Sudah sekian lama micin atau mecin (MSG, monosodium glutamate) menjadi musuh semua orang yang ingin hidup sehat. Sampai saat ini, label ‘tanpa MSG’ pun bertebaran di berbagai produk yang mengindikasikan bahwa produk makanan tersebut lebih sehat. Namun, apakah benar tidak mengandung micin artinya makanan kita lebih sehat? Ternyata penelitian menjawab tidak!

 

Baca juga: Benarkah Mengonsumsi MSG Bikin Lemot dan Bodoh?

 

Reputasi jelek yang disandang oleh MSG bermula dari sebuah jurnal opini pada tahun 1968. Pada jurnal tersebut, R.H. Kwok mendiskusikan serangkaian gejala, seperti merasa lemas, berdebar-debar, pusing, dan nyeri pada lengan, setelah sering makan di restoran makanan Cina. Ia mencurigai hal tersebut akibat arak masak, micin, atau garam yang mungkin menjadi penyebabnya. Judul opini tersebut adalah Chinese-restaurant syndrome.

 

Pada waktu yang hampir bersamaan, sebuah penelitian dilakukan dengan menyuntikkan MSG sebesar 25.000 mg/kg kepada tikus yang baru lahir. Dosis yang sangat besar (bahkan bisa disebut megadosis) dapat menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan dan fungsi otak.

 

Ketika dewasa, tikus tersebut cenderung memiliki struktur tubuh yang lebih kecil, obesitas, dan memiliki masalah reproduksi. Penulis jurnal kemudian menyarankan ibu hamil perlu menghindari MSG karena dikhawatirkan permasalahan yang sama akan timbul pada bayinya.

 

Baca juga: 7 Langkah Wajib untuk Persiapkan Makanan yang Aman

 

Untuk menyimpulkan, label tidak sehat yang melekat pada MSG berasal dari jurnal opini dan penelitian pada tikus percobaan. Sampai saat ini, belum ada penelitian lain yang dapat mendapatkan hasil yang sama.

 

Pada bulan Januari 2018, International Headache Society sudah menghilangkan MSG dari daftar faktor yang menyebabkan pusing atau sakit kepala setelah banyak penelitian membuktikan tidak ada hubungan antara konsumsi MSG dengan pusing.

 

Pada bulan Desember 2018, John Fernstrom, Ph.D., profesor dalam bidang psikiatri dan farmakologi dari University of Pittsburgh, mempublikasikan penelitiannya mengenai dampak negatif dari MSG. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah kandungan MSG dalam makanan tidak berbahaya bagi otak manusia. Glutamat yang dikonsumsi melalui oral tidak dapat menembus sawar darah otak (blood brain barrier).

 

Lagipula, rata-rata konsumsi MSG seseorang adalah sekitar 500 mg/hari atau sekitar 7 mg/kgbb/hari pada seseorang dengan berat 70 kg. Angka tersebut sangat jauh dibandingkan pada penelitian tikus yang mengonsumsi 25.000 mg/kgbb/hari. 

 

Jadi, jangan takut pada MSG! Umami adalah faktor penting dalam membuat makanan terasa lezat. Dan, MSG adalah bentuk konsentrat dari umami. Namun, tetaplah bijak dalam memilih makanan. MSG dapat membuat makanan dengan kualitas buruk dapat terasa enak. Alhasil, kita pun tergoda untuk mengonsumsi makanan tidak sehat tersebut. Selain itu, sesuai namanya, MSG mengandung natrium yang jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. (AS)

 

Baca juga: Cari Tahu Makanan yang Sesuai dengan Usia Kamu!