Bayi baru lahir yang dilahirkan baik secara persalinan normal maupun sesar, baik itu bayi lahir cukup bulan maupun kurang bulan, akan menjalani pemeriksaan rutin berupa pengukuran berat badan dan panjang badan. Selain 2 hal tersebut, pengukuran yang tidak kalah penting dan harus dilakukan adalah pengukuran lingkar kepala bayi.

 

Mengapa demikian? Karena lingkar kepala bayi merupakan salah satu indikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta penanda ada atau tidaknya kelainan fisik maupun penyakit bawaan yang diderita oleh bayi tersebut.

 

Baca juga: Hati-hati Memakaikan Aksesori pada Bayi Baru Lahir

 

 

Kapan Pengukuran Kepala Dilakukan?

Pengukuran lingkar kepala ini dilakukan rutin hingga usia 3 tahun, di mana pada usia tersebut kepala telah tumbuh dengan maksimal dan dianggap tidak akan mengalami perubahan ukuran lagi.

 

Pengukuran lingkar kepala adalah pemeriksaan yang mudah, tidak membutuhkan alat yang rumit, tidak dibutuhkan keahlian khusus, bahkan dapat dilakukan oleh perawat/bidan atau bahkan orang tua anak sendiri.

 

Namun interpretasi atau cara membaca hasil dari pengukuran ini membutuhkan keahlian dokter, dokter umum ataupun dokter spesialis anak, untuk kemudian disesuaikan dengan grafik pertumbuhan anak menurut WHO.

 

Nantinya hasil pengukuran ini dapat menjadi petunjuk bagi dokter dalam merawat dan menangani abnormalitas yang didapat. Umumnya ukuran lingkar kepala normal bayi cukup adalah 32 sampai 38 cm.

 

Baca juga: Jika Napas Bayi Berbunyi

 

Mendeteksi Mikrosefali dan Makrosefali

Secara garis besar, kelainan ukuran lingkar kepala bayi dibagi menjadi 2, yaitu mikrosefali dan makrosefali.

 

Mikrosefali

Kepala bayi dikatakan mikrosefali jika ukuran lingkar kepala bayi kurang dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata dibandingkan bayi pada usia dan jenis kelamin yang sama. Dengan kata lain, kepala bayi mikrosefali lebih kecil yang menunjukkan ukuran otak bayi tersebut juga lebih kecil dibandingkan bayi seusianya.

 

Sebanyak 2,5% bayi dapat diklasifikasikan memiliki mikrosefali dan beberapa di antaranya tidak memiliki kelainan pada sistem saraf. Riwayat ukuran kepala yang kecil pada keluarga serta perkembangan otak yang normal dapat ditemukan pada mikrosefali yang diturunkan tanpa gejala (asymptomatic familial microcephaly).

 

Mikrosefali yang berat dapat merupakan kasus yang serius dan disebabkan oleh otak bayi yang tidak berkembang selama kehamilan, atau otak berkembang dengan tepat namun kemudian terganggu perkembangannya pada kondisi tertentu sepanjang kehamilan. Mikrosefali dapat menyebabkan beberapa masalah di kemudian hari seperti:

  • Kejang
  • Gangguan perkembangan, seperti terlambatnya kemampuan bicara, dan perkembangan lain (seperti duduk, berdiri, dan berjalan)
  • Kecacatan intelektual
  • Masalah dengan pergerakan dan keseimbangan
  • Masalah makan, seperti kesulitan menelan
  • Gangguan pendengaran
  • Gangguan penglihatan

 

Mikrosefali yang berat dapat berdampak pula pada kondisi yang mengancam nyawa, baik itu ketika bayi baru lahir maupun setelah berkembang dalam beberapa tahun kehidupan.

 

Baca juga: Hipotiroid Kongenital Sebabkan Retardasi Mental. Kenali Gejalanya pada Bayi Baru Lahir!
 

