Bikinnya berdua, membesarkan anak tentunya juga harus ada keterlibatan ayah. Terlebih lagi, banyak riset dan penelitian yang membuktikan bahwa anak yang tumbuh tanpa sosok ayah, berisiko mengalami banyak masalah serius! Mari simak infonya.

 

Setiap Anak Butuh Ayahnya

 

Ayah, seperti halnya ibu, adalah pilar dalam perkembangan kesejahteraan emosional anak. Ayah tidak hanya mempengaruhi siapa kita di dalam, tetapi bagaimana kita memiliki hubungan dengan orang-orang saat kita tumbuh. Cara seorang ayah memperlakukan anaknya akan mempengaruhi apa yang anak cari dalam diri orang lain. 

 

Teman, kekasih, dan suami, semuanya akan dipilih berdasarkan bagaimana anak memahami makna hubungan dengan ayahnya. Pola yang ditetapkan seorang ayah dalam hubungan dengan anak-anaknya akan menentukan bagaimana anak-anaknya berhubungan dengan orang lain. Kehadiran ayah pun dapat memberikan rasa aman, baik fisik maupun emosional. 

 

Tanpa diarahkan sekalipun, anak-anak ingin membuat ayahnya bangga. Itulah kenapa, ayah yang terlibat dalam pengasuhan mendorong pertumbuhan dan kekuatan mental seorang anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika ayah penuh kasih sayang dan mendukung, akan sangat memengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak. Ini juga menanamkan rasa kesejahteraan dan kepercayaan diri secara keseluruhan.

 

Maka tak bisa dimungkiri, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak sejak usia dini, menanamkan begitu banyak nilai penting dalam kehidupan seorang anak. Lalu, apa jadinya jika kondisi sebaliknya?

 

 

Baca juga: Mengenal Fase Phallic, saat Anak Senang Bermain dengan Kelaminnya

 

 

 

 

 

 

Dampak Serius Tumbuh Tanpa Sosok Ayah

Sebuah organisasi nirlaba asal Amerika Serikat bernama The National Center for Fathering, mengumpulkan berbagai hasil riset dan penelitian yang menunjukkan keterikatan antara penyakit sosial dengan latar belakang seseorang yang tumbuh dari keluarga tanpa sosok ayah. Hasilnya sangat mencengangkan, yaitu hampir setiap penyakit sosial yang dihadapi oleh anak-anak Amerika Serikat, terkait dengan absennya sosok ayah. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

 

  1. Kemiskinan

Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah, hampir empat kali lebih mungkin menghadapi kemiskinan. Pada tahun 2011, 44 persen anak yang tumbuh hanya dengan ibunya, cenderung hidup dalam kemiskinan, dibandingkan 12 persen anak dalam keluarga pasangan menikah. Selain itu, anak-anak yang tinggal di keluarga yang dikepalai oleh wanita tanpa pasangan, memiliki tingkat kemiskinan 47,6 persen, 4 kali lipat lebih tinggi dibanding angka dalam keluarga pasangan menikah.

 

  1. Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol

Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat, menyatakan bahwa anak-anak tanpa sosok ayah memiliki risiko penyalahgunaan narkoba dan alkohol yang jauh lebih besar. Di samping itu, juga ditemukan bahwa secara signifikan terjadi lebih banyak penggunaan narkoba di antara anak-anak yang tidak tinggal bersama ibu dan ayah mereka.

 

  1. Kesehatan Fisik dan Emosional

Dilakukan sebuah penelitian terhadap 1.977 anak-anak berusia 3 tahun dan lebih tua. Partisipan tersebut adalah anak-anak yang tinggal dengan ayahnya, atau memiliki figur ayah yang tinggal di rumah. Hasilnya ditemukan bahwa anak yang tinggal dengan orang tua biologis yang menikah, memiliki masalah perilaku yang jauh lebih sedikit daripada anak-anak yang tinggal dengan setidaknya satu orang tua non-biologis. Hasil lain yang ditemukan adalah, anak-anak dengan orang tua tunggal dua kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri.

 

Selain itu, data dari tiga gelombang Fragile Families Study yang dilakukan oleh Universitas Princeton dan Universitas Colombia, menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dari ibu tunggal, menunjukkan tingkat perilaku agresif yang lebih tinggi, daripada anak-anak yang lahir dari ibu yang menikah.

