Denial adalah mekanisme pertahanan diri dengan cara mengabaikan kenyataan dari sebuah situasi untuk menghindari kecemasan. Denial ini digunakan banyak orang untuk mengatasi kecemasan atau stres.

 

Orang yang denial biasanya tidak mengakui kenyataan atau menyangkal konsekuensi dari suatu kenyataan. Pada jangka pendek, denial bisa bermanfaat untuk memberikan seseorang waktu untuk menyesuaikan diri dengan suatu perubahan nyata dalam hidupnya. Memberikan diri waktu bisa membantu seseorang suatu saat bisa menerima, beradaptasi, dan move on.

 

Namun, pada beberapa kasus, denial bisa mencegah seseorang menerima bantuan atau mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan, jika sudah memengaruhi kesehatan mental secara negatif.

 

Baca juga: Hati-hati, Ini Ciri-ciri Orang Mental Kepiting!

 

Ciri-ciri Orang Denial

Ada ciri-ciri orang denial yang bisa dikenali, diantaranya:

  • Menolak membicarakan tentang masalahnya.
  • Menemukan cara untuk menjustifikasi perilakunya sendiri.
  • Menyalahkan orang lain sebagai penyebab suatu masalah.
  • Terus melakukan suatu perilaku meskipun ada konsekuensi negatifnya.
  • Berjanji akan mengatasi atau membicarakan tentang masalahnya di masa depan.
  • Menghindari memikirkan tentang masalah.

 

Selain ciri-ciri orang denial di atas, biasanya orang denial juga merasa putus asa. Pada tingkat tertentu, orang yang denial tahu ada masalah yang perlu dibicarakan, namun merasa tidak ada yang bisa dilakukan untuk meredakannya. 

 

Ketika orang lain mencoba untuk membantu, orang tersebut akan berpura-pura menyetujui atau mengatakan kepada orang lain tersebut untuk tidak ikut campur.

 

Contoh Situasi atau Skenario Denial

Berikut beberapa contoh skenario atau situasi ketika seseorang mengalami denial:

  • Seseorang mengelak bahwa ia memiliki kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang karena ia merasa masih bisa beraktivitas seperti biasa dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
  • Setelah kematian orang yang disayangi, seseorang bisa menolak menerima kenyataan dan mengelak bahwa kematian tersebut sudah terjadi.
  • Setelah melukai perasaan orang lain, seseorang menolak untuk memikirkan hal tersebut atau mencari cara untuk menyalahkan orang lain tersebut atas perilakunya. Contohnya, orang tersebut mungkin akan berkata, “Aku gak akan melakukan hal itu kalau Kamu-nya gak bersikap seperti itu!,”
  • Orang yang mengalami gejala gangguan mental mungkin akan menghindari memikirkan hal tersebut dan menolak mencari pertolongan karena tidak mau menghadapi masalahnya.

 

Baca juga: Apakah Kamu Punya Motivasi Berdasarkan Rasa Takut?

 

Dampak Sikap Denial

Denial bukan selalu suatu hal yang buruk. Ketika menghadapi situasi yang mengejutkan atau menyebabkan stres, mengalami denial bisa memberikan kita sedikit waktu untuk menerimanya secara perlahan. 

 

Misalkan, jika Kamu merasa denial tentang suatu gejala kesehatan yang dialami karena tidak mau menerima adanya kemungkinan gejala tersebut merupakanpenyakit serius. Daripada stres dan khawatir terus menerus, memiliki sikap denial bisa memberikan Kamu sedikit waktu untuk tetap tenang sambil menjalani pemeriksaan di dokter.

 

Namun pada kasus lain, denial bisa berdampak buruk dan bahkan berbahaya. Misalnya, kalau Kamu bersikap denial terhadap suatu masalah kesehatan dan tidak pernah memeriksakan diri ke dokter, masalah kesehatan tersebut bisa bertambah parah. 

 

Baca juga: Remaja Kena Mental, Ini yang Harus Dilakukan

 

Mengobati Denial

Cara mengobati denial seringkali dipengaruhi oleh penyebab perilaku tersebut. Kebanyakan orang biasanya bisa menerima kenyataan jika diberikan waktu dan dukungan yang cukup. 

 

Contoh pertolongan bisa berupa psikoterapi atau support group. Pada terapi psychodynamic, mempelajari cara mengakui dan mengidentifikasi mekanisme pertahanan diri bisa membantu meningkatkan kesadaran diri untuk memahami perilaku sendiri.

 

Sumber:

Very Well Mind.Denial as a Defense Mechanism. Mei 2021.