Maraknya kasus vaksin palsu membuat berbagai kalangan pemerhati kesehatan menjadi risau. Vaksin yang seharusnya membuat seseorang kebal terhadap suatu penyakit, justru disalahgunakan sehingga tidak memiliki fungsi apapun bagi tubuh penerima vaksin. Vaksin dapat didefinisikan sebagai bahan antigenetik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme lain.

Pemberian vaksin dilakukan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi sehingga dapat melindungi tubuh serta kebal dari serangan penyakit. Pemerintah melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mewajibkan anak-anak mendapatkan vaksin yang diberikan melalui program imunisasi wajib. Terdapat lima jenis vaksin yang wajib diberikan secara berkala dalam imunisasi wajib untuk anak, yaitu sebagai berikut:

 

BCG

Vaksin BCG diberikan dalam imunisasi wajib untuk anak dengan tujuan untuk mencegah penyakit TB (tuberkulosis) yang disebakan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Umumnya, penyakit ini menyerang bagian paru-paru. Vaksin ini bisa diberikan sejak bayi baru lahir, namun lebih efektif diberikan saat bayi berusia 1-2 bulan. Vaksin BCG diberikan sekali saja dan tak perlu diulang (kecuali terdapat kegagalan-mendapatkan vaksin palsu) karena antibodi akan penyakit TB akan terus ada seumur hidup.

Biasanya setelah satu-dua bulan disuntikkan ke bagian lengan kanan atas, terdapat luka kecil yang tak jarang akan muncul nanah. Jangan khawatir karena hal itu justru menjadi tanda jika pemberian imunisasi BCG berhasil. Selain itu biasanya akan muncul benjolan kecil, jika tidak sebaiknya lakukan imunisasi BCG ulang sebelum anak berusia 1 tahun. Pemberian vaksin ini juga bisa gagal karena daya tahan tubuh anak kurang bagus atau kebutuhan gizi sedang buruk.

Tubuh anak dengan daya tahan tubuh tidak bagus dan kurang gizi membuat zat-zat tertentu yang dibutuhkan menjadi tidak berfungsi. Terdapat catatan khusus apabila anak terlambat mendapatkan imunisasi vaksin BCG yaitu ketika anak berusia lebih dari 3 bulan. Terlebih dahulu harus dilakukan uji tuberkulin untuk mengetahui apakah di dalam tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau belum. BCG baru bisa diberikan saat uji tuberkulin negatif.

 

Hepatitis B

Imunisasi untuk memberikan vaksin hepatitis B bertujuan untuk mencegah kerusakan hati. Diberikan secara berkala sebanyak 3 kali, yaitu pada suntikan pertama diberikan pada 12 jam setelah kelahiran, suntikan kedua saat usia 1 bulan, dan suntikan ketiga di usia 6 bulan. Disarankan, jarak antara pemberian pertama dengan kedua minimal 4 minggu.

Pada anak akan diberikan intramuskuler di bagian lengan dan pada bayi melalui anterolateral paha. Jika terbukti mengidap hepatitis B, maka perlu diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin anti hepatitis B sebelum 24 jam setelah diagnosis muncul, selanjutnya bayi akan mendapatkan imunisasi hepatitis B pada 24 jam setelah kelahirannya, dan jadwal berikutnya akan sama diberikan pada anak tanpa diagnosis hepatitis B. Pada sedikit anak dapat muncul keluhan nyeri di bekas suntikan disertaii dengan demam ringan. Bila hal ini terjadi, Anda tidak perlu khawatir karena reaksi ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari. Imunisasi wajib untuk anak ini tidak dapat diberikan pada anak yang sedang dalam keadaan sakit berat. Sedangkan pada ibu hamil, imunisasi hepatitis B dapat memberikan keuntungan untuk melindungi ibu dan janin, baik selama dalam kandungan sampai beberapa setelah lahir.

 

DPT

Vaksin DPT diberikan untuk mencegah terjangkitnya anak dari penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Imunisasi wajib untuk anak yang diberikan sebanyak 5 kali, yaitu untuk DPT I sampai III harus diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun. Umumnya, DPT I di usia 2 bulan, DPT II di usia 4 bulan, dan DPT III di usia 6 bulan. Berikutnya, untuk DPT IV diberikan di usia 18 tahun dan DPT V di usia 5 tahun.

