Belum lama ini, terungkap sebuah penemuan baru yang cukup meresahkan tentang air mineral kemasan. Dilansir dari bbc.com, laporan investigasi dari organisasi jurnalistik Orb Media menyatakan, ada kandungan mikroplastik dalam sejumlah merek air mineral kemasan.

 

Penelitian yang dilakukan bersama State University of New York, Fredonia, ini, menganalisis 259 botol 11 merek air mineral terpopuler di 9 negara, yaitu Brazil, Tiongkok, India, Amerika Serikat, Kenya, Libanon, Thailand, Meksiko, dan Indonesia. Hasilnya? Para ahli menemukan 90% air mineral kemasan mengandung jutaan partikel plastik berukuran mikroskopis.

 

Dilansir dari timesindonesia.co.id, ada tiga merek terkenal yang terkontaminasi mikropartikel plastik, diantaranya Aqua Danone, Nestle Pure Life, dan Evian. Nestle Pure Life mengandung 10.390 mikropartikel plastik di setiap liter airnya. Sedangkan dalam satu liter air mineral Aqua Danone terdapat 4.713 partikel. Diikuti oleh Evian, yaitu 256 mikropartikel per liter air.

 

Pihak Nestle maupun Danone sudah memberikan respons terkait hasil penelitian ini. Nestle mengundang perwakilan Orb Media untuk membandingkan metode pengujian kualitas air mineral beserta botol kemasan. Sementara pihak Danone mengatakan bahwa kemasan botol plastik yang digunakan sudah memenuhi persyaratan yang berlaku untuk sebuah produk minuman. Yuk, simak penjelasan selengkapnya untuk mengetahui tanggapan pakar dan BPOM RI tentang dampak mikroplastik terhadap kesehatan di bawah ini!

Baca juga: 5 Fakta yang Harus Diketahui tentang Minum Air

 

Apa itu Mikroplastik?

Mikroplastik adalah partikel kecil plastik yang bersumber dari berbagai produk, seperti kosmetik, pakaian, sisa proses industri, bahan kemasan, serta plastik itu sendiri. Mikroplastik terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Kelompok primer, yang dibuat dalam ukuran kecil. Biasanya ditemukan dalam produk kosmetik.
  2. Kelompok sekunder, yang ukurannya menyusut karena faktor alami, seperti gelombang laut, panas sinar ultraviolet, atau bakteri. 
Baca juga: Apakah yang Terjadi jika Anda Hanya Minum Air selama 30 Hari?

 

Bahayakah Mikroplastik bagi Kesehatan?

Ada beragam opini tentang dampak mikroplasik terhadap kesehatan, sejak hasil penelitian Orb Media dimuat di media. Profesor Sherri Mason dari State University of New York selaku pemimpin riset mengatakan, “Hasil penelitian ini bukan untuk mencari-cari kesalahan merek tertentu. Tujuannya benar-benar ingin membuktikan bahwa materi plastik ternyata bisa menembus air. Dan, air mineral merupakan produk yang selalu kita konsumsi.”

 

“Menurut informasi, beberapa partikel plasik ini sangat kecil. Jadi jika dicerna, ada kemungkinan dikeluarkan oleh tubuh. Namun selama dicerna, partikel-partikel ini bisa saja melepaskan zat kimia dan berdampak negatif terhadap kesehatan organ dan jaringan tubuh manusia,” tambahnya.

 

Tanggapan serupa disampaikan oleh dr. Stephanie Wright dari King's College Centre for Environment and Health. "Partikel-partikel plastik bisa berada di dalam sel lapisan usus atau diteruskan ke sistem limfatik yang berakhir di kelenjar getah bening. Selain itu, ada potensi partikel tersebut masuk ke aliran darah dan menumpuk di hati. Saat tubuh terpapar partikel asing, pasti akan dibuang. Namun, permasalahannya plastik bersifat tidak terdegradasi, sehingga dapat membahayakan jaringan sel tubuh," jelasnya.

 

Badan Kesehatan Dunia atau WHO menekankan bahwa saat ini tidak ada bukti mikroplastik menimbulkan risiko terhadap kesehatan manusia. Namun, mereka akan menidaklanjuti hasil penemuan ini. Badan Standar Makanan Inggris juga meyakinkan konsumen bahwa paparan mikroplastik yang terkandung dalam air kemasan tidak membahayakan tubuh.

 

Otoritas Keamanan Pangan Eropa sependapat dengan keduanya. "Mikroplastik dapat ditemukan di berbagai ruang lingkup, baik di darat maupun di air, termasuk dalam makanan. Namun, bukan berarti kandungannya berbahaya. Informasi terkait mikroplastik dalam makanan dan minuman ini akan dikaji ulang secara menyeluruh," ujar juru bicara Badan Standar Makanan Inggris.

 

Tanggapan BPOM RI

Merebaknya isu ini membuat BPOM RI merasa perlu memberikan tanggapan. Sebagaimana rilis yang diterbitkan oleh laman resmi BPOM RI, berikut penjelasannya:

  • Mikroplastik merupakan isu yang sedang diamati perkembangannya. Lembaga Internasional seperti European Food Safety Authority (EFSA) tengah mengembangkan metode analisis untuk melakukan penelitian toksikologi terhadap kesehatan manusia.
  • Belum ada studi ilmiah yang membuktikan bahaya mikroplastik bagi tubuh manusia. Lembaga pengkaji risiko untuk keamanan pangan di bawah FAO-WHO belum mengevaluasi toksisitas plastik dan komponennya. Oleh karena itu, belum ditetapkan batas aman untuk mikroplastik. Codex sebagai badan standar pangan dunia di bawah FAO-WHO juga belum mengatur ketentuan tentang mikroplastik pada pangan.
  • BPOM RI akan terus memantau isu mikroplastik dan berkoordinasi dengan lintas keahlian, akademisi, kementerian, lembaga terkait, serta asosiasi nasional dan internasional.
  • BPOM RI mengimbau agar masyarakat tetap tenang karena keamanan, mutu, dan gizi produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sudah diatur dalam SNI AMDK dan Peraturan Kepala Badan POM, yang standarnya sejalan dengan standar internasional dari Codex. BPOM terus melakukan pengawasan pre-market dan post-market terhadap keamanan, kualitas, dan gizi produk sesuai standar yang berlaku.
Baca juga: Apakah Air Putih Bisa Basi?

 

Demi menurunkan risiko hal-hal yang tidak diharapkan, hindarilah mengonsumsi air mineral dalam kemasan botol yang telah lama terpapar sinar matahari. Reaksi kimia dari air yang sudah terkena paparan panas matahari berbahaya bagi tubuh. Sebagai opsi tambahan, Profesor Mason juga menyarankan untuk mengonsumsi air rebusan yang jauh lebih aman. (TA/AS)