Negara kita masih bergelut dengan anak-anak kurang gizi kronis, atau lebih dikenal dengan stunting. Pemicunya antara lain ketidaktahuan bagaimana memberikan nutrisi yang tepat dan cukup di 2 tahun pertama kehidupan anak. Ada beberapa kesalahan pemberian nutrisi yang tanpa sadar justru membuat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.

 

Masa 2 tahun pertama adalah masa yang krusial untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas. Ketika di periode emas ini anak mengalami kurang gizi, tidak hanya akan berdampak pada fisik yang pendek tetapi juga kecerdasan yang turun.

 

Satu-satunya cara adalah mencegahnya. Seperti dijelaskan Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ketika anak sudah terdeteksi stunting, artinya sudah terlambat!

 

Baca juga: Mums yang Cerdas Tahu Siasat Mencegah Stunting!

 

Kesalahan Pemberian Nutrisi yang Kerap Dilakukan

Saat ini angka stunting di Indonesia sekitar 30,8%. Di antara negara di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan ke-3. “Dampak stunting yang paling ditakutkan adalah otak anak tergerus,  ia menjadi bodoh, dan saat dewasa rentan mengalami penyakit degeneratif,” ujar dr. Damayanti saat memberikan paparan tentang pencegahan stunting di acara Peluncuran Frisian Flag Junio di Jakarta, Kamis (24/10).

 

Pencegahan stunting sebenarnya mudah Mums, yaitu memberikan si Kecil sejak usia 6 bulan sampai usia 2 tahun dengan makanan yang mengandung makronutrien lengkap yakni karbohidrat, lemak dan protein hewani.

 

Tetapi kesalahan-kesalahan berikut ini umum dilakukan sehingga menyebabkan anak kurang gizi, bahkan menjadi stunting:


1. ASI tidak cukup tetapi dibiarkan

ASI adalah makanan bayi paling sempurna. Manfaat ASI sudah tidak diragukan lagi. Namun faktanya, banyak kasus bayi mendapatkan ASI eksklusif namun mengalami kurang gizi.

 

Penyebabnya bisa karena cara menyusui salah, produksi ASI kurang, atau kandungan gizi pada ASI kurang. Menurut dr. Damayanti, jika bayi ASI tidak naik berat badan harus segera diatasi.

 

“Jika cara pemberian ASI sudah diperbaiki tidak berhasil mungkin ASI-nya tidak cukup. Untuk kasus seperti ini bayi bisa diberikan makanan tambahan meskipun masih di bawah 4 bulan, bisa dengan ASI donor yang sudah jelas keamanannya, atau formula yang sudah teregistrasi,” ujarnya.

 

2. Melupakan protein hewani saat pemberian MPASI

Kebutuhan gizi yang utama sampai anak berusia 2 tahun adalah protein, terutama protein hewani. Protein hewani mengandung 9 asam amino esensial yang dibutuhkan untuk perkembangan otak.

 

Protein nabati tidak memiliki asam amino selengkap protein nabati. “Jangan berpikiran protein nabati itu mahal. Sumber protein nabati sangat banyak dan berlimpah di sekitar kita. Telur dan susu adalah sumber protein yang sangat bagus, dan jauh lebih murah daripada daging. Jangan salah, ikan kembung memiliki kandungan DHA tiga kali lebih banyak daripada salmon,” ujar dr. Damayanti.

 

Bayi yang baru mulai MPASI menurut dr. Damayanti sebaiknya tidak diberikan sayur dan buah. Karena ada kandungan dari sayuran yang justru menghambat penyerapan zat besi dan seng. Sayur dan buah hanya dikenalkan saja, tetapi sumber MPASI yang utama adalah protein hewani.

 

Baca juga: Utamakan Pemberian Protein Hewani untuk Mencegah Stunting!

 

3. Menjauhi micin, gula, garam, dan lemak

Siapa sih yang tidak ingin bayinya makan dengan lahap? Namun yang sering dilupakan adalah, bagaimana bayi akan makan banyak jika rasa makanannya tidak enak! Mums harus berpikir rasional. Orang dewasa saja tidak doyan makanan hambar, bukan?

 

Dr. Damayanti mengatakan, MPASI yang dibuat sendiri boleh saja bahkan dianjurkan ditambahkan glutamat (MSG), gula, dan garam, selama tidak berlebihan. “Banyak yang tidak tahu bahwa glutamat itu adalah salah satu jenis asam amino esensial. Glutamat itu juga terkandung dalam ASI,” jelasnya.

 

Jenis makanan lain yang dijauhkan dari bayi dan anak di bawah usia 2 tahun adalah lemak. Menurut dr. Damayanti, justru lemak dibutuhkan untuk perkembangan otak. Konsentrasi lemak pada ASI saja mencapai 60%.

 

Nah jika Mums salah satu yang masih melakukan kesalahan tersebut, sebaiknya dikoreksi ya. Ingat bahwa kesempatan membentuk kecerdasan anak hanya sampai usia 2 tahun. Jangan sampai hanya karena kesalahan pemberian makanan pada si Kecil, membuat masa depannya terancam.

 

Baca juga: Yang Perlu Kamu Ketahui tentang Protein Powder