Kabar kematian Kate Spade karena bunuh diri tentu membuat kita terkejut. Bagaimana tidak? Perempuan yang lahir di Kansas, Amerika Serikat, itu dikenal sebagai pribadi yang ceria dan begitu bersemangat. Hal ini dibuktikan dari tiap desain tasnya yang dinilai penuh warna, modern, dan unik.

 

Kemudian, kita kembali dikejutkan dengan kabar kematian koki ternama, Anthony Bourdain. Kabar kematian kedua orang ternama ini pun membuat banyak orang mempertanyakan, apa sih yang sebenarnya terjadi? Mengapa mereka bunuh diri? Apa alasan atau motif mereka? Dirangkum dari berbagai sumber, simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

 

Melalui caption foto yang ditulis di Instagram miliknya, psikolog Roslina Verauli, M.Psi., turut menanggapi kabar kematian 2 orang ternama tersebut. Menurut psikolog keluarga dan anak RS Pondok Indah itu, mempertanyakan motif bunuh diri mereka hanya akan menyebarkan lebih banyak stigma tentang bunuh diri dan masalah mental daripada cara mengatasinya.

 

“Tak heran, mereka dengan masalah mental lebih memilih menutupi dan menyembunyikan masalah daripada mengatasinya, agar tak ‘dipandang’ dan ‘digosipkan’ dengan cara tertentu,” ujar Vera melalui akun @verauli.id.

Baca juga: Mengenal Depresi dan Pikiran Bunuh Diri pada Remaja

 

Masih menurut Vera, mempertanyakan motif dan alasan seseorang bunuh diri tidak bisa dijawab secara simpel, karena hal itu terlalu kompleks. Ia menambahkan, memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan kecenderungan impulsif, tidak serta-merta berakhir dengan keinginan bunuh diri, Gengs. Beberapa faktor bisa membuat orang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara ini.

 

“Ada sejumlah riwayat tentang masa kecil di dalam keluarga dan pengalaman bersama orang-orang di sekitar. Termasuk penghayatan religi, yang juga berperan pada individu, dan pada akhirnya meninggal dengan cara bunuh diri,” ujar Vera. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak menyerang privacy mereka yang meninggal dengan cara bunuh diri, apalagi dengan membuka aib individu yang bersangkutan dengan keluarganya.


Atas kabar kematian akibat bunuh diri yang mengejutkan publik inilah Vera berharap agar kita tidak lagi mempertanyakan motif, bahkan menyerang mereka yang memilih bunuh diri untuk mengakhiri hidup. “Semoga kita senantiasa dirahmati kemampuan yang lebih baik dalam merespons kejadian memilukan, seperti kematian akibat bunuh diri,” tutup Vera.

Baca juga: Apakah Bunuh Diri Bisa Menular, Seperti yang Terjadi pada Fans Jonghyun SHINee?

 

Lalu, Bagaimana Cara Membantu Seseorang yang Ingin Bunuh Diri?

Sebelum mengetahui cara untuk membantu dan mencegah seseorang yang kemungkinan ingin bunuh diri, sebaiknya kita lebih peka dan mengamati tanda-tandanya. Kita mungkin tidak dapat mengetahui perasaan seseorang, tetapi beberapa tanda yang dikutip dari healthline.com ini bisa menjadi panduan untuk Kamu nih, Gengs. Berikut tanda-tandanya:

  • Selalu berbicara kalau dirinya merasa putus asa.
  • Pernah mengungkapkan kalau dirinya tidak memiliki alasan lain lagi untuk meneruskan hidup.
  • Membuat surat wasiat dan memberikan barang pribadi miliknya.
  • Mencari barang-barang atau cara yang dapat membahayakan dirinya.
  • Menghindari interaksi sosial dengan orang lain.
  • Menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau agitasi.
  • Mengungkapkan kemarahan dan niat untuk membalas dendam.

 

Seperti yang diungkapkan oleh Psikolog Roslina Verauli, mempertanyakan motif atau alasan mereka bunuh diri hanya akan membentuk stigma. Jika Kamu mencurigai seseorang yang berada di dekatmu, entah anggota keluarga ataupun sahabat, memiliki tanda-tanda yang menunjukkan keinginan untuk bunuh diri, Kamu harus mengungkapkan kekhawatiranmu mengenai hal tersebut.

 

Dilansir dari healthline.com, Kamu bisa mulai dengan berbicara dan mengajukan pertanyaan yang tidak menghakimi atau tidak konfrontatif. Kamu bisa menanyakan beberapa hal berikut:

  • Pernah berpikir untuk bunuh diri?
  • Pernahkah mengambil langkah atau mencari cara untuk bunuh diri?
  • Pernah mencoba bunuh diri sebelumnya?

 

Jika jawabannya iya, maka orang tersebut berisiko untuk melakukan bunuh diri dan membutuhkan penanganan oleh tenaga profesional. Selain itu, Kamu juga bisa menghubungi nomor darurat 119 untuk mencegah aksi bunuh diri. Layanan 119 bebas biaya dan disediakan oleh Kementerian Kesehatan. Nomor tersebut dapat menampung kecemasan, keluh kesah, atau hal lain yang tidak bisa diceritakan oleh seseorang kepada siapapun.

Baca juga: Benarkah Bunuh Diri Bisa Disebabkan oleh Faktor Genetik?

 

Namun jika seseorang yang Kamu kenal tidak berada dalam bahaya atau keadaan yang darurat, tetapi pernah berpikir untuk melakukan bunuh diri, Kamu bisa berbicara dengannya mengenai hal yang dihadapi olehnya. Selama mengobrol dan membicarakan hal tersebut, pastikan kalau Kamu:

  • Tetap tenang dan berbicaralah dengan nada yang meyakinkan.
  • Akui bahwa hal yang mereka rasakan itu sah atau bisa saja terjadi.
  • Berikan dukungan padanya.
  • Yakinkan ia bahwa perasaan ingin bunuh diri itu hanya bersifat sementara.
  • Beri tahu kalau bantuan seperti perawatan oleh psikolog atau psikoterapi selalu tersedia agar ia dapat merasa lebih baik.

 

Jangan pernah menghakimi dan mempermalukan seseorang yang memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Mendengarkan mereka dan menunjukkan dukungan merupakan cara terbaik untuk membantu mereka lho, Gengs.

 

Kamu juga bisa membantu mereka dengan menawarkan diri untuk menemukan penyedia layanan kesehatan mental, yang sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan, Kamu juga bisa menemani mereka bertemu dengan psikolog maupun psikoterapi. Jadi, jangan lagi mempertanyakan motif atau alasan, serta menghakimi seseorang yang berisiko melakukan bunuh diri ya, Gengs! (TI/AS)