Keluhan yang kerap dikemukakan penderita diabetes, baik tipe 1 maupun 2, selama menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan adalah hipoglikemia. Hipoglikemia bisa terjadi kapan saja pada penderita diabetes. Tetapi selama bulan puasa, biasanya kejadiannya meningkat.

 

Hipoglikemia adalah kondisi di mana kadar gula darah sangat rendah, di bawah 70 mg/dL. Pakar diabetes Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, spesialis penyakit dalam, konsultan endokrin dan penyakit metabolik dari Universitas Udayana, Bali, menjelaskan, penyebab hipoglikemia paling sering dialami penderita diabetes yang minum obat antidiabetes.

 

 

“Hipoglikemia dalam keadaan mendadak bisa menjadi kondisi emergensi, dan dalam jangka panjang jika terlalu sering mengalami hipoglikemia dapat menyebabkan penyakit jantung,” jelas Prof. Ketut dalam acara diskusi dengan media tentang “Waspada Hipoglikemia saat Berpuasa,” yang diselenggarakan MSD di Jakarta, 26 April 2019.

 

Baca juga: Hati-hati, Sering Hipoglikemia dapat Merusak Irama Jantung!
 

Siapa yang Berisiko Mengalami Hipoglikemia?

Penderita diabetes yang berusia lanjut paling berisiko mengalami hipoglikemia karena sering lupa minum obat antidiabetes. Selain itu, penderita diabetes yang sudah memiliki komplikasi saraf, juga berisiko mengalami hipoglikemia, karena tidak dapat merasakan gejala-gejalanya.

 

Penderita diabetes yang memiliki komplikasi pada ginjal juga kerap mengalami hipoglikemia. Hal ini karena obat dibuang melalui ginjal. Karena fungsi ginjal sudah menurun menjadikan obat bekerja lebih lama, dan menyebabkan hipoglikemia.

 

Meskipun belum memiliki komplikasi, penderita diabetes yang berusia muda pun bisa mengelami hipoglikemia jika memiliki kebiasaan makan tidak teratur, terutama pengguna insulin, dan jarang berolahraga.

 

Baca juga: Ini Yang Harus Dilakukan Jika Alami Hipoglikemia Saat Berolahraga!

 

 

Hipoglikemia Meningkat Selama Puasa

Sebuah penelitian yang bernama EPIDIAR pernah dilakukan untuk melihat risiko hipoglikemia selama bulan Ramadan dibandingkan di luar bulan Ramadan. Hasilnya menunjukkan, hipoglikemia lebih sering terjadi di bulan puasa.

 

“Karena kejadiannya meningkat, maka harus ada perhatian khusus karena hipoglikemia berisiko pada batalnya ibadah puasa dan berisiko pada kesehatan penderita diabetes,” ungkap Prof. Ketut.

 

Apakah semua penderita diabetes yang berpuasa berisiko mengalami hipoglikemia? Tentu tergantung pada kepatuhan minum obat, pola makan yang baik, usia dan ada tidaknya komplikasi seperti disebutkan di atas.

 

Oleh karena itu, lanjut Prof. Ketut, ada penderita diabetes yang tidak dianjurkan berpuasa karena risiko hipoglikemianya sangat tinggi. Misalnya, penderita diabetes tipe 1 yang kadar gula darahnya tidak terkendali. Penderita diabetes tipe 1 maupun 2 yang memiliki hal berikut, sebaiknya tidak berpuasa.

- Riwayat hipoglikemia dalam 3 bulan terakhir
- Pernah mengalami ketoasidosis dalam 3 bulan terakhir
- Memiliki penyakit akut
- Komplikasi ginjal akut atau menjalani dialisis.
- Gangguan kognitif
- Tengah hamil dan menggunakan terapi insulin.

 

Baca juga: Waspada Hipoglikemia di Malam Hari!

 

Mencegah Hipoglikemia Saat Puasa

Namun ada sebagian penderita diabetes yang berisiko tinggi mengalami hipoglikemia namun tetap ingin berpuasa. Maka menurut Prof. Ketut, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. 

 

Biasanya dokter akan mengganti obat antidiabetes dengan yang paling rendah risiko hipoglikemianya untuk mencegah hipoglikemia sast puasa. Namun yang paling penting adalah mengetahui gejalanya sedini mungkin.

 

“Begitu merasakan gejala seperti berdebar, gemetar, tremor, gelisah, berkeringat dingin, atau mengalami kesemutan, sebaiknya berbuka saja dan minum atau makan manis,” jelas Prof. Ketut.

 

Kadang gejala yang dirasakan bukan gejala fisik saja, namun bisa berupa penurunan kemampuan berpikir atau kebingungan. Hal ini karena otak kekurangan glukosa sehingga muncul gangguan kognitif, perubahan perilaku, kelainan psikomotorik bahkan kejang dan koma. “Ingat bahwa semakin rendah kadar gula, maka risiko kematian semakin tinggi,” tegas Prof. Ketut.

 

Selain menyadari gejala hipoglikemia, penderita diabetes yang berpuasa harus dapat mempertahankan kadar gula darah dalam keadaan aman dan normal. Penderita diabetes harus tetap makan saat berbuka puasa dan sahur, dengan menu yang sehat.

 

Untuk mencegah hipoglikemia saat puasa, kadang perlu dilakukan pengaturan minum obat antidiabetes selama puasa. Dijelaskan Prof. Ketut, pengaturan obat antidiabetes ini sangat individual.  Karena pola makan berubah, biasanya buka puasa makan lebih banyak, dan makan sahur lebih sedikit makanya pemberian obat pun diatur. Untuk obat minum, pemberiannya digeser menjadi malam hari saat buka puasa.

 

Bagi pengguna insulin, dosis biasanya akan dikurangi mencegah hipoglikemia saat puasa, misalnya jika bisanya dua kali suntik insulin campuran, maka saat buka puasa dosis insulin ditambah dan waktu sahur dikurangi.

 

“Tetapi harus harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Pasien juga bisa meminta obat yang lebih rendah risiko hipoglikemia sehingga tidak perlu penyesuaian dosis,” pungkas Prof. Ketut. (AY)

 

Baca juga: Ini yang Harus Dilakukan Saat Alami Syok Insulin