Hampir semua orang mungkin sudah familiar dengan penyakit diabetes mellitus. Namun, bagaimana dengan diabetes insipidus? Bila istilah ini terdengar cukup asing, maka tentunya sangat lumrah. Pasalnya, tipe diabetes yang satu ini merupakan suatu kondisi yang  tidak biasa.

 

Berbeda dengan diabetes melitus, diabetes insipidus sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan lonjakan gula darah. Penderita diabetes inspidus dapat merasa haus dan lapar secara bersamaan, serta sering buang air kecil dalam jumlah fantastis. Pada kasus yang sangat parah, penderitanya bisa berkemih sebanyak 20 liter sehari. Simak yuk, penjelasan selengkapnya mengenai gangguan hormon yang cukup langka ini!

 
Baca juga: Siapa Saja yang Berisiko Terkena Diabetes?

 

Penyebab Diabetes Insipidus

Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam tubuh. Normalnya,produksi hormon ini dibuat oleh hipotalamus yang ada di otak, lalu disimpan di kelenjar pituitari.

 

Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. Fungsi dari hormon ini adalah untuk mempertahankan air di dalam tubuh dengan cara mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk urine.

 

Permasalahannya, pada penderita diabetes insipidus, terjadi pengurangan produksi hormon antidiuretik. Atau, bisa juga terjadi ketika ginjal penderita  tidak lagi merespons sistem kerja hormon antidiuretik seperti biasa.

 

Ginjal pun mengeluarkan terlalu banyak cairan dan gagal menghasilkan urine yang pekat. Akibatnya, penderita diabetes insipidus akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.

 
Baca juga: Benarkah Istri yang Obesitas Meningkatkan Risiko Diabetes?

 

Jenis-jenis Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

 

Diabetes insipidus kranial.

Inilah diabetes insipidus yang paling umum terjadi. Pemicunya karena jumlah hormon antidiuretik yang diproduksi oleh hipotalamus tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh adanya infeksi, operasi, cedera otak, atau tumor otak.

 

Diabetes insipidus nefrogenik.

Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan fungsi organ ginjal. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan diabetes insipidus nefrogenik.

 

Gejala Diabetes Insipidus

Gejala utama dari diabetes insipidus adalah selalu merasa haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Kamu akan selalu dihantui perasaan haus meski sudah minum banyak sekali air. Jumlah urine yang dikeluarkan penderita diabetes insipidus tiap harinya adalah sekitar 3-20 liter. Frekuensi berkemih yang dialami oleh penderitanya, bisa mencapai 3-4 kali per jam. Dampaknya, gejala ini rentan mengganggu rutinitas sehari-hari juga pola tidurmu. Wajar jika dalam dirimu muncul rasa lelah, mudah marah, dan sulit untuk berkonsentrasi.

 

Diabetes insipidus pada anak-anak mungkin lebih sulit untuk dikenali, khususnya jika si Kecil belum aktif berbicara. Akan tetapi, orang tua bisa mewaspadai adanya penyakit diabetes insipidus melalui gerak-gerik si Kecil berikut ini.

  • Sering mengompol pada waktu tidur.
  • Mudah marah atau gampang terusik.
  • Menangis secara berlebihan.
  • Suhu tubuh si Kecil tinggi (hipertermia).
  • Terjadi penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Kehilangan selera makan.
  • Merasa kelelahan.
  • Pertumbuhan si Kecil lebih lambat.

 

Komplikasi Diabetes Insipidus

Dehidrasi adalah komplikasi yang rentan dialami oleh penderita diabetes insipidus. Bila dehidrasi yang terjadi cukup ringan, solusinya bisa dilakukan dengan meminum cairan oralit. Namun, bila dehidrasi yang terjadi cukup parah, penderita harus dilarikan ke rumah sakit secepatnya. Bila tak lekas diatasi, dehidrasi ini dapat menyebabkan:

  • Mulut kering.
  • Perubahan elastisitas kulit.
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Natrium darah yang meningkat (hipernatremia).
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Sakit kepala.
  • Denyut jantung cepat.
  • Berat badan turun

Selain itu, diabetes insipidus juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Saat kehilangan cairan mineral dalam darah ini, tubuhmu dapat mengalami dampak buruk seperti lesu, mual, hilangnya napsu makan, kram otot, atau kebingungan.

 

Baca juga: Ini 8 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Diabetes

 

Pengobatan Diabetes Insipidus

Pada diabetes insipidus kranial, dokter akan menyarankanmu untuk mengonsumsi air lebih banyak demi mengimbangi jumlah cairan yang terbuang. Bila diperlukan, dokter mungkin akan meresepkan obat demopressin yang difungsikan untuk meniru peran hormon antidiuretik dalam tubuh. 

 

Sementara pada kasus diabetes insipidus nefrogenik, obat yang digunakan untuk mengatasinya adalah thiazide diuretik. Obat ini berfungsi menurunkan jumlah urine yang dihasilkan oleh organ ginjal.

 

Pastikan Kamu segera memeriksakan diri ke dokter jika Kamu mengalami dua gejala utama dari diabetes insipidus, yaitu memiliki dorongan berlebih untuk minum air dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak. 

 

Kamu mungkin akan merasa jauh lebih lega setelah mengetahui penyebabnya. Sebagai referensi, umumnya frekuensi buang air kecil pada orang dewasa adalah sebanyak 4-7 kali dalam sehari. Sementara untuk anak kecil, frekuensinya hanya mencapai 10 kali dalam sehari. Waspadai adanya gejala diabetes insipidus bila waktu yang Kamu habiskan untuk berkemih, melebihi frekuensi rata-rata ini. (TA/AY)