Indonesia masih memiliki tantangan sebagai negara berkembang yang memiliki persoalan serius di bidang sanitasi, yaitu kebiasaan buang air besar sembarangan (open defecation/BABS). Dilansir dari depkes.go.id, berbagai perilaku yang kurang sehat masih banyak ditemui di banyak kabupaten dan pedesaan di seluruh pelosok Indonesia, termasuk BABS ini.

 

Informasi juga didapatkan dari laporan Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2015. Dikatakan bahwa sebanyak 51 juta penduduk di Indonesia masih menerapkan perilaku BAB sembarangan. Di sejumlah daerah, sebagian besar masyarakat Indonesia masih terbiasa buang air besar sembarangan di tempat-tempat terbuka.  Tak jarang, masyarakat juga mandi dan  mencuci pakaian di sungai yang sama. Sedihnya, praktek buang air besar sembarang ini masih dijadikan kebiasaan oleh warga yang sudah memiliki toilet atau kamar mandi. Tak pelak, kebiasaan ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan perilaku BABS tertinggi ke-2, setelah India. Padahal, sangat banyak sekali dampak buruk yang diakibatkan oleh perilaku yang tidak sehat ini. Simak penjelasan selengkapnya, yuk, agar seluruh masyarakat bisa berpartisipasi dalam menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan!

Baca juga: Bisakah Tertular Penyakit dari Toilet Umum?

 

Perilaku apa saja yang dikategorikan sebagai BABS?

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), seluruh bentuk kegiatan buang air besar yang tidak dilakukan di tangki septik atau tidak menggunakan jamban yang memenuhi standar kesehatan, dikategorikan sebagai BABS. Ini merupakan perilaku buang air yang tidak sehat dan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi manusia sehingga sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan lagi oleh masyarakat. Lantas apa saja kategori BABS?

 

Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk. Perilaku buang air besar ini  menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada di bawah jamban agar feses dapat langsung jatuh ke dalam tangki septik. Meskipun menggunakan tangki septik, akan tetapi jamban ini kurang sehat karena dapat menimbulkan kontak antara tangki septik dengan warga yang menggunakannya.

 

Buang Air Besar di sungai atau di laut. Perilaku buang air besar di sungai atau laut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan meracuni biota yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, perilaku ini dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui feses manusia.

 

Buang Air Besar di sawah atau di kolam. Buang Air Besar di sawah atau kolam dapat menimbulkan keracunan pada tanaman padi. Kandungan urea dalam padi berisiko menjadi panas dan terkontaminasi feses. Akibatnya, padi tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen.

 

Buang Air Besar di pantai, kebun, atau tanah terbuka.  Hal ini dapat mengundang serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dan sebagainya untuk menyebarkan penyakit akibat kontaminasi kotoran. Selain itu, pembuangan feses di tempat terbuka juga dapat mengakibatkan pencemaran udara dan mengganggu estetika lingkungan

 

Dampak buruk dari BABS

Secara spesifik, inilah dampak-dampak yang dikhawatirkan akibat perilaku Buang Air Besar Sembarangan(BABS). 

  • Baik secara langsung maupun tidak langsung, kebiasaan ini mengakibatkan sumber air minum terkontaminasi serta pencemaran yang terjadi berulang kali pada sumber air bahkan makanan yang disantap di rumah warga. Pasalnya, praktek buang air besar sembarangan ini berarti membiarkan feses terbengkalai di tempat terbuka.
  • BABS merupakan satu dari sekian banyak alasan mengapa penyakit seperti diare dan cacingan, masih mendominasi di Indonesia. Tidak hanya itu, balita pun mudah terserang pneumonia akibat terpapar udara yang telah tercemar oleh feses manusia.
  • Bakteri yang penyebab penyakit yang paling sering ditemukan akibat buang air besar sembarangan ke sungai adalah Escherichia coli. Itu merupakan bakteri penyebab diare. Diare dapat menyebabkan kematian akibat dehidrasi.
  • Riset yang dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia meninggal akibat perilaku buruk BAB sembarangan. WHO juga mencatat 88 persen angka kematian akibat diare disebabkan  kesulitan mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi.
  • Penyakit perilaku BAB sembarangan juga memperbesar risiko yang menghambat pertumbuhan fisik anak-anak.
Baca juga: Penyebab Susah Buang Air Besar di Pagi Hari

 

Solusi tepat agar Indonesia terbebas dari BABS

Untuk menekan angka kematian dan dampak fatal yang diakibatkan oleh BABS, seluruh lapisan masyarakat harus sadar dan bersegera membuat  toilet agar kebutuhan sanitasi yang sehat terpenuhi.  Hal ini selaras dengan kegiatan yang dicanangkan pemerintah dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang mulai dilakukan sejak tahun 2014.  

Melalui program STBM ini, pemerintah juga menetapkan 7 syarat pembuatan jamban sehat, diantaranya:

  1. Tidak mencemari air.
  2. Tidak mencemari permukaan tanah.
  3. Bebas serangga.
  4. Tidak berbau dan nyaman.
  5. Aman digunakan.
  6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi penggunanya.
  7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan.

Baca juga: 8 Fakta yang Harus Wanita Ketahui tentang Buang Air Besar

 

Data Balitbangkes Kementerian Kesehatan tahun 2014 menunjukkan, jumlah desa di Indonesia yang telah menerapkan STBM sebagai bagian dari program stop BAB sembarangan telah mencapai 19.100 desa. Pada pertengahan Maret 2018, program STBM ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satu bukti keberhasilan program STBM, sebagaimana dilansir dari jpp.go.id, adalah dengan dideklarasikannya STOP Buang Air Besar Sembarangan (BABS) oleh masyarakat Kampung Ayam di Kabupaten Asmat, Papua. Deklarasi tersebut merupakan bentuk komitmen masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Aparat dan ketua adat yang menjadi bagian dari penyelenggaraan deklarasi ini, mengaku terharu dan yakin program STBM ke depannya akan membuat anak-anak tumbuh semakin sehat, keluar dari keterpurukan akibat penyakit menular atau gizi buruk, serta memiliki pola hidup yang semakin bersih.

Tata pelaksanaan sanitasi yang baik, membutuhkan bekerja sama dari seluruh lapisan masyarakat. Sudah saatnya warga Indonesia menyatukan jalan pikiran dan gaya hidup sehat demi melenyapkan budaya buang air besar sembarangan yang merugikan semua pihak. (TA/AY)