Bayi Mums kerap muntah atau diare setelah mengonsumsi susu formula? Benarkah itu jadi pertanda bayi Mums alergi terhadap susu formula?

 

Apa yang Dimaksud Alergi Susu?

Meski lebih sering terjadi pada anak-anak, alergi susu sebenarnya bisa dialami siapa saja dari ragam usia. Beberapa orang bisa mengatasinya tetapi sebagian lagi tidak bisa. Alergi susu adalah kondisi ketika sistem kekebalan dalam tubuh bereaksi berlebihan pada protein susu sapi karena menganggap protein ini berbahaya bagi tubuh. Hal ini menimbulkan reaksi alergi.

 

Reaksi alergi ringan dapat berupa ruam, gatal pada kulit atau tenggorokan, dapat juga berupa mata gatal atau berair. Sementara reaksi alergi parah (bisa terhadap makanan, serangga, atau obat-obatan) dapat berupa mual, diare, sulit bernapas, bengkak pada mata, lidah, atau wajah, pusing hingga pingsan.

 

Gejala yang parah dan tiba-tiba (anafilaksis) dapat mengancam jiwa terutama jika terjadi pembengkakan jalan napas atau penurunan tekanan darah yang tiba-tiba.

 

Alergi susu sebenarnya merupakan hal lumrah yang terjadi pada anak-anak. Dilansir dari Baby Center, sebanyak 2-3% anak di bawah usia 3 tahun menunjukkan gejala alergi. Dikutip dari Healthline, menurut studi tahun 2016 yang diterbitkan British Journal of General Practice, setidaknya 7% bayi yang mengonsumsi susu formula mengalami alergi protein susu sapi. Masih dalam studi yang sama, sebesar 1% bayi yang disusui pun mengalami alergi susu sapi.

 

Namun meski menunjukkan gejala alergi, tidak lantas berarti mereka alergi susu. Bisa jadi mereka hanya mengalami intoleransi yang sama-sama menyebabkan masalah gastrointestinal. Untuk memastikannya sebaiknya Mums periksakan ke dokter anak ya.

 

Umumnya sebagian besar bayi yang mengalami alergi atau intoleran terhadap susu formula akan sembuh di usia 18 bulan atau 2 tahun.

 

Baca juga: Panduan Pemberian ASI Diselingi Susu Formula
 

Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Alergi Susu?

Pertama pastikan dulu penyebab alergi atau tanda-tanda alergi yang muncul. Mums bisa berkonsultasi pada dokter anak. Selanjutnya dokter akan melakukan serangkaian tes pada anak, misalnya tes tinja, tes darah, tes kulit, hingga food challenge.

 

Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk memberikan susu formula yang bebas dari susu sapi, atau jika Mums yang menyusui, Mums disarankan untuk menghindari konsumsi susu sapi.

 

Perlu diketahui jika protein dari makanan yang dikonsumsi ibu menyusui dapat muncul pada ASI dalam waktu 3-6 jam setelah dikonsumsi dan dapat bertahan hingga 2 minggu. Dalam hal ini mungkin dokter akan menyarankan diet eliminasi selama 1-2 minggu.

 

Meski alergi bersumber dari protein susu sapi, kemungkinan besar dokter juga tidak akan merekomendasikan susu kedelai. Mengapa? Kedelai juga dianggap makanan yang beralergi tinggi. Kemungkinan, jika bayi alergi susu, maka ia juga akan alergi terhadap kedelai. Sebuah studi menunjukkan 8-14% bayi yang alergi terhadap susu sapi juga akan bereaksi terhadap kedelai.

 

Opsi lain adalah beralih pada susu formula yang dihidrolisis secara ekstensif atau formula yang berbasis asam amino dimana protein dipecah menjadi partikel-partikel sehingga lebih kecil kemungkinannya untuk memicu reaksi alergi. Pastikan konsumsi formula ini diawasi oleh dokter.

 

Jika bayi Mums mulai mengonsumsi makanan padat, cek selalu label makanan apakah mengandung susu atau tidak. Dalam beberapa kasus mungkin makanan tersebut tidak mengandung susu namun proses pembuatannya terkontaminasi susu karena diproses di fasilitas yang juga memproses susu. Pastikan Mums membaca label makanan dengan saksama ya.

 

Baca juga: Benarkah Susu Formula Bikin Bayi Cepat Gemuk?

 

Referensi:

babycenter.com

kidshealth.org

healthline.com