Hampir semua Geng Sehat pasti pernah mendengar istilah penyakit katarak. Katarak merupakan salah satu jenis gangguan pada sistem penglihatan yang angka kejadiannya tergolong tinggi.

 

WHO menyebutkan bahwa dari seluruh kejadian kebutaan, 51% di antaranya disebabkan oleh katarak. Cukup banyak orang yang mengira bahwa katarak hanya terjadi pada orang berusia lanjut.

 

Faktanya, katarak dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada bayi, anak-anak, hingga orang dewasa muda. Di Amerika Serikat, bulan Juni telah ditetapkan sebagai bulan peningkatan kesadaran akan penyakit katarak.

 

Baca juga: Memerangi Kebutaan adalah Tanggung Jawab Bersama

 

Penetapan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang-orang akan penyakit katarak serta ancaman kebutaan yang menyertainya. Jadi, semua dapat melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk menjaga kesehatan sistem penglihatannya.

 

Apakah penyakit katarak itu?

Katarak adalah suatu kondisi berupa terjadinya kekeruhan pada bagian lensa mata. Lensa mata merupakan bagian dari organ mata yang bertugas untuk menempatkan fokus sebuah objek agar jatuh tepat pada retina, yang terletak di bagian belakang bola mata.

 

Pada orang normal lensa mata seharusnya berwarna transparan. Akan tetapi pada kasus katarak, bagian yang seharusnya transparan ini tampak keruh (opaque/cloudy). Kekeruhan ini akan mengganggu kerja dari lensa, sehingga orang yang mengalaminya akan mengalami gangguan, seperti penglihatan kabur atau buram, bahkan pada kondisi serius dapat terjadi kebutaan.

               

Siapa saja yang dapat mengalami katarak?

Dahulu, katarak lebih dikenal sebagai penyakit yang terjadi karena proses penuaan. Alhasil, orang berpikir bahwa yang akan menderita katarak adalah orang-orang berusia lanjut saja. Hal ini tidak salah.

 

Usia adalah faktor risiko yang berperan besar dalam terjadinya katarak. Namun, bukan berarti mereka yang berusia muda bebas dari risiko katarak ya, Gengs! Beberapa faktor risiko selain usia adalah menderita penyakit tertentu (misalnya diabetes), kebiasaan hidup yang tidak sehat (konsumsi alkohol dan merokok, faktor lingkungan (paparan terhadap sinar ultraviolet yang tinggi), memiliki keluarga dengan riwayat katarak, memiliki riwayat cedera pada bagian mata, serta konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang.

 

Katarak juga dapat terjadi pada populasi bayi dan anak-anak lho, Gengs. Kelainan genetik, infeksi pada saat kehamilan, serta cedera pada mata merupakan beberapa kemungkinan faktor risikonya.

 

Baca juga: Bisakah Katarak Diobati Tanpa Operasi?

 

Apa saja gejala dari katarak?

Gejala umum yang dialami oleh para penderita katarak antara lain penglihatan yang buram atau kabur, apabila melihat cahaya akan tampak lebih silau dari yang seharusnya (terkadang disertai pendaran cahaya atau halo), penglihatan malam menjadi terbatas, objek tampak berbayang (double/multiple vision).

 

Apabila Geng Sehat mengalami satu atau lebih dari beberapa gejala tersebut, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Diagnosis katarak hanya dapat dibuat oleh dokter spesialis mata setelah penderita melakukan pemeriksaan mata yang komprehensif, seperti visual acuity test, dilated eye exam, dan tonometry.

 

Bagaimana cara penanganan katarak?

Saat ini, terdapat banyak pilihan dalam menangani katarak, tergantung dari derajat keparahannya. Pada kasus katarak yang masih berada di tahap awal atau ringan, penderita dapat dibantu dengan penggunaan alat bantu penglihatan khusus. Namun pada kasus katarak yang cukup berat, maka umumnya tindakan bedah atau operasi katarak menjadi pilihan untuk menanganinya secara efektif.

 

Terdapat beberapa jenis operasi katarak, tergantung dari kondisi pasien, fasilitas kesehatan, serta kompetensi dokter yang melakukannya. Prosedur yang paling umum dilakukan adalah phacoemulsification.

 

Baca juga: Indonesia Waspada Katarak pada Anak

 

Prosedur ini hanya membutuhkan sayatan kecil pada mata untuk memasukkan instrumen bedah ke bagian yang mengalami katarak. Lensa yang mengalami katarak akan dijadikan serpihan, kemudian disingkirkan dari mata dan digantikan dengan lensa pengganti (intraocular lens/IOL).

 

Prosedur lain yang cukup sering dilakukan adalah dengan laser-assisted cataract surgery (LACS). Operasi katarak tergolong tindakan yang sering dilakukan karena efektivitasnya yang tinggi dalam menangani katarak.

 

Risiko yang mungkin ditimbulkan seperti hampir semua tindakan bedah pada umumnya adalah perdarahan dan infeksi. Namun, hal ini bisa diminimalisasi apabila pasien mengikuti instruksi dokter pasca-tindakan bedah dilakukan.

 

Bagaimana cara terhindar dari penyakit katarak?

WHO menyebutkan bahwa berhenti merokok dan menghindari paparan sinar ultraviolet yang tinggi dapat mencegah atau setidaknya menunda terjadinya katarak. Apabila Geng Sehat harus beraktivitas di luar ruangan, jangan lupa menggunakan kacamata anti-UV, ya!

 

Selain itu, penting untuk menerapkan pola hidup yang sehat secara keseluruhan, mulai dari nutrisi yang baik, aktivitas seimbang, dan lain sebagainya, agar Geng Sehat juga terhindar dari penyakit yang meningkatkan risiko terjadinya katarak, salah satunya penyakit diabetes. Semoga bermanfaat!

 

Baca juga: Waspada! Masalah Penglihatan pada Si Kecil

 

 

Referensi:

WHO: Blindness and vision impairment prevention

American Academy of Ophthalmology: What Are Cataracts?

VisionAware: Eye Health: Anatomy of the Eye

National Eye Institute: Facts About Cataract

NHS: Childhood cataracts

All About Vision: Are There Different Types Of Cataract Surgery?