Faktor Risiko Myelofibrosis 

Meskipun penyebab myelofibrosis belum diketahui, beberapa faktor tertentu bisa meningkatkan risiko Kamu terkena penyakit kronis ini:

  • Umur: Myelofibrosis memang bisa menyerang siapa saja, namun paling sering didiagnosis pada orang berusia lebih dari 50 tahun.
  • Memiliki penyakit sel darah: Sebagian kecil penderita myelofibrosis terserang penyakit tersebut sebagai komplikasi ari penyakit trombositemia atau vera polisitemia.
  • Terpapar zat kimia tertentu: Myelofibrosis sering dikaitkan dengan paparan zat kimia industri seperti toluena dan benzena.
  • Paparan terhadap radiasi: Orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi, seperti korban serangan bom atom, memiliki risiko yang tinggi terkena myelofibrosis. Beberapa orang yang terkena kontras material radioaktif atau disebut Thorotrastm yang digunakan pada tahun 1950-an, terkena myelofibrosis.

 

Komplikasi Akibat Myelofibrosis

Komplikasi yang bisa dialami penderita myelofibrosis termasuk: 

  • Tekanan yang meningkat pada aliran darah ke hati: Dalam kondisi normal, aliran darah dari limpa masuk ke hati lewat pembuluh darah besar yang disebut vena portal. Meningkatnya aliran darah dari limpa yang membengkak bisa menyebabkan tekanan darah tinggi pada vena portal (hipertensi portal). Kondisi tersebut bisa memaksa aliran darah yang berlebihan ke pembuluh darah yang lebih kecil di perut dan esofagus, dan menyebabkan pecahnya pembuluh darah.
  • Nyeri: Pembengkakan limpa yang parah bisa menyebabkan nyeri abdominal dan nyeri punggung.
  • Benjolan atau pembengkakan pada bagian tubuh lainnya: Pembentukan sel darah di luar sumsum tulang belakang bisa membentuk benjolan (tumor) dari sel-sel darah yang berkembang di bagian-bagian tubuh penderita. Tumor tersebut bisa menyebabkan masalah seperti pendarahan di sistem gastrointestinal, batuk, atau muntah darah, tekanan pada tulang belakang, dan kejang.
  • Komplikasi pendarahan: Semakin parah penyakitnya, maka jumlah trombositnya akan turun hingga di bawah normal. Selain itu, fungsi trombosit juga akan berkurang. Kurangnya jumlah trombosit bisa menyebabkan penderita mudah mengalami pendarahan, sehingga sulit untuk dilakukan operasi.
  • Nyeri tulang dan sendi: Myelofibrosis bisa menyebabkan pengerasan sumsum tulang dan inflamasi pada jaringan ikat yang berada di sekitar tulang. Hal tersebut bisa menyebabkan nyeri tulang dan sendi.
  • Leukemia akut: Beberapa penderita myelofibrosis mengalami leukemia akut.

 

Diagnosis Myelofibrosis 

Tes dan prosedur yang biasanya digunakan untuk mendiagnosis myelofibrosis termasuk:

  • Pemeriksaan fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik seperti detak jantung dan tekanan darah, serta kelenjar getah bening, limpa, dan abdomen.
  • Tes darah: Pemeriksaan jumlah darah biasanya menunjukkan seberapa rendahnya sel darah merah penderita. Jumlah sel darah putih dan trombositnya juga biasanya tidak normal. Seringkali penderita myelofibrosis memiliki kadar sel darah putih yang terlalu tinggi, meskipun ada juga penderita yang memiliki jumlah sel darah putih normal atau rendah.
  • Tes radiologi: Tes radiologi seperti x-ray atau MRI juga bisa digunakan untuk meninjau lebih dalam kondisi penderita myelofibrosis.
  • Pemeriksaan sumsum tulang: Biopsy sumsum tulang belakang bisa mengonfirmasi diagnosis myelofibrosis.
  • Tes genetik: Sample darah atau sumsum tulang belakang akan dianalisis di laboratorium untuk mendeteksi mutasi gen di dalam sel darah yang berhubungan dengan myelofibrosis.

 

Baca juga: Apa Itu Leukemia?