Merasa ketakutan saat atau setelah mengalami situasi yang traumatis adalah hal yang natural. Respons 'melawan atau lari' dari ketakutan yang dialami merupakan reaksi tipikal, yang bertujuan untuk melindungi diri. Setiap orang pasti pernah mengalami reaksi ini, tetapi hampir seluruhnya akan kembali pulih. Kendati demikian, ternyata ada orang-orang yang terus terperangkap dalam reaksi tersebut. Kondisi ini dikenal sebagai gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD). Orang dengan PTSD akan selalu merasa stres atau ketakutan, meski tidak sedang dalam kondisi berbahaya.

 

Tidak semua orang yang mengalami trauma akan terkena PTSD, baik yang kronis maupun akut. Begitu juga sebaliknya, tidak semua orang dengan PTSD pernah mengalami kejadian yang berbahaya. Dilansir melalui National Institute of Mental Health, pada beberapa kasus, tak hanya bencana atau kejadian traumatik penyebab PTSD. Bahkan ditinggalkan oleh orang yang dicintai juga bisa menyebabkan PTSD.

Baca juga: 6 Jenis Depresi Ini Perlu Kamu Ketahui!

 

Kenali Gejala PTSD

Gejalanya biasanya dimulai 3 bulan setelah mengalami insiden traumatis, tetapi ada pula yang baru muncul beberapa tahun kemudian. Ada beberapa jenis gejala dari PTSD, antara lain:

 

1. Gejala re-experiencing, atau selalu terkenang kejadian traumatis, meliputi:

  • Mengingat kembali kejadian yang traumatis (flashback), dan akan mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar atau berkeringat.

  • Bermimpi buruk.

  • Membayangkan hal-hal yang menakutkan.

 

Gejala re-experiencing jika sangat berat bisa mengganggu rutinitas sehari-hari karena dapat muncul dari pikiran dan perasaan orang yang mengalami kejadian traumatis kapan saja. Kata-kata, objek, atau situasi tertentu mampu mengingatkan orang tersebut akan pengalaman buruk yang pernah dialami, juga memicu gejala-gejala di atas.

Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Ini 8 Tanda Peringatan Bunuh Diri!

 

2. Gejala avoidance, atau menghindar meliputi:

  • Menjauh dari beberapa tempat, peristiwa, atau objek yang mengingatkannya akan kejadian traumatis.

  • Menghindari pikiran atau perasaan yang berhubungan dengan kejadian traumatis. 

Beberapa hal yag bisa mengingatkan seseorang akan peristiwa yang traumatis akan memicu gejala menghindar di dalam dirinya. Gejala-gejala ini mungkin akan menyebabkan perubahan pada rutinitas. Sebagai contoh, setelah mengalami kecelakaan mobil, seseorang umumnya tidak akan mau menyetir atau naik mobil lagi.

 

3. Gejala arousal and reactivity, atau bereaksi berlebihan meliputi:

  • Mudah terkejut.

  • Merasa tegang.

  • Kesulitan tidur.

  • Mudah meledak.

Gejala-gejala ini umumnya bersifat konstan. Hal tersebut akan membuat orang yang mengalaminya merasa stres dan marah. Mereka juga akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti tidur, makan, atau berkonsentrasi.

 

 

4. Gejala pada kemampuan kognisi dan mood meliputi:

  • Kesulitan mengingat kunci dari kejadian traumatis yang dialami.

  • Berpikiran negatif.

  • Merasa bersalah atau ingin menyalahkan.

  • Kekurangan minat untuk mengerjakan aktivitas yang disukai. 

Gejala ini bisa menjadi awal atau memperparah kejadian traumatis seseorang, tetapi bukan karena kecelakaan. Ini juga membuat seseorang merasa dikucilkan dari pertemanan atau keluarga.

 

Gejala-gejala ini wajar dialami oleh seseorang yang baru terjebak dalam situasi yang berbahaya. Terkadang gejala yang serius akan hilang setelah beberapa minggu. Ini disebut juga dengan stres disorder akut atau acute stress disorder (ASD).

Baca juga: Mengapa Pernikahan Dini Sebaiknya Tidak Dilakukan?

 

Namun bila gejala-gejalanya berlangsung lebih dari sebulan, sangat mengganggu kemampuan untuk beraktivitas, serta tidak dalam pengaruh narkoba, pengobatan medis, dan lain-lain, mungkin bisa saja mengalami PTSD. Beberapa orang dengan PTSD tidak menunjukkan gejala apapun selama berminggu-minggu maupun berbulan-bulan. PTSD biasanya dibarengi dengan rasa depresi atau masalah kecemasan.

 

Seseorang dapat didiagnosis PTSD jika dalam 1 bulan setidaknya mengalami:

1. Gejala re-experiencing sekitar 1 kali.

2. Gejala avoidance sekitar 1 kali.

3. Gejala arousal and reactivity sekitar 2 kali.

4. Gejala cognition and mood sekitar 2 kali.

 

Apakah Gejalanya Berbeda pada Anak-anak?

Anak-anak dan remaja dapat mengalami reaksi trauma yang ekstrem, tetapi gejalanya tidak selalu sama seperti pada orang dewasa. Pada anak-anak di bawah usia 6 tahun, gejalanya meliputi:

  • Mengompol, meski sudah pernah belajar potty training.

  • Lupa bagaimana cara berbicara atau tidak mau berbicara.

  • Merasa takut ketika bermain.

  • Menjadi lebih manja dengan orang tuanya daripada biasanya.

 

Anak yang lebih besar dan remaja akan menunjukkan gejala yang mirip dengan orang dewasa. Mereka juga bisa berperilaku kasar, tidak sopan, dan merusak. Mereka pun biasanya akan merasa bersalah karena tidak bisa mencegah kematian atau kecelakaan, bahkan berpikir untuk membalas dendam.

 

Perjalanan penyakit ini bervariasi. Sebagian orang dapat sembuh dalam waktu 6 bulan, sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala di atas lebih lama. Bahkan pada beberapa orang, kondisi ini dapat bersifat kronis. Ahli yang berpengalaman menolong orang lain dengan penyakit mental, seperti psikiater atau psikolog, dapat mendiagnosis PTSD. (AS/AY)