Ngiler identik dengan bayi. Mereka belum memiliki kontrol penuh atas mulut dan otot-otot untuk menelan. Namun pada anak-anak yang usianya lebih besar, bahkan pada orang dewasa, ngiler tentu saja menjadi sesuatu yang memalukan. Banyak orang tidak mau mendiskusikan gejala ini, padahal diam-diam mengalaminya.

 

Tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah ngiler. Karena ngiler ini memang fenomena yang sangat umum saat kita tidur, ketika aktivitas menelan menjadi lebih jarang. Bedakan dengan ngiler karena menginginkan sesuatu ya, Gengs! Itu hanya ungkapan saja. 

 

Pada dasarnya, seseorang ngiler karena mereka memproduksi terlalu banyak air liur, atau dikenal sebagai hipersalivasi. Hal ini bisa menyebabkan air liur merembes keluar dari salah satu sisi mulut. Penyebabnya sangat banyak. Bisa jadi ngiler merupakan tanda gangguan saraf yang lebih serius. Inilah fakta seputar mengiler yang menjadi masalah dan solusinya, seperti disarikan dari laman medicinet.com.

Baca juga: Bukan Hanya Gigi, Lakukan Ini untuk Menjaga Kesehatan Lidah!

 

1. Gangguan saraf

Berbagai kondisi neurologis atau penyakit yang menyerang saraf dapat menyebabkan kontrol otot-otot di sekitar mulut menurun, sehingga lebih sulit menahan air liur untuk tidak menetes. Contoh gangguan saraf yang dimaksud adalah cedera atau trauma otak, riwayat stroke, sklerosis lateral amiotropik, penyakit Parkinson, dan miastenia gravis.

 

Cerebral palsy juga membuat penderitanya mengalami kesulitan mengendalikan otot-otot di sekitar mulut mereka. Kondisi lain yang dapat menyebabkan ngiler adalah epiglotitis, yaitu infeksi yang menyebabkan pembengkakan pada epiglotis, tulang rawan di belakang tenggorokan yang membantu seseorang untuk menelan.

 

Bell's palsy atau kondisi kelemahan otot yang ringan hingga parah di satu sisi wajah juga menyebabkan seseorang bisa terus ngiler. Penyakit autoimun Sindrom Guillain-Barré yang merusak saraf seluruh tubuh bisa juga berdampak pada gangguan ngiler.

 

2. Bisa menyebabkan komplikasi, lho!

Jangan sepelekan ngiler, Gengs! Mengiler dapat berdampak medis dan psikososial pada kehidupan seseorang. Bayangkan saja saat seseorang terus ngiler meski tidak sedang tidur, tentu akan memengaruhi harga dirinya. Pada kondisi yang parah, ngiler menyebabkan iritasi dan kerusakan kulit di sekitar mulut dan leher.

 

Jika seseorang tidak dapat menelan, air liur normalnya akan merembes keluar rongga mulut. Namun dalam kasus-kasus yang serius, ia dapat menggenang di tenggorokan. Ketika terhirup, ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru yang disebut pneumonia aspirasi.

 

Nah, ketika gejala ngiler sudah sangat mengganggu dan bikin tidak percaya diri, maka segera cari pertolongan tenaga medis. Ada pula beberapa terapi untuk gangguan ini:

 

1. Ubah posisi tidur

Posisi tidur miring memudahkan air liur merembes ngiler saat tidur. Cobalah tidur telentang karena air liur mengalir mengikuti gravitasi bumi. Saat tidur telentang, sulit bagi air liur keluar melalui sudut bibir. Agar tidak berubah posisi tidurnya, gunakan bantal wedge, sehingga posisi tidur telentang tetap aman sepanjang malam.

 

2. Obati alergi dan sinus

Infeksi sinus dan alergi dapat menyebabkan peningkatan produksi air liur dan hidung tersumbat. Hidung yang tersumbat menyebabkan seseorang bernapas melalui mulut, sehingga lebih mudah mengeluarkan air liur.

 

3. Minum obat-obatan

Dokter dapat merekomendasikan obat untuk mengurangi produksi air liur, terutama pada pasien yang ngiler karena gangguan saraf. Skopolamin, juga dikenal sebagai hyoscine, adalah obat penekan air liur yang bekerja memotong impuls saraf sebelum mencapai kelenjar air liur.

 

Obat ini biasanya diberikan dalam bentuk koyo yang ditempatkan di belakang telinga. Ia akan melepaskan obat secara terus-menerus selama sekitar 72 jam. Obat lainnya adalah glycopyrrolate yang juga bekerja mengurangi produksi air liur dengan memblokir impuls saraf. Namun efek samping obat ini cukup berat, mulai dari kesulitan buang air kecil, hiperaktif, kulit memerah, hingga berkeringat.

Baca juga : Mulut, Jendela Kesehatan Tubuh

 

4. Suntik Botox

Suntikan botulinum toksin (Botox) dilakukan di kelenjar ludah untuk membantu mencegah air liur menetes, terutama pada penderita gangguan saraf yang ngiler. Saat botox diinjeksi, ia akan melumpuhkan otot-otot di area tersebut dan mencegah kelenjar ludah berfungsi. Efek dari suntikan biasanya berlangsung selama sekitar 6 bulan dan dapat diulang. Sebuah studi dari tahun 2012 menemukan bahwa pasien dengan gangguan neurologis yang menerima Botox menunjukkan penurunan yang signifikan dalam produksi air liur.

 

5. Terapi Wicara

Tergantung penyebab ngiler, gangguan ini dapat dikurangi dengan terapi wicara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan stabilitas rahang serta kekuatan dan mobilitas lidah. Terapi ini juga dapat membantu seseorang menutup bibir sepenuhnya. Terapi wicara mungkin membutuhkan waktu, tetapi setidaknya pasien belajar teknik menelan yang benar sehingga mengurangi air liur di mulut.

 

6. Menggunakan alat khusus

Alat khusus yang ditempatkan di mulut dimaksudkan untuk membantu menelan. Perangkat ini membuat posisi lidah dan penutupan bibir sesuai dan mencegah air liur keluar. Ketika seseorang lebih mampu menelan, mereka cenderung tidak banyak ngiler.

 

7. Pembedahan

Pembedahan adalah upaya terakhir dan biasanya hanya digunakan karena ada kondisi neurologis yang mendasari penyebab ngiler yang berat. Metode pembedahan dapat direkomendasikan untuk orang yang terus-menerus mengeluarkan air liur setelah perawatan lain tidak berhasil. Bedah dilakukan untuk membuang kelenjar liur sublingual atau submandibular.

 

Itu tadi Gengs fakta-fakta seputar ngiler yang mungkin baru diketahui. Jangan sepelekan jika ada orang dekat yang terus mengiler, karena dampak psikologis dan sosial tidak kalah berat dari dampak fisiknya. (AY/AS)

Baca juga: Sering Mengobati Luka Menggunakan Air Liur? Ketahui Hal Ini Dulu!