Sedih tentunya saat melihat buah hati tercinta dalam keadaan tidak sehat. Dalam hal ini, Mums mungkin merasa obat adalah solusi terbaik untuk membuat si kecil kembali sehat. Namun, perlu dicatat bahwa kita tidak boleh sembarangan memberi si kecil obat.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikan obat apa pun kepada anak, terutama untuk pertama kalinya. Ini karena anak jauh lebih mungkin mengalami reaksi yang merugikan setelah minum obat. Selain itu, jika si kecil muntah atau mengalami ruam setelah minum obat, segera bawa anak ke fasilitas medis terdekat.

Obat yang Tidak Boleh Diberikan kepada Anak

Secara umum, orangtua tidak boleh memberikan obat apa pun kepada anak, kecuali atas arahan dari dokter. Namun, ada beberapa obat yang memang tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak. Apa saja itu dan apa alasannya? Mari, kita bahas apa saja obat yang tidak boleh diberikan pada anak.

1. Aspirin

Aspirin adalah obat yang ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit dan menurunkan demam. Namun, jangan memberikan aspirin atau obat apa pun yang mengandung aspirin kepada anak kecuali jika dokter menginstruksikan hal ini. Ini karena aspirin dapat menyebabkan sindrom Reye, suatu kondisi langka dan serius yang menyebabkan penumpukan lemak di otak, hati, dan bagian tubuh lainnya.

Aspirin tidak direkomendaskan untuk diberikan pada anak berusia di bawah 18 tahun. Risiko tertinggi pada anak-anak yang sedang terinfeksi virus seperti cacar air atau flu. Namun, secara keseluruhan, bahaya aspirin cukup serius untuk semua anak sehingga Mums tidak boleh memberikan aspirin kepada anak tanpa perintah dokter.

2. Sirup obat batuk

Banyak sirup obat batuk yang dijual bebas ternyata tidak efektif. Lebih parahnya lagi, obat tersebut berpotensi berbahaya, utamanya bagi anak kecil di bawah usia 6 tahun. Kerugian serius yang mungkin ditimbulkan, termasuk overdosis dan kesulitan bernapas. 

Untuk anak-anak di atas usia satu tahun, memberikan satu sendok teh madu sebelum tidur biasanya mampu mengurangi batuk di malam hari dan membantu si kecil tidur. Juga, Mums bisa memberikan humidifier untuk membantu mengatasi hidung tersumbat. Ada baiknya Mums tidak memberikan madu kepada anak-anak di bawah 12 bulan karena adanya risiko terkena botulisme.

3. Difenhidramin

Difenhidramin biasanya digunakan untuk meredakan tanda-tanda alergi. Namun, obat ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak di bawah dua tahun. 

Salah satu efek samping utama difenhidramin adalah membuat anak mengantuk. Efek ini selanjutnya membuat anak-anak berisiko lebih tinggi mengalami dehidrasi karena mereka kurang minum. Lalu, jika anak tidur hampir sepanjang hari, artinya orangtua kehilangan kesempatan untuk mengetahui gejala lain yang memerlukan perawatan. Misalnya, anak mungkin mengalami infeksi, tetapi MUms tidak mengetahuinya karena anak selalu tidur.

Difenhidramin hanya boleh digunakan untuk membuat anak-anak nyaman sehingga mereka dapat tidur atau tidak gatal parah. Obat ini seharusnya tidak digunakan hanya untuk ruam yang tidak mengganggu anak. Jika anak masih dapat beraktivitas, lebih baik tidak memberikan obat ini.

4. Ibuprofen

Ibuprofen adalah obat yang ditujukan untuk meredakan nyeri dan demam. Namun, obat ini tidak direkomendasikan untuk bayi di bawah 6 bulan. Alasannya, obat ini dapat menyebabkan masalah ginjal.

Untuk mengatasi demam dan sakit gigi pada bayi di bawah 6 bulan, biasanya dokter merekomendasikan asetaminofen (Tylenol). Ini karena asetaminofen dirasa lebih aman dan kecil kemungkinannya menyebabkan reaksi obat yang merugikan.

5. Teething gel benzokain

Benzokain adalah anestesi lokal. Teething gel yang mengandung benzokain tersedia di pasaran untuk mengatasi ketidaknyamanan pada anak yang sedang tumbuh gigi. Namun, produk ini sebenarnya tidak direkomendasikan untuk anak-anak di bawah 2 tahun.

Produk ini tidak menawarkan manfaat yang signifikan karena dapat terbawa air liur hanya dalam beberapa menit. Sebaliknya, teething gel benzokain justru berpotensi menimbulkan kondisi yang disebut methemoglobinemia, di mana sel darah merah kehilangan kemampuannya untuk membawa oksigen.

6. Glikosida senna

Glikosida senna adalah obat bebas yang digunakan untuk mengobati sembelit. Namun, dokter tidak menyarankan penggunaan obat ini pada anak-anak, utamanya di bawah usia 2 tahun.

Ada banyak penelitian tentang penggunaan glikosida senna pada anak-anak, dan hasilnya saling berlawanan. Beberapa menyebut bahwa penggunaan glikosida senna jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan pada obat pencahar, kerusakan hati, dan efek berbahaya lainnya. Di sisi lain, sejumlah sumber menyebut bahwa glikosida senna cukup aman dan efektif untuk mengatasi konstipasi.

Untungnya, tersedia alternatif lain yang lebih aman bagi anak, yaitu obat pencahar yang mengandung laktulosa atau PEG 3350. Obat ini dapat digunakan pada anak sambil menyesuaikan pola makan, utamanya meningkatkan asupan serat.

Akhir kata, orangtua harus selalu berhati-hati sebelum memberikan obat apa pun pada anak. Bila si kecil sakit, segera bawa ke dokter dan biarkan dokter meresepkan obat terbaik untuk si kecil.

Sumber:

https://www.todaysparent.com/baby/baby-health/medications-you-shouldnt-give-your-baby/

 

https://www.uhhospitals.org/Healthy-at-UH/articles/2017/03/5-medicines-you-shouldnt-give-your-preschooler

 

https://www.choc.org/articles/the-dangers-of-acetaminophen-for-children/

 

https://www.buzzrx.com/blog/8-medications-not-approved-for-children