanan yang telah ditaburi Burvita. Mums juga tidak boleh lupa, Burvita tidak dianjurkan untuk diberikan kepada bayi yang masih berusia di bawah 6 bulan!

 

Ternyata, tidak sulit kan mencegah stunting pada anak? Mums pun sudah tahu bahwa penyebab utama stunting pada anak adalah asupan nutrisinya yang tidak tercukupi dan pola makan yang buruk.

 

Jadi, pastikan Mums memberikan perhatian lebih terhadap asupan nutrisi dan pola makan sang Buah Hati ya, terutama di 1.000 hari pertama kehidupannya atau hingga si Kecil menginjak usia 2 tahun. Yuk, cegah stunting sejak dini! (Reporter/AS)

 

Baca juga: Anak Indonesia Akan Punya Kurva Pertumbuhan Baru?