 

  1. Prestasi Pendidikan

Ketiadaan sosok ayah dalam kehidupan seorang anak, juga memengaruhi prestasi akademiknya. Dalam Journal of Marriage and Family, ditemukan bahwa anak di kelas 7-12 yang tinggal dengan satu orang tua, mengalami perceraian orang tua, perpisahan, atau kelahiran tanpa ikatan, dilaporkan memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan mereka yang selalu tinggal dengan kedua orang tua kandung. Juga ditemukan bahwa, keterlibatan ayah di sekolah memiliki hubungan positif dengan prestasi akademik anak. Hal ini berlaku pada anak yang tinggal dengan orang tua kandung yang lengkap, ataupun ayah sambung.

 

Hasil lainnya adalah:

  • 71% anak yang tidak memiliki sosok ayah mengalami putus sekolah menengah.
  • Anak-anak yatim memiliki lebih banyak masalah akademis, nilai buruk pada tes membaca, Matematika, serta keterampilan berpikir.
  • Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah lebih mungkin membolos dari sekolah, lebih mungkin dikeluarkan dari sekolah, lebih mungkin meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun, dan lebih kecil kemungkinannya untuk mencapai kualifikasi akademik dan profesional di masa dewasa.

 

 

 

Baca juga: Ini Dia Penyebab Sakit Perut pada Balita

 

 

 

  1. Kejahatan

Sayang sekali, perbuatan kriminal juga memiliki keterikatan antara hadirnya figur ayah dalam masa tumbuh-kembang anak. Dalam Journal of Research in Crime and Delinquency 41, remaja yang tinggal dalam keluarga utuh, lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam kenakalan, daripada teman sebayanya yang tinggal dalam keluarga yang tidak utuh. Kaitan seseorang terlibat dalam kasus kriminal juga terlihat pada remaja dalam keluarga orang tua tunggal dan keluarga tiri. Hubungan ini tampaknya memberikan pengaruh besar melalui perbedaan dalam aktivitas kekeluargaan, seperti keterlibatan orang tua, pengawasan, pemantauan, dan kedekatan orang tua-anak, yang berbeda antara keluarga utuh dan tidak utuh.

 

Dalam sebuah studi lain yang diterbitkan di Social Science & Medicine, Vol. 62, anak-anak usia 10-17 tahun yang tinggal dengan dua orang tua biologis atau orang tua angkat, secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami kekerasan seksual, penganiayaan anak, dan jenis kekerasan lainnya. Kelompok ini juga lebih kecil kemungkinannya untuk menyaksikan kekerasan dalam keluarga, dibandingkan pada anak-anak yang tinggal di keluarga orang tua tunggal dan keluarga tiri.

 

Ditambah lagi, sebuah studi dari Journal of Youth and Adolescence di tahun 2000 terhadap 109 pelaku remaja, menunjukkan bahwa struktur keluarga secara signifikan memprediksi kenakalan.

 

  1. Aktivitas Seksual dan Kehamilan Remaja

Sebuah penelitian menggunakan sampel dari 1.409 remaja pedesaan, yang terdiri dari 851 perempuan dan 558 laki-laki berusia 11-18 tahun. Di sini para peneliti menyelidiki korelasi antara ketidakhadiran ayah dan aktivitas seksual yang partisipan laporkan sendiri. Hasilnya mengungkapkan bahwa, remaja tanpa sosok ayah lebih aktif secara seksual dibanding remaja yang tinggal bersama ayah mereka.

 

Sedihnya lagi, dalam Journal of Family Issues 25 tahun 2004 mempublikasikan fakta, bahwa kelompok remaja yang dibesarkan oleh seorang ibu tunggal, meningkatkan risiko kehamilan remaja, serta menikah dan putus sekolah. Pada akhirnya, hal ini akan memengaruhi mereka secara sosial dan ekonomi.

 

Perlu digarisbawahi, hasil penelitian ini bukan berarti keputusan yang mutlak, karena setiap keluarga memiliki “warna” masing-masing dan tidak bisa disamaratakan. Ketiadaan sosok ayah beserta dampaknya berdasarkan hasil penelitian di atas, juga bukan serta-merta menyalahkan salah satu pihak. 

 

Namun alangkah baiknya, jika sampai saat Mums membaca artikel ini masih diberkahi oleh keberadaan pasangan dan sebuah keluarga yang utuh, yuk bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi anak.  Kalau selama ini hanya Mums yang banyak berperan, mulailah berkomunikasi dan ajak suami untuk banyak ambil bagian dalam pengasuhan anak. (IS)

 

 

Baca juga: Tips agar Tak Terpancing Emosi saat Anak Tak Mau Menurut

 

 

Referensi:

Psychology Today. Father Absence

Fathers. The Consequences of Fatherlessness