Di bulan yang suci ini, selama satu bulan lamanya umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa. Berbicara tentang puasa, sebagai apoteker, saya beberapa kali mendapat pertanyaan terkait konsumsi obat-obatan selama puasa.

 

Pasalnya, mengonsumsi obat oral alias obat minum pada durasi waktu berpuasa tentunya dapat membatalkan puasa. Namun di sisi lain, terapi tetap harus dijalankan, terutama jika sifatnya adalah untuk penyakit kronis, seperti diabetes melitus, hipertensi, epilepsi, dan lain-lain.

 

Tenang saja, Gengs! Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam memodifikasi terapi obat selama berpuasa, kok! Jadi, Kamu tetap bisa menjalankan ibadah puasa dengan baik, tetapi juga tetap melakukan terapi untuk kondisi kesehatanmu.

 

Memilih regimen 2 kali sehari atau 1 kali sehari

Bagi pasien yang sedang menjalani ibadah puasa, regimen obat yang diminum 1 kali sehari atau 2 kali sehari adalah pilihan yang diutamakan. Hal ini disebabkan dengan regimen maksimal 2 kali sehari, tidak akan mengganggu jam berpuasa.

 

Untuk obat yang diminum 1 kali sehari, dapat dikonsumsi saat berbuka puasa atapun sahur, tergantung dari preferensi pasien. Yang jelas, obat harus diminum di jam yang sama setiap hari. Jadi jika hari ini obat diminum setelah berbuka puasa, maka di hari-hari berikutnya juga diminum di waktu yang sama.

Baca juga: Kenali Efek Samping Obat Hipertensi

 

Sedangkan untuk obat dengan aturan pakai 2 kali sehari, dosis pertama dapat dikonsumsi saat sahur dan dosis kedua saat berbuka puasa. Interval waktu tersebut (kurang lebih 8-10 jam) cukup bagi obat untuk dimetabolisme, sehinggga tidak terjadi penumpukan obat di dalam tubuh.

 

Jenis-jenis Obat Tablet - guesehat.com

 

Mengonsumsi obat dengan pelepasan terkendali

Strategi berikutnya agar konsumsi obat tidak mengganggu waktu puasa adalah dengan mengonsumsi obat-obat dengan teknologi pelepasan terkendali. Obat-obatan jenis ini dibuat dengan teknologi khusus, sehingga mampu mengatur pelepasan obat di saluran cerna dan frekuensi pemakaiannya dapat dikurangi.

 

Contohnya obat metformin yang digunakan untuk pengobatan penyakit diabetes melitus tipe 2. Obat ini memiliki dua jenis tablet, yakni tablet pelepasan biasa dan pelepasan termodifikasi. Untuk tablet dengan pelepasan biasa, aturan minumnya adalah 3 kali sehari.

 

Sedangkan untuk tablet metformin dengan pelepasan terkendali, aturan minumnya cukup 1 kali sehari saja. Namun, efeknya sama dengan obat yang diminum 3 kali sehari! Tentunya hal ini cocok sekali diterapkan untuk pasien yang sedang menjalankan ibadah puasa, bukan?

 

Menggunakan obat topikal

Selain menggunakan obat-obatan oral alias obat yang diminum, pengobatan juga dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan obat-obat topikal! Misalnya dalam bentuk krim, salep, gel, dan obat kumur (selama tidak tertelan).

 

Untuk meredakan rasa sakit, dapat menggunakan salep pereda rasa sakit. Sedangkan untuk mengurangi rasa gatal karena alergi, dapat menggunakan krim yang mengandung kalamin dan difenhidramin, yang berfungsi meredakan gatal dan kemerahan. Memang tidak semua obat memiliki sediaan dalam bentuk topikal. Namun, hal ini bisa menjadi pilihan selama menjalani puasa!

Baca juga: 5 Kesalahan yang Sering Dilakukan saat Menyimpan Obat

 

Konsultasikan kepada dokter

Jika Kamu mengalami sakit selama menjalani puasa dan membutuhkan terapi obat, selalu katakan kepada dokter yang merawat bahwa Kamu sedang berpuasa. Mintalah obat yang sebisa mungkin tidak mengganggu ibadah puasa. Misalnya dengan memilih obat yang dapat dikonsumsi 1 atau 2 kali sehari, obat pelepasan terkendali, atau obat topikal, seperti yang sudah saya sebutkan di atas.

 

Bagaimana jika semua strategi di atas tidak bisa dilakukan dan Kamu harus tetap mengonsumsi obat oral 3 atau 4 kali sehari? Dalam kondisi seperti ini, yang dianjurkan adalah mengonsumsi obat dalam interval yang sama.

 

Contohnya untuk obat yang harus dikonsumsi 3 hari sekali, dapat diminum pukul 18.00, pukul 24.00, dan pukul 04.00. Kamu bisa melihat bahwa interval masing-masing pemberian adalah sama, yaitu kurang lebih 4 jam.

 

Hal ini harus dilakukan jika Kamu atau orang-orang terdekat mengonsumsi obat untuk kondisi kronis, misalnya diabetes, hipertensi, epilepsi, dan lain-lain. Sebaiknya periksakan diri dahulu sebelum puasa dimulai, agar dokter dapat menilai apakah penyesuaian terapi obat dibutuhkan.

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Sakit Kepala saat Berpuasa

 

Apalagi bagi pasien dengan kondisi diabetes melitus, khususnya yang menggunakan insulin dan golongan sulfonilurea. Efek samping hipoglikemianya cukup tinggi, sehingga dikhawatirkan risiko hipoglikemia yang dialami akan semakin besar akibat tidak ada asupan makanan selama berpuasa.

 

Oleh sebab itu, pasien diabetes melitus sangat dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum memulai puasa, agar dokter dapat merancang regimen pengobatan yang disesuaikan dengan jam berpuasa.

 

Tetap perhatikan kapan harus mengonsumsi makanan

Geng Sehat tentunya tahu ada obat yang harus diminum sebelum makan dan setelah makan. Untuk obat yang harus dikonsumsi sebelum makan, maka Kamu dapat minum air yang rasanya manis terlebih dahulu saat berbuka puasa. Kemudian Kamu bisa minum obat, tunggu kurang lebih 30 menit, barulah mengonsumsi makanan berat. Waktu menunggu sekitar 30 menit ini bisa Kamu manfaatkan dengan menunaikan ibadah salat ataupun mengaji, bukan?

 

Gengs, itulah dia hal-hal yang sebaiknya Kamu perhatikan terkait dengan mengonsumsi obat-obatan selama berpuasa. Ternyata ada banyak hal yang bisa dilakukan agar konsumsi obat tidak sampai membatalkan puasamu, ya!

 

Yang paling penting adalah Kamu harus mengonsultasikan semuanya kepada dokter yang merawatmu. Sangat tidak dianjurkan untuk memodifikasi terapi obatmu tanpa supervisi medis. Salam sehat dan selamat berpuasa.