Beberapa Faktor Penyebab Mikrosefali

Penyebab dari mikrosefali secara garis besar belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa bayi dengan mikrosefali dikarenakan perubahan pada gen. Beberapa penyebab mikrosefali lainnya yang dapat menjadi pencetus selama kehamilan, di antaranya:

  • Infeksi tertentu selama kehamilan, seperti rubella, toksoplasmosis, atau cytomegalovirus
  • Gizi buruk berat, yang berarti kekurangan nutrisi
  • Paparan bahan-bahan berbahaya, seperti alkohol, obat tertentu, atau bahan beracun
  • Gangguan asupan darah ke otak bayi selama perkembangannya

 

Mikrosefali adalah keadaan seumur hidup, yang mana belum ditemukan pengobatan untuk menyembuhkan mikrosefali tersebut. Mikrosefali yang ringan seringkali tidak membutuhkan penanganan khusus, cukup monitor pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin.

 

Namun untuk mikrosefali berat, bayi akan membutuhkan penanganan dan perawatan yang berfokus pada masalah kesehatan yang disebabkan oleh mikrosefali tersebut (seperti disebutkan di atas). Perawatan tersebut termasuk terapi bicara, terapi okupasi, terapi fisik, dan terkadang beberapa obat dibutuhkan untuk mengobati kejang ataupun gejala lainnya.

 

Baca juga: Merawat Bayi dengan Berat Lahir Rendah

 

Makrosefali

Selain mikrosefali, kelainan ukuran lingkar kepala yang cukup banyak ditemukan adalah makrosefali. Sebagai kebalikan dari mikrosefali, makrosefali adalah kondisi kelainan ukuran lingkar kepala bayi yang mana kepala bayi lebih besar dibandingkan anak lain yang seusianya.

 

Makrosefali disebabkan oleh berbagai penyebab, mulai dari kondisi medis yang ringan hingga kondisi medis berat yang membutuhkan penanganan segera. Kondisi medis tersebut di antaranya adalah hidrosefalus, tumor otak, kelainan tulang, atau dapat pula varian normal yang diturunkan.

 

Pada makrosefali perlu diperiksa lebih lanjut apakah didapati gejala muntah, penurunan kesadaran, gelisah, serta gangguan saraf maupun perkembangan pada pasien ataupun keluarga. Hidrosefalus merupakan kelainan makrosefali yang paling serius, di mana terjadi penumpukan cairan di dalam otak yang berlebih. Anak dengan hidrosefalus akan mengalami keterlambatan perkembangan.

 

Sama halnya dengan mikrosefali, hidrosefalus dapat pula disebabkan oleh proses infeksi baik di dalam rahim maupun setelah bayi lahir. Selain itu, perdarahan di dalam otak yang terjadi setelah bayi lahir banyak ditemukan sebagai penyebab dari hidrosefalus.

 

Penanganan makrosefali ini pun harus disesuaikan dengan penyebab dari kelainan tersebut, dan seberapa berat gejala yang ditimbulkan oleh kelainan ini. Pada kasus yang berat, di mana bayi sampai masuk pada kondisi gangguan kesadaran, tindakan operasi mungkin dibutuhkan segera untuk menyelamatkan nyawa bayi.

 

Pada kondisi makrosefali yang ringan dan tanpa gejala, pemantauan ketat serta pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap dapat dilakukan untuk menyingkirkan kelainan-kelainan yang mendasarinya.

 

Sebagai kesimpulan, pengukuran lingkar kepala merupakan pemeriksaan yang penting dan perlu dilakukan segera sesaat bayi lahir dan juga adalah salah 1 komponen penting yang perlu rutin dilakukan hingga anak memasuki usia batita ataupun balita. Pentingnya menilai perkembangan dan pertumbuhan otak dan fisik kepala anak perlu menjadi perhatian orang tua di kemudian hari, sehingga penanganan yang tepat dapat segera dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan yang ditemukan. 

 

Baca juga: Pentingnya Tes Pendengaran untuk Bayi Baru Lahir