Geng Sehat, drama korea Hospital Playlist Season 2 baru saja tamat. Waah..sedih bangat pasti bagi penggemar berat drama yang menceritakan kehidupan sehari-hari lima dokter yang bersahabat sejak kuliah ini. Dalam setiap episodenya, drama ini banyak mengangkat tentang penyakit pasien. Di episode 11, misalnya, ada pasien pria  yang harus menjalani operasi aneurisma karena berpotensi mengancam nyawa jika tidak dioperasi.

 

Apa sih aneurisma itu? RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono Jakarta. Pada Kamis, 16 September lalu mengadakan edukasi secara virtual tentang aneurisma dan penanganannya. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh setiap bulan September. Tahun ini mengangkat tema ‘Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives’.

 

Tujuan kampanye ini adalah meningkatkan awareness masyarakat akan aneurisma otak ini, kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga harus ditingkatkan agar dapat mendeteksi dini, melakukan edukasi pencegahan, dan penanganan komprehensif aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya aneurisma otak, atau akan lebih baik bila dapat ditangani sebelum aneurisma tersebut pecah.

 

Baca juga: Mengenal Aneurisme Otak

 

Apa itu Aneurisma?

Spesialis bedah saraf Dr. Abrar Arham, Sp.BS selaku Head of Neurosurgeon RS Pusat Otak Nasional (PON) Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono, menjelaskan, bahwa aneurisma itu semacam “jerawat di pembuluh darah”. Dalam arti harfiah, berupa tonjolan di pembuluh darah, biasanya pembuluh darah otak atau di pembuluh darah lainnya.

 

Secara medis, tonjolan (balloning) itu adalah kelainan bentuk pembuluh darah, di mana ada sebagian kecil area pembuluh darah di otak yang menggelembung seperti balon. Jika pecah, dampaknya bisa menyebabkan kecacatan bahkan kematian.

 

Aneurisma tidak diketahui penyebabnya, sehingga bisa terjadi pada usia berapapun, tua maupun muda. Orang yang nampak sehat, bisa jadi memiliki aneurisma jika dilakukan pencitraan di pembuluh darah otak. Nah, sebelum aneurisma ini pecah, maka dilakukan serangkaian terapi untuk mencegahnya pecah.

 

Menurut dr Abrar, aneurisma berisiko pecah dan menyebabkan perdarahan di otak dan akan menyebabkan kematian sel otak, tergantung area yang terdampak. Bisa saja memengaruhi motoriknya, penglihatan, kemapuan biacara, hingga dampak yang terberat adalah kematian.

 

Orang dengan hipertensi sangat rentan mengalami pecah pembuluh darah otak jika memiliki aneurisma. Penggelembungan pembuluh darah umumnya tidak bergejala, tahu-tahu pecah. Keberadaannya pun seringkali tidak disengaja, yakni saat dilakukan pemindaian di kepala.

 

 

Baca juga: Aneurisma Otak Hampir Merenggut Nyawa Pemeran Daenerys GOT

 

Penanganan Aneurisma Tanpa Pembedahan

Diperkirakan sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Sedangkan pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami oleh 1 orang setiap 18 menit. Beberapa orang terkenal pernah mengalami pecah aneurisma otak diantaranya, Sharon Stone, Emilia Clarke (Game of Throne), Dr. Dre, dan Neil Young. 

 

"Aneurisma memang tidak selalu berujung pada kematian, namun kualitas hidup penderitanya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga. Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh penderita aneurisma otak,” jelas dr. Abram.

 

RS PON, tambah Dr Abrar, saat ini menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya. Penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya. Disamping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik.

 

Saat ini penanganan aneurisma tidak lagi dengan membuka kepala atau bedah konvensional. Metode terbaru untuk aneurisma dapat dilakukan dengan bedah mikro (clipping aneurisma) atau menjepit aneurisma. Selain itu ada teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma).

 

Coiling ini dilakukan dengan memasukkan semacam kawat halus ke dalam anuerisma melalui keteter, sehingga anuerisma menjadi padat dan tidak akan pecah. Cara lain adalah dengan pemasangan stent (seperti yang biasa dipasang di jantung jika ada penyumbatan pembuluh darah). Tujuannya menghambat aliran darah yang masuk ke akntung aneurisma menjadi minimal, dan semakin lama semakin kecil atau menghilang dengan sendirinya.

 

Apapun metodenya, dokter biasanya membutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini.

 

 

Baca juga: Bolehkan Penderita Aneurisma Melakukan Aktivitas Berat?
 

Bisa Dicegah Agar Tidak Pecah

Langkah terbaik untuk mencegah kematian dan kecacatan karena pecah aneurisma adalah dengan rutin cek otak secara berkala, apalagi jika kamu memiliki hipertensi,  berusia di atas 40 tahun dengan riwayat aneurisma di keluarga.

 

Segera ke dokter jika kamu mengalamai gejala sebagai berikut:

- Nyeri di sekitar mata

- Mati rasa di salah satu sisi wajah

- Pusing dan sakit kepala

- Kesulitan berbicara

- Keseimbangan terganggu

- Sulit berkonsentrasi atau memiliki daya ingat yang lemah

- Gangguan penglihatan atau melihat ganda

 

Adapun gejala pecahnya aneurisma di antaranya:

- Penglihatan terganggu

- Mual dan muntah

- Kehilangan kesadaran

- Kejang

- Sulit berbicara

- Lumpuh atau kelemahan pada tungkai atau salah satu sisi tubuh

 

Baca juga: Stroke di Usia Muda Tanpa Riwayat Hipertensi, Hati-Hati Aneurisma!