Keluhan paling sering selama puasa apa sih, Gengs? Lapar dan haus tentu tidak menjadi masalah. Nah ada lagi ini, salah satunya gejala panas dalam yang membandel. Panas dalam sebenarnya dapat dialami kapan dan siapa saja, tanpa memandang usia dan cuaca. Hanya saja di bulan Ramadan ini risiko mengalami gejala panas dalam meningkat.

 

Panas dalam itu sebenarnya mengacu pada penyakit dimana tubuh sedikit lebih sensitif terhadap panas, tenggorokan sakit, dan selalu haus. Sebagian masyarakat yang mengeluhkan panas dalam kadang mengalami sariawan, tidak nyaman di pencernaan, dan bibir pecah-pecah.

Dokter spesialis penyakit dalam dari RS Saint Carolus, dr. Laurentius Aswin Pramono, SpPD, M.Epid, dalam acara diskusi tentang "Tips Berpuasa Nyaman Tanpa Panas Dalam" yang diselenggarakan Larutan Cap Kaki Tiga di Jakarta, beberapa waktu lalu, menjelaskan bahwa puasa memang mengubah proses metabolisme tubuh karena ada waktu dimana kita tidak makan. Hal ini tentu memengaruhi kinerja semua organ tubuh. Lantas apa yang harus dilakukan agar terhindar dari panas dalam? 

Baca juga: Waspada, 10 Penyakit Ini Sering Muncul Saat Puasa!
 

Semua gara-gara kurang cairan

Puasa, lanjut dr. Aswin, sebenarnya sudah banyak diteliti sangat bermanfaat untuk kesehatan, bahkan pada pasien penyakit kronis seperti diabetes atau maag. Namun puasa sehat harus mematuhi beberapa aturan, salah satunya dengan minum cukup. Masalah paling kerap ditemui adalah masalah kekurangan cairan dan mineral.

Inilah 4 faktor yang meningkatkan risiko panas dalam:

  • Kurang minum saat berbuka dan sahur.

  • Terlalu lelah di siang hari karena aktivitas berat.

  • Mengeluarkan banyak keringat di siang hari.

 

“Kekurangan asupan cairan akan menyebabkan beberapa gangguan. Selain menyebabkan dehidrasi, atau yang orang sebut panas dalam, kekurangan cairan dan mineral rentan menyebabkan tubuh lemas dan mudah terserang penyakit lain. Pada saat itu, tenggorokan kering maka bakteri atau virus akan mudah masuk ke dalam tubuh,“ jelas dr. Aswin.

 

Apa saja gejala panas dalam?

Gejala panas dalam dirasakan oleh orang awam sebagai sumeng (suhu sedikit meningkat), kulit kering, bibir pecah, mulut kering, dan tidak nyaman di pencernaan.

Baca juga: Cara Mencegah Sakit Tenggorokan Saat Puasa
 

Bagaimana mencegah panas dalam?

Untuk mencegah panas dalam saat puasa, dr. Aswin menyarankan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan mineral alami selama puasa. “Siang hari kita tidak makan atau minum sehingga asupan cairan dimaksimalkan ketika berbuka puasa maupun sahur. Selain air putih, kita bisa minum cairan yang memang dikhususkan untuk mencegah panas dalam,” jelas dr. Aswin.

 

Panduan Kemenkes untuk asupan cairan saat puasa adalah:

  • 2 gelas saat sahur

  • 4 gelas saat berbuka puasa

  • 2 gelas setelah tarawih

 

Makanan hanya memberikan pengaruh minimal terhadap panas dalam

Ini yang mengejutkan, Gengs! Makanan ternyata tidak secara signifikan menyebabkan panas dalam atau keluhan di tenggorokan. Membahas mengenai kebiasaan orang Indonesia yang berbuka biasanya dengan menyantap es dan goreng-gorengan, makanan sebenarnya tidak terlalu berkontribusi pada panas dalam. “Boleh saja makan gorengan saat berbuka puasa, tetapi harus diimbangi dengan asupan cairan yang cukup dan mineral sebagai penyeimbang,” ujar dr. Aswin.

Baca juga: 6 Buah yang Baik untuk Dikonsumsi saat Puasa
 

Jadi, sekarang Kamu tahu bahwa puasa bisa terhindarkan dari gejala panas dalam, dengan memerhatikan satu hal yang menjadi kuncinya: cairan. Jangan malas untuk minum di waktu-waktu kita diizinkan makan dan minum, yaitu saat sahur dan berbuka. Jika Kamu tidak bisa lepas dari gorengan, tidak masalah, Gengs!

 

Yang penting perhatikan kualitas minyak untuk menggoreng. Lebih baik Kamu membuat gorengan sendiri di rumah. Pastikan asupan minumnya cukup. Ingat pilih air putih atau air yang mengandung mineral pencegah panas dalam. Dengan begitu, selama puasa Kamu tetap nyaman dan bebas panas dalam yang menjengkelkan! (AY/WK)