Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan penyakit kardiovaskuler yang prevalensi kejadiannya cukup tinggi dimana dialami oleh lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia. Hipertensi merupakan “silent killer” karena seringkali muncul tanpa gejala dan menyebabkan kematian terhadap lebih dari 9 juta orang per tahun di seluruh dunia.



Orang dengan hipertensi harus minum obat untuk mengendalikan tekanan darahnya. Selain itu, obat hipertensi harus diminum secara rutin meski tekanan darah sudah normal. Jika tidak diminum dengan teratur, hanya akan membuat tekanan darah naik turun yang dapat merusak pembuluh darah. Kalau sudah begitu, risiko komplikasi pun menjadi lebih besar.

 

Baca juga: Begini Cara Mencegah Komplikasi Hipertensi!

 

 

Berangkat dari permasalahan tersebut, Doktor dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI), Dr. Siska, M.Farm., Apt melakukan penelitian eksperimental terkait pemanfaatan seledri untuk pengobatan hipertensi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kombinasi obat antihipertensi dari golongan ACE inhibitor yaitu kaptopril dan ekstrak Apium Graveolens L atau yang umum disebut seledri mampu menurunkan tekanan darah sebesar 42.34% lebih baik daripada pemberian kaptopril saja.



Hasil penelitiannya tersebut dipaparkan dalam Sidang terbuka Promosi Doktor Farmasi UI Dr. Siska dengan judul Disertasi “Studi Interaksi Farmakodinamik dan Farmakokinetik Kombinasi Kaptopril dan Ekstrak Apium Graveolens L. sebagai Antihipertensi pada Tikus Putih Jantan” yang dilaksanakan pada 8 Januari lalu di kampus UI Depok.

 

 

Baca juga: Cara Mengukur Tekanan Darah di Rumah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri mampu menurunkan tekanan darah dengan cara diuresis dan natriuresis, atau membuang cairan melalui urine. Hal ini dibuktikan dengan adanya korelasi antara tekanan darah dengan volume urin, dimana terjadi penurunan tekanan darah diikuti dengan peningkatan volume urin. Seledri merupakan sumber flavonoid diantaranya apigenin,  uteolin, dan crysoeriol.



Selama ini, masyarakat kerap menggunakan pengobatan tradisional dalam mengatasi penyakit hipertensi. Pengobatan tradisional menggunakan herbal dianggap sebagai pengobatan alternatif karena anggapan bahwa herbal lebih aman dan mudah untuk digunakan. Namun pengobatan obat herbal tidak sepenuhnya mampu menurunkan tekanan darah, sehingga tetap dibutuhkan penggunaaan obat sintetik.

 

Baca juga: Berapa Batas Aman Konsumsi Garam saat Hamil?



Dr. Siska menuturkan, ”Diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat untuk ilmu pengetahuan terkait penggunaan obat herbal untuk pengobatan hipertensi. Selain itu dapat dijadikan data preklinik bagi tenaga medis untuk mendukung penggunaan herbal padapenyakit. Namun bagi masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati atas potensi resiko yang mungkin akan timbul jika menggunakan obat herbal bersamaan dengan obat sintetik tanpa sepengetahuan dokter atau tenaga medis lainnya.”

 

Selain rutin minum obat hipertensi sesuai dengan anjuran dokter, perubahan gaya hidup, seperti dengan menerapkan diet DASH, mengurangi kandungan garam dalam asupan harian, menjaga berat badan yang sehat, dan meningkatkan aktivitas fisik dapat mencegah tekanan darah yang tinggi dan membuat tekanan darah lebih terkontrol. (AY)

 

Baca juga: Asupan Super Sehat untuk Penderita Hipertensi


Obat Hipertensi - Guesehat