Ngidam yang manis-manis selama hamil? Menikmati makanan atau minuman manis boleh saja, tapi batasi jumlahnya. Karena menurut studi, dampaknya bisa mengenai janin! Mari simak info lengkapnya.

 

Yang Manis Belum Tentu Enak

Saat ini, nyaris semua makanan yang ada di pasaran atau dijual bebas tak bisa lepas dari jeratan gula. Tak selalu berarti buruk, karena pada dasarnya tubuh menggunakan gula dan pati dari karbohidrat untuk memasok glukosa ke otak dan memberikan energi ke sel-sel di seluruh tubuh. 

 

Di samping itu, gula terjadi secara alami di semua makanan yang mengandung karbohidrat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan susu. Kabar baiknya, mengonsumsi makanan utuh yang mengandung gula alami justru baik untuk tubuh. Misal, mengonsumsi makanan nabati akan memberikan asupan serat, mineral, dan antioksidan. Selain itu, susu juga merupakan sumber protein dan kalsium.

 

Tubuh juga mencerna makanan ini secara perlahan, sehingga gula di dalamnya menawarkan pasokan energi yang stabil ke sel-sel tubuh. Asupan tinggi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian juga telah terbukti mengurangi risiko penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.

 

Namun seperti hal lainnya, gula akan berbalik menjadi berbahaya saat jumlahnya terlalu banyak dikonsumsi. Terlebih lagi saat mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan, yaitu, gula yang ditambahkan produsen makanan ke produk untuk meningkatkan rasa atau memperpanjang umur simpan. 

 

Tercatat, gula tambahan paling mudah ditemukan di dalam minuman ringan, minuman buah, yogurt rasa, sereal, kue kering, kue, permen, dan sebagian besar makanan olahan. Tambahan gula juga ada dalam makanan yang mungkin tidak dianggap manis, seperti sup, roti, daging yang diawetkan, dan saus tomat. Hasilnya, kebanyakan orang menjadi terlalu banyak mengonsumsi gula tambahan. Menurut riset National Cancer Institute, orang dewasa rata-rata mengonsumsi 24 sendok teh gula tambahan per hari, yang setara dengan 384 kalori.

 

Dampak Terlalu Banyak Mengonsumsi Gula

Apa dampaknya jika tubuh terlalu banyak dipasok gula tambahan? Nyatanya cukup serius. Dampak paling mengerikan tentu saja diabetes. Ya, diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana sel  tubuh tidak mampu menyerap gula karena insulin tidak cukup sensitif memasukkan gula ke dalam sel untuk diubah menjadi energi. Akibatnya, gula menumpuk di dalam aliran darah. Jika dibiarkan dalam jangka panjang, diabetes akan merusak organ dan terjadi komplikasi. 

 

Selain diabetes, berikut ini dampak terlalu banyak mengonsumsi gula:

 

1. Menderita penyakit kardiovaskular

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2014 di JAMA Internal Medicine, ditemukan hubungan antara diet tinggi gula dan risiko kematian akibat penyakit jantung yang lebih besar. Selama studi 15 tahun, orang yang mendapat 17% hingga 21% kalori dari gula tambahan, memiliki risiko 38% lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi 8% kalori sebagai gula tambahan. Artinya, semakin tinggi asupan gula tambahan, semakin tinggi risiko penyakit jantung. 

 

Bagaimana gula benar-benar mempengaruhi kesehatan jantung tidak sepenuhnya dipahami, tetapi tampaknya memiliki beberapa hubungan tidak langsung. Pasalnya, hati memetabolisme gula dengan cara yang sama seperti alkohol, dan mengubah karbohidrat makanan menjadi lemak. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan akumulasi lemak yang lebih besar, yang dapat berubah menjadi penyakit hati berlemak, penyumbang diabetes, kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung.

 

2. Terjadinya peradangan di dalam tubuh

Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan peradangan kronis, yang keduanya merupakan jalur patologis penyakit jantung. 

