Cuaca lagi panas-panasnya, enaknya minum air dingin ya, Mums. Mungkin hal ini juga membuat Mums berpikir, si Kecil sudah boleh enggak ya, minum air putih supaya terhidrasi? Kapan bayi boleh minum air putih? 

 

Anak baru bisa minum air putih ketika usianya sudah enam bulan, Mums. Memberikan air putih pada bayi berusia di bawah enam bulan dapat mengurangi asupan ASI atau susu formulanya. Hal ini bisa menyebabkan bayi tidak mendapatkan nutrisi yang ia butuhkan.

 

Ketika si Kecil sudah berusia enam bulan, ia bisa minum air putih dalam jumlah yang terbatas. Namun, air putih baru dianggap sebagai kebutuhan ketika anak sudah berusia satu tahun. Supaya bisa lebih jauh menjawab pertanyaan Mums tentang kapan bayi boleh minum air putih, baca penjelasan di bawah ini, ya!

 

Baca juga: Ikan Shisamo, Sumber Protein Tinggi Favorit Rayyanza!

 

Kapan Bayi Boleh Minum Air Putih?

Tidak aman ataupun diperlukan untuk bayi di bawah enam bulan minum air putih. Pada usia ini, bayi mendapatkan hidrasi atau asupan cairan yang dibutuhkan dari ASI ataupun susu formula. ASI terdiri dari 80% air. 

 

Jadi Mums tidak perlu khawatir jika cuaca sedang panas dan berpikir bahwa si Kecil tidak mendapatkan cairan yang cukup. Mums hanya perlu memberikannya ASI atau susu formula. Selain itu, ASI dan susu formula juga mengandung nutrisi penting yang tidak ada di dalam air putih. 

 

Ketika sudah berusia enam bulan, Mums bisa mulai memperkenalkan si Kecil dengan air putih menggunakan gelas. Mums bisa membantu si Kecil mendekatkan gelas ke bibir si Kecil, kemudian hitung dua detik, kemudian rendahkan gelasnya. 

 

Memperkenalkan air kepada si Kecil menggunakan gelas dapat membantu meningkatkan perkembangan keterampilan oral motorik anak. Hal ini juga bisa membantu si Kecil belajar minum dari gelas. 

 

Baca juga: Si Kecil Semakin Aktif di Usia 5-12 Bulan!

 

Berapa Banyak Air Putih yang Diberikan Kepada Anak?

Mulai usia enam bulan, bayi bisa minum sekitar 118-236 ml air putih per hari. Asupan air putih ini tidak boleh lebih dari batas tersebut sampai usianya satu tahun. Sebenarnya anak belum terlalu membutuhkan air putih di bawah usia satu tahun, namun tujuan utamanya adalah memperkenalkan dan mengajarkannya untuk minum air putih dari gelas, sehingga ketika sudah memasuki masa penyapihan, ia sudah bisa minum air putih sendiri. Ketika sudah berusia satu tahun, bayi membutuhkan sekitar 236-946 ml air putih per hari. 

 

Bahasa Terlalu Cepat Memberikan Bayi Air Putih 

Terlalu cepat memberikan bayi air putih tidak aman maupun diperlukan. Asupan air putih pada bayi yang belum berusia enam bulan dapat menyebabkan beberapa masalah:

 

Masa Sapih Terlalu Cepat

Produksi ASI berjalan dengan metode suplai dan permintaan. Kalau Mums terus menyusui si Kecil, maka tubuh Mums akan terus memproduksi ASI tergantung dari seberapa sering si Kecil menyusu atau seberapa sering Mums memompa ASI. 

 

Kalau Mums memberikan air putih kepada si Kecil, dan bukannya ASI, maka secara tidak langsung hal ini mengirim sinyal kepada tubuh untuk memproduksi ASI lebih sedikit. Lama kelamaan, hal ini dapat menyebabkan produksi ASI cepat berakhir dan bayi harus lebih cepat disapih.

 

Infeksi

Air putih tidak selalu cukup bersih untuk sistem pencernaan bayi, sehingga bisa menyebabkan infeksi, seperti diare. Diare dapat meningkatkan risiko bayi terkena dehidrasi. Diare juga bisa menyebabkan penyerapan nutrisi dari ASI atau susu formula pada tubuh bayi berkurang.

 

Malnutrisi

Si Kecil membutuhkan nutrisi di dalam ASI atau susu formula untuk perkembangannya, khususnya di enam bulan pertama kehidupannya. Memberikan air putih kepada bayi di masa ini dapat mengurangi asupan ASI dan susu formulanya, sehingga lama kelamaan ia tidak mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan. Hal ini bisa menyebabkan malnutrisi. 

 

Baca juga: Bantu Si Kecil Belajar Jalan, Perhatikan Juga Ketebalan Popoknya Mums!

 

Sumber:

Very Well Family. When Can My Baby Drink Water?. November 2021.
Daly SEJ, Hartmann PE. Infant demand and milk supply. Part 1: infant demand and milk production in lactating womenJ Hum Lact. 1995;11(1):21-26. doi: 10.1177/089033449501100119.