Pengobatan Myelofibrosis

Pengobatan Langsung Biasanya Tidak Diperlukan

Kalau penderita tidak mengalami gejala-gejala seperti anemia, pembengkakan limpa, atau komplikasi lainnya, pengobatan biasanya tidak langsung diberikan. Namun, dokter akan memonitor kesehatan penderita secara detail lewat check-up dan pemeriksaan rutin untuk memantau adanya tanda perkembangan penyakit. Beberapa penderita myelofibrosis tidak mengalami gejala apapun hingga bertahun-tahun.

 

Pengobatan Terhadap Mutasi Gen

Peneliti tengah mencoba membuat obat terhadap mutasi gen JAK2 yang merupakan penyebab myelofibrosis. Obat pertama yang sudah disetujui oleh Food and Drug Administration adalah ruxolitinib. Ruxolitinib dan obat lainnya saat ini tengah dikembangkan dan dites secara klinis oleh para ahli supaya bisa meredakan pembengkakan limpa dan mengurangi gejala-gejala myelofibrosis lainnya. 

Masih belum bisa dipastikan jika obat tersebut bisa memperpanjang hidup penderita myelofibrosis. Namun, indikasi awal dari pemeriksaan klinis menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Ruxotilinib bekerja dengan cara menghentikan kerja gen JAK di dalam tubuh, termasuk yang ditemukan di sel sehat maupun rusak. Namun, sel-sel yang sehat juga terkena dampaknya, maka obat ini bisa menyebabkan efek samping seperti pendarahan, infeksi, memar, dan sakit kepala.

 

Pengobatan Terhadap Anemia 

Kalau myelofibrosis menyebabkan anemia akut, maka penderita biasanya harus melakukan pengobatan: 

  • Transfusi darah: Kalau penderita mengalami anemia akut, transfusi darah bisa meningkatkan jumlah sel darah merah dan meredakan gejala anemia, seperti kelelahan dan kelemahan. Terkadang, obat juga bisa menyembuhkan anemia.
  • Terapi androgen: Menerima hormon pria androgen dalam bentuk sintesis juga bisa meningkatkan produksi sel darah merah, dan bahkan meredakan anemia akut pada beberapa penderita myelofibrosis. Namun, terapi androgen memiliki beberapa risiko efek samping, seperti kerusakan hati dan efek maskulinisasi pada wanita.
  • Thalidomide dan obat lainnya: Thalidomide dan obat lain seperti, lenalidomide dan pomalidomide bisa membantu meningkatkan jumlah sel darah dan meredakan pembengkakan limpa. Namun, obat-obat tersebut memiliki risiko kelahiran cacat. Oleh sebabnya, konsumsi obat tersebut hanya bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dan izin dokter.

 

Pengobatan untuk Pembengkakan Limpa

Kalau pembengkakan limpa menyebabkan komplikasi, dokter biasanya akan merekomendasikan pengobatan seperti: 

  • Kemoterapi: Obat kemoterapi bisa mengecilkan pembengkakan limpa dan meredakan gejala lain, seperti nyeri.
  • Terapi radiasi: Radiasi menggunakan sinar seperti x-ray untuk membunuh sel-sel. Terapi radiasi bisa membantu mengecilkan limpa yang bengkak jika operasi tidak memungkinkan.
  • Operasi untuk mengeluarkan limpa: Kalau pembengkakan limpa sangat parah dan menyebabkan rasa sakit serta mulai menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka operasi bisa dilakukan. Namun, operasi memiliki risiko seperti infeksi, pendarahan, dan penggumpalan darah yang bisa menyebabkan stroke atau pulmonary embolism. Setelah prosedur operasi, beberapa penderita myelofibrosis juga mengalami pembengkakan hati dan meningkatnya jumlah trombosit secara tidak normal.

 

Transplantasi Sumsum Tulang Belakang

Transplantasi sumsum tulang belakang dari donor yang sudah dicocokkan, adalah satu-satunya pengobatan yang memiliki potensi untuk menyembuhkan myelofibrosis. Namun, pengobatan ini juga memiliki risiko efek samping yang membahayakan nyawa penderitanya.

Banyak penderita myelofibrosis, karena faktor usia, kestabilan penyakit, dan masalah kesehatan lainnya, tidak memenuhi syarat transplantasi sumsum tulang belakang.

Sebelum melakukan tranplantasi sumsum tulang belakang, penderita harus melalui kemoterapi dosis tigngi atau terapi radiasi untuk merusak sumtum tulang belakang yang bermasalah. Lalu, penderita menerima infusi sel sumsum tulang belakang dari pendonor yang cocok.

Setelah prosedur tersebut, timbul risiko sel sumsum tulang belakang baru tersebut akan bereaksi negatif terhadap jaringan sehat tubuh penderita. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan fatal. Risiko lainnya, termasuk kerusakan pembuluh darah atau organ, katarak, dan tumbuhnya jenis kanker lain pada penderita.

 

Baca juga: Yuk, Jaga Kesehatan Tulang dari Sekarang!

 

Myelofibrosis memang merupakan jenis kanker langka yang sangat berbahaya. Oleh sebab itu, kalau Geng Sehat mengalami gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas, sebaiknya langsung periksakan diri ke dokter. (UH/WK)