 

3. Menyebabkan kenaikan berat badan berlebih

Konsumsi gula yang berlebihan, terutama dalam minuman manis, juga berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dengan menipu tubuh untuk mematikan sistem kontrol nafsu makan. Karena, kalori cair tidak memuaskan kalori dari makanan padat. Inilah sebabnya mengapa lebih mudah bagi orang untuk menambahkan lebih banyak kalori ke makanan rutinnya saat mengonsumsi minuman manis.

 

Baca juga: Apakah Berenang saat Hamil Aman?

 

Dampak Konsumsi Gula pada Janin

Lain lagi pada ibu hamil. Menurut penelitian, seberapa banyak gula yang dimakan seorang wanita saat hamil dapat memengaruhi risiko anak-anaknya di masa depan untuk mengembangkan alergi dan asma alergi. Hal ini disampaikan melalui hasil penelitian di European Respiratory Journal. 

 

Pada penelitian sebelumnya, para peneliti telah menghubungkan asma dan asupan gula tinggi pada anak-anak itu sendiri. Dan hasil terbaru menunjukkan, bahwa pola makan ibu juga dapat berperan.

 

Studi baru ini menganalisis data dari hampir 9.000 wanita yang hamil pada awal 1990-an, dan dari anak-anak mereka, yang diuji asma dan alergi umum (seperti tungau debu, kucing dan rumput) pada usia 7 tahun. Para ibu tersebut juga ditanya tentang konsumsi mingguan kelompok makanan tertentu dan jenis makanan tertentu, termasuk gula, kopi dan teh. Gula alami dalam buah-buahan, sayuran, atau produk susu tidak termasuk.

 

Hasilnya, para peneliti hanya melihat bukti lemah yang menunjukkan hubungan antara asupan gula tambahan wanita dan kemungkinan anak-anak mereka terkena asma secara keseluruhan. Tetapi ketika dilihat secara khusus pada asma alergi, yang mana diagnosis asma disertai dengan tes kulit yang positif untuk alergen, hubungannya jauh lebih kuat. 

 

 

Anak-anak dari ibu yang banyak mengonsumsi gula tambahan selama kehamilan, dua kali lebih mungkin menderita asma alergi, dibandingkan dengan anak-anak dari ibunya yang lebih sedikit mengonsumsi gula tambahan selama hamil.

 

Anak-anak dari ibu dengan pola makan tinggi gula, juga 38% lebih mungkin dites positif untuk alergen, daripada mereka dengan ibu yang menjauhi gula tambahan. Para peneliti mengontrol beberapa faktor yang juga dapat mempengaruhi temuan, termasuk faktor sosial dan aspek lain dari diet ibu.

 

Baca juga: Kenapa Kulit Lebih Sensitif saat Hamil?

 

Namun, tidak semua kondisi alergi terkait dengan konsumsi gula ibu. Tidak ada hubungan yang ditemukan untuk eksim atau demam. Dan bertentangan dengan penelitian sebelumnya, tidak ada hubungan yang ditemukan antara asupan gula anak-anak itu sendiri (pada usia 4) dan hasil kesehatan mereka pada usia 7 tahun.

 

Walau studi ini belum mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat, tetapi para peneliti menduga bahwa asupan gula yang tinggi selama kehamilan dapat meningkatkan peradangan dalam pengembangan jaringan paru-paru. Hal inilah yang berdampak membuat anak-anak cenderung alergi. 

 

Terlebih lagi, terjadi epidemi asma dan alergi yang dramatis di Barat dalam 50 tahun terakhir. Salah satu penyebab potensial adalah perubahan pola makan, mengingat jumlah ekstrem gula yang dikonsumsi secara teratur di negara-negara Barat. Hasil temuan ini diharapkan akan didukung oleh uji klinis lainnya untuk melihat apakah pengurangan asupan gula selama kehamilan akan memengaruhi kesehatan anak-anak beberapa tahun kemudian. Kita tunggu saja kelanjutanya. (IS)

 

 

Baca juga: Cara agar Tetap Waras setelah Melahirkan

 

 

 

 

 

Referensi:

Time. Sugar Consumption In Pregnancy

Harvard Health. Sweet Danger of Sugar

NCBI. Sugar on Pregnancy

Medical News Today. Does Body Need Sugar?