Angka kematian akibat kanker paru masih tinggi. Bahkan kanker paru menjadi penyebab kematian akibat kanker nomer 1 pada laki-laki maupun perempuan. Meningkatnya penderita kanker paru di seluruh dunia terutama disebabkan rokok. Pria berusia di atas 40 tahun dan perokok aktif adalah orang yang paling berisiko terkena kanker paru.

 

Mengingat kematian kanker paru sangat tinggi, maka upaya menemukan terapi yang bisa meningkatkan harapan hidup pasien terus dilakukan. Selain tentu upaya pencegahan dengan kampanye anti rokok dan pola gaya hidup sehat. 

 

Saat ini sudah dikenal pengobatan terbaru kanker paru yaitu imunoterapi. Konsep imunoterapi adalah memberdayakan sel-sel imun agar lebih aktif melawan sel kanker. Bagaimana cara kerja imunoterapi ini dan seberapa ampuh mengobati kanker paru?

 

Baca juga: 6 Pemicu Kanker Paru Selain Rokok

 

 

Berawal dari Sistem Imun yang Gagal

Pada orang sehat, begitu ada satu sel saja di tubuh yang tumbuh tidak normal, maka akan segera terdeteksi oleh sistem imun tubuh. Sel kanker adalah sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal. Sistem imun segera mengenali dan melalui proses yang rumit ia akan membunuh sel kanker tersebut, atau membuatnya menjadi normal kembali.

 

Tetapi tidak selamanya proses ini berjalan mulus. Ada kalanya sel-sel imun tubuh gagal mengenali sel kanker. “Kanker ini sangat pintar. Ia memiliki kemampuan untuk lari dari radar sistem imun tubuh kita, sehingga sering tidak terdeteksi oleh sistem imun,"  jelas dr. Sita Andarini SpP(K), Ph.D, dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam acara diskusi media tentang “Imunoterapi Harapan Baru Kanker Paru” yang diadakan di Jakarta, 28 Februari 2019.

 

Nah, konsep imunoterapi adalah membuat sel-sel imun tubuh yang lumpuh ini agar mampu mengenali kembali sel kanker dan menjadi aktif menyerang. Saat ini imunoterapi adalah terapi terbaru untuk berbagai jenis kanker. Beberapa penelitian menunjukkan, pasien kanker paru yang diberikan imunoterapi memiliki respon terapi yang jauh lebih baik. Indikatornya adalah dari perkembangan tumor yang bisa dihentikan, dan memperpanjang harapan hidup.

 

Dr. Sita mengutip penelitian penggunaan imunoterapi pada pasien kanker kanker paru yang belum pernah mendapatkan terapi apapun. Pasien yang mendapatkan imunoterapi memiliki masa hidup lebih panjang dan masa hidup bebas gejala penyakit lebih lama dibandingkan pasien yang mendapatkan kemopterapi saja.

 

Baca juga: 5 Makanan Ini Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Paru-Paru 

 

Mencegah Penyakit Paru Kronis - Guesehat

 

Memutus Ikatan yang Terlarang

Bagaimana cara kerja imunoterapi? Untuk mempelajari bagaimana imunoterapi bekerja melawan sel kanker, dr. Sita mengambil contoh salah satu jenis imunoterapi yang saat ini sudah digunakan untuk pengobatan kanker paru di seluruh dunia, yaitu pembrolizumab. Obat ini dikenal juga dengan nama anti PD-L1 atau penghambat PD-L1 (PD-L1 inhibitor). Apa itu PD-L1?

 

Sel-sel limfosit T, yang berperan sebagai tentara pembasmi di tubuh kita, memiliki resptor yang disebut PD-1. Reseptor ini gunanya seperti radar yang akan mengenali musuh. Salah satu musuh tersebut adalah sel-sel kanker. Sayangnya, seperti sudah dijelaskan di atas, sebagian sel-sel kanker sangat pintar. Rupanya pada sebagian sel kanker, termasuk sel tumor paru, memiliki "anti" PD-1 ini, yang ada di seluruh permukaan sel mereka. Namanya PD-L1, yang akan mengikat PD-1 sehingga mematikan kemampuan sel T untuk mengenali sel kanker yang seharusnya dibasmi. 

 

Cara kerja pembrolizumab adalah memutus ikatan antara reseptor PD1 yang ada di sel-sel limfosit T dengan PD-L1 yang ada di permukaan sel-sel kanker. Ketika resptor PD1 pada sel limfosit T ini bertemu atau berikatan dengan PD-L1 yang ada di sel tumor, maka sel T menjadi lumpuh alias tidak aktif. Ia tidak bisa mengenali sel tumor untuk dimusnahkan. Terapi anti PD-L1 dimaksudkan untuk memutus ikatan PD1 dengan PD-L1, sehingga sel T kembali aktif membunuh sel-sel tumor,” jelas dr. Lisnawati, SpPK, Kepala Departemen Patologi Klinik dari FKUI/RSCM.

 

Baca juga: Mengenal Gejala dan Pengobatan Kanker Paru 

 

Siapa saja yang Bisa Mendapatkan Imunoterapi?

Dr. Lisnawati melanjutkan, terapi anti PD-L1 ini sangat individual, artinya hanya efektif diberikan pada pasien kanker paru yang sel-sel tumornya menunjukkan ekspresi PD-L1 lebih dari 50%. Penelitian membuktikan jika ekspresi PD-L1 lebih dari 50% diberikan imunoterapi, respon pengobatannya mencapai sekitar 60%.

 

Penghambat PD-L1 pembrolizumab bisa membuat pasien kanker paru mengalami progression free survival (masa tumor tidak berkembang) selama 10 bulan. Hasil pengamatan di RS Persahabatan pada pasien-pasien yang diberikan pembrolizumab, sudah berlangsung 21 bulan dan 50% pasien masih bertahan.

 

“Masa 10 bulan terbebas dari gejala ini nampaknya tidak bermakna, tetapi bagi pasien akan sangat bermakna. Imunoterapi sangat memberikan harapan pasien, karena angka harapan hidup pasien jadi lebih panjang dibandingkan pasien yang hanya mendapatkan kemoterapi,” jelas dr. Sita.

 

Dr. Lisna menambahkan, saat ini pemeriksaan PD-L1 sudah bisa dilakukan di Indonesia, yaitu di FK UGM Yogyakarta dan di RS Kanker Dharmais. Kendala imunoterapi adalah biaya yang masih tinggi karena belum ditanggung BPJS. 

 

Baca juga: Mesothelioma Bukanlah Kanker Paru-paru

 

Harapan untuk Pasien Kanker Paru

Imunoterapi menjadi harapan baru bagi pasien kanker paru. Apalagi saat ini jumlah pasien kanker paru terus meningkat. Data Globocan 2018 menunjukkan ada 2 juta kasus baru kanker paru dan 1,8 juta orang di antaranya meninggal dunia. 

 

Kanker paru menyebabkan 27% kematian yang disebabkan oleh kanker, atau menjadi penyebab ke-5 dari seluruh penyebab kematian di seluruh dunia. Faktor risiko utama kanker paru adalah rokok. Perokok memiliki risiko kanker paru 13,6 kali lipat lebih besar dibandingkan orang yang tidak merokok. Pada perokok pasif risiko lebih besar 4 kali lipat dibandingkan orang yang tidak pernah terpapar asap rokok.

 

“Kanker yang sudah menyebar ke organ lain, tidak mungkin dibedah sehingga pengobatannya biasanya dengan kemoterapi, atau terapi target,” jelas dr. Sita. Maka imunoterapi bisa menjadi sebuah harapan baru bagi pasien kanker paru. (AY)