Belakangan ini, nama Dedy Susanto tengah menjadi perbincangan masyarakat Indonesia, khususnya di dunia maya. Pria yang mengaku sebagai psikolog ini memang cukup terkenal karena memiliki banyak klien dari berbagai kalangan, bahkan termasuk selebgram. Dedy memberikan pelayanan  terapi psikologis.

 

Namun ternyata, baru-baru ini seorang selebgram bernama Revina VT mengatakan bahwa Dedy diduga tidak memiliki izin prakti resmi. Selain itu, pria ini juga diduga melakukan pelecehan seksual kepada kliennya.

 

Beberapa hari ini, sangat banyak klien Dedy yang membuka suara terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukan pria tersebut kepada mereka. Bahkan, banyak yang menyebutnya sebagai predator seks.

 

Akibat banyaknya dugaan tersebut, banyak yang menduga bahwa Dedy memiliki masalah kecanduan seksual atau gangguan hiperseksual. Apa sih yang dimaksud dengan gangguan hiperseksual itu? Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: 7 Fakta tentang Selaput Dara yang Harus Kamu Tahu

 

Ciri-ciri Gangguan Hiperseksual

Kecanduan seksual atau hiperseksualitas adalah suatu kondisi di mana penderitanya sangat terobsesi terhadap fantasi seksual. Obsesi ini bisa berupa kombinasi antara aktivitas seksual kasual atau non-intim, pornografi, mastrubasi berlebihan, hingga obsesi terhadap pasangan seksual selama beberapa bulan.

 

Secara singkat, gangguan hiperseksual adalah kondisi psikologis yang membuat penderitanya memiliki gairah dan fantasi seksual yang sulit dikendalikan atau berlebihan.

 

Masalah kesehatan mental ini bisa digolongkan dalam kategori kecanduan, mirip dengan kecanduan judi, kecanduan makan, atau kecanduan berbelanja (compulsive spending).

 

Dari sudut pandang medis, orang dengan gangguan hiperseksual mengalami peningkatan zat kimia di dalam otak akibat perilaku dan fantasi seksualnya yang intens. Aktivitas seksual tersebutlah yang menjadi subjek dari kecanduan mereka.

 

Baca juga: Posisi Seks Terbaik Berdasarkan Zodiak Kamu

 

Mendeteksi Gangguan Hiperseksual

 

Menentukan seseorang mengalami gangguan hiperseksual atau tidak, harus dilakukan oleh psikiatri atau dokter spesialis kesehatan jiwa. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk memastikan pasien bukan mengalami kecanduan yang lain, misalnya kecanduan obat, serta gangguan kesehatan mental yang salah satu gejalanya adalah hiperseksualitas.

 

Beberapa jenis gangguan mental yang memiliki ciri-ciri hiperseksual, misalnya gangguan bipolar, gangguan kompulsif obsesif, dan gangguan AHDH (hiperaktif). Namun, ada pula beberapa kasus dimana seseorang memiliki gangguan kesehatan mental dan juga gangguan hiperseksualitas sekaligus. Kedua kondisi tersebut harus didiagnosis secara tepat, supaya bisa disembuhkan.

 

Meskipun gangguan hiperseksual belum diakui sepenuhnya sebagai gangguan kesehatan mental yang sah karena kurangnya penelitian mendalam, banyak ahli yang menganggap sejenis kecanduan ini sebagai gangguan neuropsikobiologis.

 

Banyak orang yang kecanduan seksual baru meminta pertolongan ketika penyakitnya sudah bertambah parah hingga berdampak negatif terhadap kesehatan, karir, keuangan, dan hubungannya dengan orang-orang terdekat.

 

Kebanyakan pria yang memeriksakan kondisi gangguan hiperseksualitasnya untuk mencari bantuan terkait konsekuensi negatifnya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk penurunan kualitas hubungan sosial, terancamnya pernikahan, dan ditinggalkan oleh pasangan. (UH)

 

Baca juga: 5 Tren Seks Tahun 2020

 

Sumber:

PsychCentral. Hypersexuality: Symptoms of Sexual Addiction. Oktober 2018.
Health Europa. New study suggests hormone linked to hypersexual disorderS. September 2019.