Gula buatan kerap ditambahkan pada beberapa minuman kemasan, seperti minuman soda, jus buah dalam kemasan, atau air jeruk kemasan yang dianggap lebih "sehat". Faktanya, pemanis buatan ini dapat memperburuk kondisi lemak di rongga perut. Alhasil, penumpukan lemak akan mengarah pada penyakit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau hipertensi.

 

 

Baca juga: Katakan “Good Bye” Berikut Cara Menghilangkan Perut Buncit
 

Bahaya pemanis buatan ini pernah diungka[ melalui Studi Framingham yang sudah berlangsung puluhan tahun dan saat ini memasuki generasi ketiga. Salah satu bagian studi yang terkenal ini, mengaitkan kebiasaan minuman dalam kemasan (beverages) dan penumpukan lemak perut atau lemak viseral.

 

Hasil penelitian menunjukkan, mengonsumsi minuman manis seperti soda dan berbagai minuman kemasan yang mengandung pemanis buatan dapat memperburuk lemak adiposit viceral.

 

DR. Jiantao Ma dari National Heart, Lung, and Blood Institute, Framingham, selaku penelii menyatakan bahwa sugar sweetened beverages (SSB) ditemukan dapat mengubah kuantitas dan kualitas jaringan adiposit viceral pada orang usia paruh baya.

 

Pemanis buatan atau SSB ditemukan dalam minuman soda atau non soda, diet soda, berbagai minuman berkarbonasi, sari buah, atau minuman buah dan lemon. Dalam analisisnya, peneliti melibatkan 1.003 responden (usia rata-rata 45,3 tahun dan 45,0% perempuan). Peserta dikategorikan ke dalam 4 kelompok: tidak pernah hingga

 

Responden diminta mengisi 126 item kusioner terkait frekuensi mengonsumsi minuman manis dan diet soda. Selanjutnya pasien akan menjalani CT Scan di awal penelitian dan diikuti selama 6 tahun ke depan lalu dinilai kualitas adiposa dengan melihat perubahan Hounsfield units (HU).

 

Dari hasil pemeriksaan pada perubahan jaringan adiposit viseral ditemukan, pada responden yang mengonsumsi minuman kemasan setiap hari mengalami peningkatan volume jaringan adiposit yang signifikan dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi sama sekali. Setelah penyesuaian untuk beberapa pembaur termasuk perubahan berat badan, dihasilkan bahwa asupan pemanis buatan lebih tinggi dikaitkan dengan perubahan besar dalam volume visceral adipose tissue (VAT).

 

 

Baca juga: 5 Kebiasaan Buruk Penyebab Perut Buncit

 

Selain itu penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kebiasaan asupan minuman kemasan tinggi kalori berkaitan dengan dampak jangka panjang berupa perubahan dalam adiposit viseral dan peningkatan berat badan.

 

Perubahan ini sangat berbahaya dan kita tahu bahwa tingginya jumlah jaringan adiposit di daerah perut dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2. Sehingga penelitian ini mendukung rekomendasi diet yang membatasi konsumsi SSB yang sangat mungkin mencegah penyakit kardiometabolik.

 

Dr Rachel Johnson (University of Vermont, Burlington) selaku editor penelitian mengungkapkan bahwa penelitian ini menegaskan, minuman kemasan berhubunga dengan berbagai konsekuensi kesehatan yang merugikan. Johnson pun menyarankan kepada peneliti lainnya untuk membuat riset baru untuk mencari pendekatan yang paling efektif dalam mengurangi konsumsi pemanis buatan dalam minuman kemasan, termasuk dengan cara kampanye edukasi kepada publik.

 

Salah satu strateginya adalah dengan memberlakukan pajak pada produk serupa sehingga nantinya ada pergantian konsumsi dari minuman manis ke minuman rendah kalori. Peneliti tidak bisa berjalan sendiri untuk mengubah kebiasaan konsumsi minuman manis, tetapi semua pihak harus melakukan upaya.

 

Baca juga: Viral Gula Tinggi di Minuman Teh Kekinian, Ketahui Batas Konsumsi Gula Harian yang Aman!