Sebelum si Kecil diperbolehkan pulang setelah masa rawat pascapersalinan, umumnya pihak rumah sakit akan mewajibkan ia untuk melewati tes fungsi pendengaran. Sebagai langkah pencegahan, nyatanya tes ini berfungsi sangat penting untuk perkembangan kecerdasan si Kecil, lho. Yuk, ketahui lebih dalam, Mums.

 

Kenapa Pendengaran Bayi Baru Lahir Harus Diperiksa?

 

Perkembangan kecerdasan si Kecil melibatkan 5 panca indra, yaitu penglihatan, penciuman, pengecapan, pendengaran, dan  perabaan. Jika salah satu elemen itu tidak ada, maka proses belajarnya mengenal dunia pun bisa terkendala. 

 

Perlu Mums tahu, dari sejak si Kecil lahir, ia sudah memulai proses belajarnya, dimulai dengan mendengarkan suara di sekitarnya. Itulah mengapa, pendengaran adalah unsur penting dalam proses belajar bicara, membaca, dan perkembangan otaknya.

 

Menurut data, 1 hingga 3 dari setiap 1.000 bayi yang lahir di Amerika Serikat memiliki tingkat pendengaran di luar kisaran biasanya. Dan mengutip dari CNN Indonesia, diperkirakan lahir 5.000 bayi dengan tuli kongenital di Indonesia.Tuli kongenital adalah hilangnya pendengaran disebabkan oleh bawaan dan riwayat sejak lahir. 

 

Tuli kongenital karena bawaan sejak lahir dipengaruhi oleh gen dalam keluarga yang memiliki gangguan pendengaran. Sementara jika diakibatkan oleh riwayat kelahiran bayi, seperti jika berat badan lahir rendah (BBLR), lahir prematur, kuning, serta anoksia atau tidak bisa bernapas saat lahir. 

 

Kondisi ini juga bisa terjadi akibat adanya infeksi saat bayi berada di dalam kandungan. Misal, jika ibu hamil terinfeksi Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes Simplex Virus II (HSV-II) atau dikenal dengan TORCH, saat masih di trimester pertama yang mengganggu perkembangan telinga. 

 

Dengan adanya tes fungsi pendengaran sejak dini, maka dokter dan orang tua dapat mengetahui secara cepat bila si Kecil terindikasi memiliki gangguan pendengaran ataupun tuli. Jika ditemukan kelainan, maka si Kecil akan segera mendapatkan intervensi medis khusus yang akan membuat perbedaan signifikan untuk perkembangan komunikasi dan bahasanya kelak. Itulah kenapa, tes fungsi pendengaran direkomendasikan dilakukan paling cepat sebelum si Kecil diperbolehkan pulang ke rumah atau selambat-lambatnya sebelum ia  berusia 1 bulan. 

 

Baca juga: Mikro Mineral: Kecil Tapi Berdampak Besar Bagi Tubuh

 

Ragam Tes Pendengaran pada Bayi

 

Normalnya, bayi akan merespons suara dengan refleks terkejut atau memutar kepalanya mengikuti sumber suara. Itulah mengapa, mainan untuk bayi di 2-3 bulan pertama juga banyak yang bisa mengeluarkan bunyi, untuk merangsang indra pendengarannya. 

 

Sayangnya, respons seperti itu belum menjamin si Kecil tidak mengalami gangguan fungsi pendengaran, lho. Bayi yang sulit mendengar atau bahkan tuli, mungkin mendengar beberapa suara, tetapi masih belum cukup mendengar untuk mengerti bahasa lisan. 

 

Ini berarti ia tidak dapat mendengar semua suara di sekitarnya dan semua yang Mums katakan. Tanpa tes pendengaran yang layak, belum bisa dipastikan secara jelas apakah si Kecil lahir tanpa mengalami masalah dengan pendengarannya.

 

Ada dua metode tes pendengaran yang biasa digunakan di rumah sakit, yaitu:

 

  • Automated Auditory Brainstem Response (AABR)

 

Metode ini mengukur bagaimana saraf pendengaran dan otak merespons suara. Suara klik atau nada diperdengarkan melalui earphone lembut ke telinga bayi. Sementara, tiga elektroda yang diletakkan di kepala bayi untuk mengukur saraf pendengaran dan respons otak.

 

 

  • Otoacoustic Emission (OAE)Emisi Otoacoustic

 

Metode ini ini mengukur gelombang suara yang dihasilkan di telinga bagian dalam dengan memasukkan sebuah alat kecil di dalam saluran telinga bayi. Dari situ, bisa diukur jangkauan suara ketika suara klik atau nada dimainkan ke telinga bayi.

 

Baca juga: Tips Agar Makanan Tahan Lama di Kulkas

 

 

 

 

Kedua metode tes pendengaran ini berlangsung singkat, yaitu hanya sekitar 5 hingga 10 menit. Tes dilakukan saat si Kecil tidur atau berbaring diam dan tidak menimbulkan rasa sakit.

 

Selain kedua cara tadi, Mums juga memiliki opsi untuk melakukan tes pendengaran di rumah. Sesuai saran yang diberikan oleh Wakil Ketua Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT), dr. Hably Warganegara, Sp.THT-KL, uji pendengaran bisa dilakukan swadaya di rumah. Karena, bayi mampu merespons dan menunjukkan refleks moro saat mendengar suara keras.

 

Refleks moro bisa jelas terlihat saat si Kecil tidak dibedung atau diselimuti. Tangannya naik seperti mau memeluk karena kaget. Ia juga bisa menunjukkan tanda lain berupa mengejapkan mata (auropalpebra), mengerutkan wajah (grimacing), berhenti menyusu atau mengisap lebih cepat, bernapas lebih cepat, dan ritme jantung bertambah cepat.

 

Untuk mengetes pendengaran si Kecil dengan cara sederhana ini, Mums perlu mengetahui triknya, yaitu berikan rangsangan suara dari belakang bayi, bukan dari depan. Dengan begitu, refleks yang si Kecil tunjukkan bisa terlihat signifikan. Jika si Kecil tidak merespons rangsangan suara yang diberikan, maka Mums tak perlu menunggu untuk segera memeriksakannya ke dokter.

 

Baca juga: Bahaya Mengikat Rambut si Kecil Terlalu Kencang

 

Sumber:

Healthy Children. Newborn Hearing Screening.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cara Sederhana Deteksi Pendengaran Bayi Baru Lahir.

American Speech Language Hearing Association. Hearing Loss at Birth.

CNN Indonesia. Tuli Kongenital.