Ibu hamil dilarang bercinta karena bisa menyakiti bayi? Ah, masa? Yuk, cari tahu kelanjutannya di sini.

  

Yang Bayi Rasakan ketika Mums dan Dads Bercinta

Kehamilan sering kali dianggap sebagai fase libur dari seks. Hal itu didasari dari ketakutan bahwa berhubungan intim bisa menyebabkan beberapa hal, seperti memicu keguguran, menyebabkan persalinan prematur akibat timbulnya kontraksi, serta dikhawatirkan dapat menyakiti janin di dalam rahim.

 

Dua alasan yang pertama nyatanya tak selalu benar. Keguguran terjadi umumnya karena kelainan kromosom yang tak ada hubungannya dengan aktivitas yang Mums lakukan. Sementara pada kehamilan yang sehat, hubungan seks tidak menjadi pemicu persalinan prematur, malah justru memberikan manfaat.

 

Jadi, kesimpulannya selama dokter menyatakan bahwa kehamilan Mums sehat dan kondisi janin baik, maka aktivitas seksual dapat tetap dijalankan dengan aman dan tanpa rasa khawatir. 

 

Lalu, bagaimana dengan kondisi janin saat Mums dan Dads bercinta? Katanya, penetrasi penis ke vagina bisa menyakiti janin. Benarkah? Mums bisa bernapas lega sekarang karena kekhawatiran itu nyatanya sama sekali tidak benar. 

 

Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Menggunakan Pelumas saat Berhubungan Seksual?

 

Rahim, sebagai tempat tinggal janin selama kurang lebih 40 minggu, merupakan rumah yang aman untuk si Kecil. Itulah mengapa, ibu hamil masih boleh beraktivitas seperti biasa selama masih terhitung wajar dan memperhatikan durasinya, termasuk bercinta. Beberapa alasan janin tetap aman antara lain:

  • Terdapat lapisan jaringan dan cairan antara bayi di rahim dan penis di vagina. Artinya, penetrasi yang dilakukan tidak akan mengenai tubuh bayi.
  • Bayi berada dalam balon air tertutup yang disebut kantong ketuban. Kantong ketuban ini “diikat” dengan lapisan otot yang tebal, sehingga akan aman di tempatnya walaupun bergoyang atau berguncang secara wajar. Sementara cairan ketuban di dalamnya melindungi bayi dari benturan, termasuk gerakan repetitif yang terjadi saat berhubungan seks.
  • Di bagian bawah rahim, tepat di bagian atas vagina atau jalan lahir, terdapat otot sfingter yang menahan rahim tertutup rapat sebelum persalinan. Jika digambarkan, struktur ini seperti kantong tidur terbalik. Leher rahim adalah tali pengikat yang menahan bayi di dalam rahim. Leher rahim yang tertutup ini diperkuat oleh otot yang tebal dengan panjang sekitar 2-3 sentimeter dan terdapat banyak bantalan sebagai peredam jika ada guncangan.
  • Karena berada di dalam kantong ketuban, janin pun tidak dapat melihat apa yang Mums dan Dads lakukan, serta sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi.

 

Dengan perlindungan seoptimal ini, si Kecil dipastikan aman berada di dalam rahim selama Mums beraktivitas, termasuk bercinta. Bahkan jika misalnya penetrasi dilakukan sangat dalam, penis tidak akan pernah mencapai bayi karena bayi tidak ada di dalam vagina, melainkan di dalam kantong ketuban yang tidak dapat ditembus.

 

Baca juga: Catat, Perselingkuhan Terjadi Bukan karena Pelakor

 

 

Bisakah Bayi Merasakan Orgasme?

Selain mengkhawatirkan kondisi janin ketika sesi bercinta berlangsung, banyak pula calon ibu yang bertanya-tanya dengan efek orgasme terhadap janin. Apakah benar janin di dalam rahim terguncang? Akankah bayi kesakitan karena kontraksi yang biasa dirasakan setelah bercinta?

 

Sebagai informasi, kontraksi rahim memang selalu terjadi setelah orgasme, hanya saja lebih mudah dirasakan saat hamil karena rahim meregang. Walau begitu, kram perut tidak menyakitkan dan hanya berlangsung beberapa menit, kok. Perlu Mums ketahui, ibu hamil dapat mengalami orgasme pada tingkat fisik dan mental, sehingga merasakan kebahagiaan yang intens dan mood lebih baik.

 

Kembali ke kondisi janin pada saat orgasme, untunglah tidak ada dampak serius yang terjadi pada bayi saat Mums orgasme ataupun merasakan kontraksi ringan setelahnya. Bahkan jika bayi merasakan dampak dari orgasme, kemungkinan itu hanya sedikit dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sementara jika janin menendang setelah Mums orgasme, ketahuilah itu bukan reaksi terhadap adanya klimaks setelah bercinta, melainkan hanya respons janin normal terhadap aktivitas rahim. 

 

Perlu Mums ketahui, bayi sangat terbiasa digoyang-goyang oleh gerakan ibu dan terbiasa dengan rahim yang melakukan segala macam kontraksi selama kehamilan. Jadi, kontraksi ringan yang terjadi setelah orgasme tidak akan menyakitkan untuknya dan ia tidak akan menyadarinya pada usia kehamilan di trimester pertama atau kedua.

 

Kini, tak perlu lagi merasa risih atau bersalah jika ingin menikmati sesi intim bersama suami, ya. Pasalnya, bercinta menyenangkan semua pihak, termasuk ibu hamil dan janin. Tubuh Mums melepaskan hormon seks yang tinggi dan si Kecil seperti digoyang lembut, yang justru membuatnya mampu tertidur nyenyak. Artinya, semua senang, semua untung! (AS)

 

Baca juga: Alergi Sperma Bikin Sulit Hamil? Mitos atau Fakta

 

Referensi

Parents. Sex During Pregnancy

Romper. What Babies Feel During Sex

What to Expect. Sex During Pregnancy

Romper. What It Feels Like to Orgasm When Pregnant