Di masa tumbuh kembang, si Kecil membutuhkan konsumsi nutrisi seimbang, terutama protein, untuk mendukung kualitas kesehatannya di masa depan. Bagaimana jika anak mengalami alergi susu? Susu berbahan protein kedelai sebenarnya bisa dijadikan alternatif. Bagaimana dengan mitos susu kedelai  untuk anak akan membuat tumbuh kembang tidak optimal?

 

Prof. dr. Rini Sekartini SpA, Konsultan tumbuh kembang anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjelaskan bahwa mitos tersebut tidak benar. Jika memang anak alergi susu sapi, maka susu kedelai untuk anak bisa menjadi alternatif makanan untuk mendukung tumbuh kembang, terutama untuk usia di atas 1 tahun.

 

Nutrisi seperti apa sih yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang anak di atas usia 1 tahun? Simak penjelasan Prof. Rini yuk Mums!

 

Baca juga: Kenali dan Kendalikan Alergi Susu Sapi pada Anak



Nutrisi untuk si Baduta

Menurut Prof. Rini, usia di atas 1 tahun adalah masa peralihan dari bayi ke anak-anak. “Pada prinsipnya, pemberian nutrisi anak usia 1 tahun sama saja dengan pemberian MPASI, yaitu harus memenuhi kebutuhan makro dan mikronutrisi serta air. Hanya saja bentuk makannya berbeda karena sudah dikenalkan dengan makanan keluarga,” jelas Prof Rini dalam acara Peluncuran GM Eksplor Advance+ Soya di Jakarta, Rabu (28/8).



Susu untuk anak usia 1 tahun sebenarnya tidak lagi makanan utama. Biasanya anak usia 1 tahun masih minum ASI sehingga kebutuhan nutrisinya dipenuhi dari menu yang sama dengan anggota keluarga lainnya.



Namun ingat ya Mums, usia di bawah 2 tahun masih di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jadi Mums masih bisa memaksimalkan tumbuh kembang si Kecil. Selain tumbuh kembang yang optimal, menurut Prof. Rini, asupan nutrisi terbaik juga akan membuat kualitas hidup anak menjadi lebih baik saat dewasa.



“Meskipun sudah makan dengan menu sama dengan anggota keluarga lain, untuk anak di bawah dua tahun sebaiknya hindari makanan terlalu berbunbu. Untuk jenis makannya pilih yang snack finger food sehingga memudahkan anak makan, dan ajarkan anak makan sendiri,” jelasnya.

 

Baca juga: Manfaat Keju Sebagai Camilan si Kecil



Susu, tambah Prof. Rini, merupakan makanan penambah nutrisi yang sangat baik. Mengapa? Karena susu adalah sumber kalsium dan mineral lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi anak. 

 

Nah bagaimana jika anak Mums alergi susu sapi? Menurut Prof Rini, tidak semudah itu mengklaim bahwa anak Mums alergi susu sapi. “Harus dipastikan apakah si anak benar-benar alergi susu sapi. Karena ada gejala yang mirip dengan alergi susu sapi, misalnya intoleransi laktosa. Jadi untuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan ke dokter,” ujar Prof. Rini.



Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan klinis dan sebagian kasus dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium. Jika pun anak Mums terdiagnosis alergi protein susu sapi, tidak perlu khawatir karena saat ini banyak alternatif protein pengganti.

 

Baca juga: Mungkinkah Bayi Alergi ASI?



Gejala Alergi Protein Susu Sapi

Lebih jauh Prof. Rini menjelaskan, anak dengan alergi protein susu sapi umumnya memiliki gejala pada saluran cerna, kulit, atau saluran pernapasan. Gejala di saluran cerna misalnya diare, muntah, kram perut, dan kolik. Di kulit dapat timbul ruam kemerahan, dan di saluran pernapasan berupa pilek alergi atau napas bunyi grok-grok.



Jika sudah terbukti si Kecil alergi susu sapi, maka Mums harus menghindarkan susu sapi dan turunannya. Sebagai gantinya bisa diberikan alternatif pengganti susu sapi, seperti susu dengan protein terhidrolisa (sebagian atau ekstensif), asam amino, atau susu kedelai yang mengandung isolat protein kedelai.



Susu Kedelai untuk Anak

Yang dimaksud susu kedelai atau soya adalah produk derivasi kedelai yang sudah difortifikasi dengan mikronutrien kalsium, zat besi, vitamin, dan mineral. Jadi bukan susu kedelai siap minum seperti banyak dijual keliling itu ya Mums!

 

“Kandungan gisi susu soya, sama saja dengan susu sapi. Hanya jenis proteinnya yang berbeda. Susu protein kedelai bisa memberikan kebutuhan energi sebesar 67kcal/dL,” ujar Prof. Rini.



Karena kandungan gizinya sama, maka pernyataan yang menyatakan bahwa “nanti tumbuh kembang anak terhambat dan tidak optimal setelah diberikan susu soya” adalah keliru.



“Selama ini yang ditakutkan kan kandungan zat besinya kurang, jadi menyebabkan anemia. Setelah difortifikasi, atau diperkaya dengan kandungan gizi seperti kalsium, zat besi, vitamin dan mineral, maka manfaat dan kalori susu kedelai sama dengan protein susu sapi,” tegas Prof Rini.

 

Baca juga: Manfaat Kacang Kedelai bagi Kesehatan



Begitu juga terkait isu kandungan fitoestrogen pada susu soya yang bisa mengakibatkan dampak buruk di masa depan. Menurut Ketua IDAI Jaya ini, penelitian yang membandingkan susu soya dengan susu sapi menunjukkan bahwa pemberian isolat protein kedelai tidak memengaruhi tumbuh kembang anak dan aman.

 

Anak yang diberikan susu mengandung isolat protein kedelai memiliki profil pola pertumbuhan, fungsi metabolik, fungsi reproduksi, imunitas dan fungsi saraf yang tidak berbeda dengan anak yang mendapatkan protein susu sapi.



Namun Mums, Prof, Rini berpesan, susu hanyalah nutrisi tambahan. Selama anak makan dengan baik, gizinya tercukupi, dan masih mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun, susu hanyalah pelengkap. “Manfaatkan waktu makan bersama keluarga untuk memberikan gizi terbaik untuk anak, terutama protein.” pungkas Prof. Rini. 

 

Baca juga: Stunting Masih Bisa Diperbaiki Meskipun Usia Anak Sudah Lewat 2 Tahun