Kemudian, anak bisa mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toksoid) saat anak berusia 12 tahun. Reaksi umum yang terjadi setelah mendapatkan imunisasi DPT adalah anak akan merasa pegal pada tangan atau kaki, kelelahan, nafsu makan berkurang, muntah, rewel, dan demam. Beberapa anak akan mendapatkan demam ringan, namun ada pula hingga demam tinggi sekitar 37,5°C—40°C. Anda tidak perlu khawatir karena umumnya demam akan turun selama 1-2 hari setelah diberikan obat penurun demam. Namun, jika setelah 2 hari demam tidak kunjung turun sebaiknya segera bawa ke dokter, terlebih jika anak memiliki riwayat kejang. Anda juga bisa memilih menggunakan vaksin DPT asesuler dengan dampak efek samping demam yang lebih minimal, terutama bagi yang anak yang memiliki riwayat kejang. Imunisasi DPT ini tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat epilepsi.

 

Polio

Sesuai dengan namanya, imunisasi untuk pemberian vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit polio yang bisa diderita. Imunisasi wajib untuk anak ini diberikan dengan cara disuntikan ( Inactived Poliomyelitis Vaccien/IPV) atau bisa juga diberikan melalui mulut ( Oral Poliomyelitis Vaccien/OPV). Di Indonesia, sebagian besar pemberian imunisasi polio masih dilakukan secara oral/ melalui mulut. Imunisasi polio diberikan sebanyak 6 kali, yaotu saat baru lahir, di usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.

Setelah usia bayi, akan diberikan kembali di usia 18 bulan dan 5 tahun. Biasanya, vaksin polio diberikan bersama dengan imunisasi vaksin DPT. Meski jarang muncul efek samping, sebagian anak bisa mengalami Paralitik Poliomyelitis (Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis/VAPP) yaitu lumpuh layuh akut yang terjadi pada 4 sampai 40 hari setelah diberikan vaksin OPV. Imunisasi polio OPV berupa virus hidup ini tidak boleh diberikan jika anak dalam keadaan demam 38,5°C atau lebih, terdapat penyakit akut, muntah, diare, sedang menerima pengobatan kortikosteroid, penyakit kanker/keganasan, pengobatan radiasi umum, atau penderita HIV/AIDS.

 

Campak

Imunisasi campak wajib diberikan untuk mencegah terjangkit dari penyakit campak. Diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 9 bulan dan 6 tahun. Apabila sampai usia 12 bulan bayi belum mendapatkan imunisasi campak, maka direkomendasikan untuk mendapatkan juga imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) di usia 15 bulan. Campak hanya akan menyerang tubuh sekali seumur hidup. Sehingga jika ada yang mengalami lebih dari sekali, bisa jadi diagnosis campak sebelumnya kurang tepat.

Oleh karena itu, anak yang sudah pernah terkena campak tidak perlu diimunisasi lagi. Bahkan, imunisasi MMR untuk anak usia 6 tahun mensyaratkan belum pernah terkena campak sebelumnya; kalau sudah, tidak perlu diberikan. Sebagian besar tidak akan ada efek samping yang timbul setelah pemberian vaksin campak, namun beberapa anak bisa muncul reaski demam atau diare. Biasanya untuk demam ringan akan muncul setelah seminggu imunisasi dan hilang setelah 1-2 hari. Terkadang, ada pula anak yang mengalami efek tubuh yang kemerahan selama 3 hari, mulai dari hari ke-7 setelah imunisasi. Bercak kemerahan ini hampir seperti campak, namun jauh lebih ringan.

Tidak perlu khawatir, Anda hanya perlu memberikan banyak minum, memakaikan baju tipis, serta minum obat penurun demam. Anda sebaiknya tidak perlu khawatir dalam memberikan imunisasi pada anak. Pemberian vaksin BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, serta Campak tetap wajib diberikan melalui imunisasi dasar yang sudah diprogramkan oleh pemerintah. Anda sebaiknya melakukan imunisasi wajib untuk anak melalui posyandu, puskesmas, dan rumah sakit besar yang dijamin oleh pemerintah. Vaksin yang diberikan oleh pemerintah secara langsung didapatkan dari produsen serta distributor resmi, sehingga terjamin keaslian, manfaat, serta keamanannya.