Kebanyakan orang tua masih sering bingung membedakan antara alergi susu dan intoleransi laktosa pada anak. Pasalnya, gejalanya memang mirip. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda dan sama sekali tidak berhubungan. Seperti yang dilansir dari portal Baby Center, alergi susu adalah kondisi dimana sistem imun bayi tidak bisa mentolerir protein di dalam susu sehingga menimbulkan reaksi. Alergi susu adalah jenis alergi pada anak yang paling umum, dicetus oleh faktor genetik maupun lingkungan. Biasanya, manifestasi dari alergi susu pada bayi berupa eksim atau dermatitis atopik.

Sementara itu, intoleransi laktosa adalah kondisi ketika bayi mengalami kesulitan mencerna laktosa, yang merupakan gula alami di dalam susu. Bayi biasanya terkena intoleransi laktosa setelah mengalami infeksi perut (viral gastroenteritis). Intoleransi laktosa biasanya menyerang bayi selama 4 minggu, sebelum ususnya pulih dan mulai bisa mencerna laktosa kembali. 

Baca juga: Waspada Bahaya Alergi Obat
 

Berbagai gejala alergi susu pada bayi

Bayi bisa mendapatkan asupan protein susu lewat ASI yang kandungan nutrisinya lengkap, apalagi jika Mums banyak mengonsumsi protein. Bayi yang minum susu formula juga bisa mendapatkan asupan protein jika susu formulanya berbahan dasar susu sapi. Pada dasarnya, susu mengandung 2 jenis protein, yaitu kasein dan whey. Bayi bisa alergi terhadap salah satu atau kedua jenis protein tersebut. Kalau bayi memang memiliki alergi, ia akan mengalami reaksi langsung setelah minum dan makan apapun yang memiliki kandungan protein susu t ersebut.

 

Reaksi atau gejala alergi susu sapi pada bayi umumnya wajah memerah, muncul ruam kulit, mata berair, dan flu. Pada beberapa kasus, bayi juga akan menunjukkan gejala diare, dan bahkan kondisi yang lebih serius seperti anafilaksis. Tidak mudah menentukan seorang bayi alergi susu. Dokter akan memeriksa dengan seksama jika bayi benar-benar memiliki alergi susu, antara lain dengan mengamati reaksi yang dialaminya, kemudian mengambil sampel darah, atau melakukan tes kulit. Mums tidak perlu khawatir karena sampel darah yang dibutuhkan hanya sedikit.

 

Kebanyakan reaksi alergi susu bersifat langsung, meskipun ada juga reaksi alergi yang datang lebih lambat. Gejala alergi yang bisa dialami si Kecil adalah refluks (gumoh), konstipasi, dan berat badan turun. Tapi, Mums perlu ingat bahwa bayi seringkali mengalami gejala-gejala seperti yang sudah disebutkan, namun penyebabnya bisa beragam. Gejala alergi susu juga serupa dengan kolik. Namun, kalau si Kecil sering menangis dalam waktu yang lama, mungkin Mums perlu memikirkan jika ia terkena alergi susu. Untuk memastikannya, lebih baik periksakan ke dokter. 

Baca juga: Gejala dan Mengobati Alergi Makanan
 

 

Jika si Kecil didiagnosis terkena alergi susu dari ASI, dokter akan memberikan Mums rutinitas diet sehari-hari tanpa susu. Dokter juga akan memeriksa menu makan si Kecil jika ia sudah mulai mengonsumsi makanan padat. Dokter akan meninjau gejala, kemudian secara perlahan menambah jumlah asupan susunya untuk mengecek jika gejalanya kembali.

 

Kalau si Kecil mengonsumsi susu formula dan didiagnosis alergi susu, pastikan Mums berkonsultasi dengan dokter sebelum mengganti susu formulanya. Jangan langsung memberikan bayi jenis susu formula lainnya seperti susu soya. Pasalnya, bayi yang memiliki alergi susu juga seringkali alergi susu soya. Sebagai solusinya, biasanya dokter akan merekomendasikan susu formula spesial hipoalergenik. Susu tersebut biasanya berbahan dasar asam amino atau susu formula yang dihidrolisis secara keseluruhan. Mums bisa memperoleh susu tersebut dengan resep dokter.

 

Mums tidak perlu khawatir karena si Kecil dapat sembuh dari alergi susunya, meskipun reaksinya terlambat. Kalau reaksinya secara langsung, si Kecil kemungkinan besar akan memiliki alergi hingga remaja. Namun, jika sudah dewasa, alerginya akan sudah hilang. Pasalnya, alergi susu sangat langka pada orang dewasa. Tapi, Mums juga perlu tahu bahwa setengah dari bayi dan anak-anak yang memiliki alergi susu, ketika sudah besar akan mengalami alergi terhadap hal lain, dan pada umumnya adalah asma.

 

Intoleransi laktosa pada bayi 

 

Berbeda dengan alergi susu, reaksi intoleransi sama sekali tidak berhubungan dengan sistem imun. Kalau si Kecil memiliki intoleransi laktosa, kemungkinan besar ia kekurangan enzim laktase. Enzim laktase dibutuhkan untuk mencerna laktosa. Gejalanya memang mirip, namun keduanya sangat berbeda. Biasanya, intoleransi laktosa pada bayi juga hanya berlangsung sementara. Kalau si Kecil mengonsumsi susu formula, dokter biasanya akan merekomendasikan Mums untuk memberikannya susu formula bebas laktosa selama beberapa waktu. 

Baca juga: Alergi pada Ibu Hamil

 Jadi, seperti yang sudah dijelaskan di atas, alergi susu dan intoleransi laktosa pada bayi memang sangat berbeda meskipun gejalanya serupa. Untuk memastikan jika si Kecil terkena alergi susu atau intoleransi laktosa, Mums perlu memeriksakannya ke dokter. (UH/AY)