Trauma bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak yang masih sangat muda. Setelah mengalami peristiwa traumatis, anak-anak membutuhkan dukungan dari orang dewasa untuk membantu mereka mengelola ketakutan, membimbing melalui kesedihan, dan pulih dengan cara yang sehat.

Karena alasan ini, setiap orangtua perlu membekali diri tentang bagaimana mendampingi anak melalui peristiwa traumatis. Dengan begitu, harapannya setiap peristiwa traumatis yang dialami anak tidak menjadi beban yang mereka bawa hingga dewasa.

Apa Saja Hal yang Bisa Membuat Anak Trauma

Dengan mengetahui hal apa saja yang bisa membuat anak mengalami trauma, Mums dapat membantu menjauhkan si kecil dari peristiwa tersebut. Atau, segera memberikan dukungan setelah anak mengalami peristiwa yang berpotensi menimbulkan trauma.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa membuat anak mengalami trauma:

  • Pelecehan psikologis, fisik, atau seksual
  • Perundungan di sekolah atau lingkungan rumah
  • Mengalami atau melihat kekerasan di antara anggota keluarga
  • Bencana alam
  • Kehilangan orang yang dicintai
  • Mengungsi
  • Peperangan
  • Ditelantarkan
  • Kecelakaan serius.

Tanda-Tanda Trauma pada Anak

Anak mungkin menunjukkan tanda-tanda trauma yang berbeda, tergantung pada usianya. Berikut beberapa tanda trauma pada balita:

Anak-anak di bawah usia 2 tahun:

  • Lebih sulit untuk ditenangkan.
  • Menunjukkan perubahan pola tidur atau makan.
  • Menarik diri dari lingkungan sekitar.

Anak-anak usia 2 hingga 5 tahun:

  • Menunjukkan tanda-tanda ketakutan.
  • Tidak ingin jauh dari orangtua.
  • Menangis, menjerit, atau merengek.
  • Bergerak tanpa tujuan.
  • Mengalami kemunduran perilaku, seperti mengisap jempol atau mengompol.

Strategi Membantu Anak Setelah Mengalami Peristiwa Traumatis

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan Mums untuk menenangkan anak setelah mengalami peristiwa traumatis:

  • Buat anak merasa aman. Sentuhan, pelukan, atau sekadar tepukan akan memberi balita dan anak-anak perasaan aman setelah melalui peristiwa yang menakutkan.
  • Bersikap tenang. Jangan membicarakan atau menunjukkan kecemasan kepada anak-anak karena ini akan menularkan perasaan negatif pada mereka.
  • Sebisa mungkin pertahankan rutinitas seperti biasa. Di tengah semua kekacauan, menerapkan rutinitas seperti biasa membantu meyakinkan anak-anak bahwa semuanya akan kembali seperti semula. Jadi, cobalah untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, seperti makan dan tidur di waktu yang sama, mengobrol seperti biasanya, dan sebagainya.
  • Dorong anak untuk bermain dan melakukan aktivitas lain yang disukai. Ini akan mendistraksi pikiran mereka dari peristiwa traumatis dan membuat mereka merasa normal.
  • Jelaskan tentang apa yang terjadi. Anak-anak terkadang ingin tahu tentang apa yang terjadi. Jelaskan secara singkat dan jujur tentang apa yang terjadi dan biarkan anak-anak mengajukan pertanyaan.
  • Pilih waktu yang baik untuk berbicara. Carilah momen yang tepat alami untuk berdiskusi.
  • Mencegah atau membatasi paparan anak terhadap berita buruk. 
  • Dengarkan baik-baik saat anak berusaha mengungkapkan perasaannya.
  • Bantu anak-anak relaks dengan latihan pernapasan. Saat merasa cemas atau takut, pernapasan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini, orangtua dapat membantu anak mengatur pernapasan untuk membuat perasaan menjadi lebih baik.

Tips Membantu Anak Pulih dari Trauma

Jika anak menunjukkan tanda-tanda trauma, jangan panik. Lakukan strategi berikut untuk mengatasinya:

  • Jika trauma disebabkan oleh kehilangan orang yang dicintai, dorong diskusi keluarga tentang hal ini. Ketika anak merasa bahwa keluarga dapat menjadi tempat untuk berbicara dan meluapkan rasa sedih, anak akan merasa lebih baik.
  • Jangan memberi anak terlalu banyak tanggung jawab. Jangan membebani anak dengan tugas-tugas karena ini bisa membuat mereka terlalu stres. Jika memungkinkan, bebaskan mereka dari tuntutan untuk mengerjakan tugas rumah tangga dan sekolah untuk sementara waktu.
  • Berikan bantuan khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Mereka mungkin membutuhkan lebih banyak waktu, dukungan, dan bimbingan daripada anak-anak lain. Mums mungkin perlu menyederhanakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan mereka dan sering mengulanginya. 
  • Perhatikan tanda-tanda trauma. Pada beberapa anak, awalnya mereka mungkin tampak baik-baik saja. Namun, setelah itu, mereka mungkin menunjukkan tingkah berbeda, yang bisa menjadi tanda trauma.
  • Tahu kapan harus mencari bantuan. Segera cari bantuan dari dokter atau profesional kesehatan mental jika gejala tidak mereda. Waspadalah jika anak melaporkan bahwa mereka mulai mendengar suara-suara, melihat hal-hal yang tidak ada, menjadi paranoid, mengalami serangan panik, atau memiliki pikiran ingin menyakiti dirinya sendiri atau orang lain.
  • Jaga diri sendiri. Mums dapat membantu anak hanya jika Mums berhasil membantu diri sendiri. Bicara tentang kekhawatiran Mums pada orang-orang terdekat atau profesional medis mungkin membantu. 

Kejadian traumatis seringkali tidak dapat dicegah. Dengan membekali diri seputar strategi menghadapi peristiwa traumatis, harapannya Mums dapat membantu diri sendiri dan buah hati menghadapi persitiwa traumatis dan segera pulih dari hal ini.

Sumber:

 

https://www.samhsa.gov/child-trauma/understanding-child-trauma

 

https://childmind.org/guide/helping-children-cope-after-a-traumatic-event/

 

https://www.helpguide.org/articles/ptsd-trauma/helping-children-cope-with-traumatic-stress.htm