ASI eksklusif merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah kematian anak dan membuat mereka lebih sehat. Namun menurut UNICEF Indonesia, selama satu dekade terakhir pemberian ASI eksklusif telah menurun. Padahal setelah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, Mums disarankan untuk terus menyusui selama 2 tahun atau lebih.

Selain membuat daya tahan tubuh anak meningkat, menyusui juga akan membuat hubungan antara Mums dan si Kecil menjadi lebih erat. Ikatan yang erat juga dipercaya bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak kelak. Namun dalam praktiknya, proses menyusui tidak pernah berjalan mulus. Ada beberapa kendala yang kadang hadir. Bahkan ada beberapa hal yang membuat Mums ragu untuk mulai menyusui sang Buah Hati.

Berikut ini beberapa hal yang terkadang bisa membuat Mums ragu untuk memberikan ASI. Dikutip dari detik.com, ketahui faktanya agar Mums bisa memberi ASI eksklusif secara optimal!

 

Bisakah payudara implan menyusui?

Banyak wanita yang memilih memasang implan pada payudaranya, agar bentuknya lebih besar dan indah. Lalu, apakah payudara implan tidak mengganggu proses menyusui? Payudara implan sebenarnya tidak mengganggu pemberian ASI kepada bayi, asalkan proses operasi yang dilakukan tepat. Sebab, silikon dan saline (air garam) yang dipakai untuk implan payudara berada pada posisi yang berbeda dengan tempat ASI diproduksi.

Namun, puting payudara implan biasanya akan terasa lebih sensitif dan mengalami pembengkakan pasca-melahirkan, saat produksi susu mulai meningkat. Wanita yang menggunakan implan payudara tidak disarankan untuk menyusui bila implannya bocor atau pecah, karena berpotensi meracuni ASI.

 

Pasca-melahirkan ASI Tidak Langsung Keluar

Menjalani konseling laktasi sejak masa kehamilan memang diperlukan, Mums. Ada beberapa ibu baru yang merasa khawatir dan kebingungan saat ASI tidak langsung keluar pasca-melahirkan. Lewat konseling laktasi, Mums akan diberi penjelasan yang lengkap seputar ASI. Mums tidak perlu khawatir jika setelah melahirkan ASI tidak keluar dengan lancar. Hal tersebut wajar, karena biasanya ASI baru akan keluar dengan lancar 2-3 hari pasca-melahirkan.

Baca juga : Berbagai Cara Untuk Menambah Produksi ASI

 

Jika ASI belum keluar dengan lancar, tetap rangsang sehingga produksi ASI dapat meningkat. Rangsangan bisa berupa kontak kulit dengan bayi, memijat lembut payudara, atau memompa ASI dengan tangan. Jangan sampai setiap tangisan bayi diartikan kalau bayi sedang lapar, hingga akhirnya Mums malah memilih susu formula ya.

 

ASI Tidak Terpengaruh oleh Bentuk Puting dan Ukuran Payudara

Tidak perlu khawatir pada bentuk puting Mums, karena baik datar, pendek, atau masuk ke dalam tidak akan memengaruhi produksi ASI. Puting yang menonjol memang bisa mempermudah bayi mengisap susu, namun hal ini hanyalah sebuah rangsangan. Sebenarnya, ASI keluar dengan cara memerah bagian areola (area berwarna hitam). Dan cairan ASI diproduksi di kelenjar susu oleh hormon prolaktin yang terangsang akibat isapan mulut bayi.

Begitu juga dengan ukuran payudara, besar dan kecilnya payudara tidak memengaruhi produksi ASI. Selama hamil, ukuran payudara memang membesar. Namun hal itu merupakan dampak dari pertumbuhan sel yang memproduksi ASI dan saluran yang membawa ASI ke puting. Payudara kecil bukan berarti air susu yang keluar hanya sedikit atau payudara besar berarti air susu yang mengalir akan lebih banyak.

 

Diare pada Bayi Baru Lahir

Jika bayi baru lahir mengalami diare, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan selama diare yang diderita tidak membuat berat badan bayi menurun. Buang jauh-jauh pikiran kalau ASI yang keluar dari payudara Mums berkualitas buruk, sehingga bayi menjadi sakit. Bayi baru lahir normal jika buang air besar sebanyak 10-15 kali dalam sehari.

Baca juga : Manfaat dan Kebaikan ASI Untuk Ibu dan Buah Hati

 

Diare yang buah hati alami bisa terjadi karena ASI mengandung laktosa yang tinggi dan kandungannya menyebabkan diare. Jangan khawatir Mums, laktosa ini sangat baik untuk perkembangan otak, lho. Selain itu, diare juga bisa menjadi reaksi tubuh bayi terhadap organ pencernaan yang baru mulai bekerja. Jadi jangan langsung paranoid, ya!

 

ASI dari Pengidap HIV/AIDS

Bagaimana jika Mums mengidap HIV, apa bayi akan tertular HIV? Jawabannya adalah belum tentu. Lalu apa bayi masih bisa minum ASI yang keluar dari tubuh Mums? Jawabannya adalah bisa, asalkan Mums telah mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) sejak awal masa kehamilan. Pengonsumsian ARV akan membuat virus dalam tubuh Mums tidak menginfeksi bayi. Selain itu, ASI juga mengandung protein Tenascin-C (TNC), yang bisa melemahkan kuman dan bakteri, serta virus HIV.

 

Bayi yang Lahir dari Penderita Hepatitis B

Hepatitis atau penyakit kuning merupakan infeksi yang menular. Jika Mums mengidap hepatitis B, jangan ragu untuk menyusui sang Buah Hati. Virus hepatitis B bisa tertular kepada bayi, jika saat melahirkan bayi terkontaminasi darah Mums. Untuk mencegah penularan virus, Mums harus melakukan vaksinasi hepatitis B pada bayi di 12 jam pertama setelah bayi lahir, dan pada usia 1 bulan, 6 bulan, lalu usia 9-18 bulan.

Untuk penularan melalui ASI, hal itu sangat rendah kemungkinannya. Penularan bisa dicegah dengan merawat puting agar tidak terluka, lecet, atau berdarah. Jangan lupa untuk memperhatikan posisi yang tepat dan nyaman, ya.

 

Semoga kekhawatiran Mums terjawab sudah, ya. Jangan ragu dan tidak percaya diri pada kualitas ASI Mums. Ingat, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai ia berusia 2 tahun. ASI akan membuat anak tumbuh dengan baik dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat.

Baca juga : 5 Imunisasi Wajib Untuk Anak