Selama ini, kebanyakan orang mengetahui pemicu risiko diabetes adalah faktor genetik, gaya hidup tidak sehat, kegemukan, kurangnya aktivitas olahraga, dan sebagainya. Namun tahukah Diabestfriend bahwa kondisi kesehatan pasangan juga bisa meningkatkan risiko terkena diabetes?

 

Rupanya ada alasan tersendiri lho mengapa ahli medis menganjurkan wanita untuk menjaga berat badan, terutama setelah menikah. Pasalnya, berdasarkan riset, istri yang mengalami obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes bagi suaminya! Waduh, kok bisa ya? Agar tidak semakin penasaran, simak yuk penjelasan selengkapnya!

Baca juga: 5 Jenis Olahraga untuk Memulai Gaya Hidup Sehat

 

Keterkaitan antara Memiliki Istri Obesitas dengan Risiko Diabetes

Sebuah hasil penelitian unik dipresentasikan pada rapat tahunan European Association for the Study of Diabetes (EASD) di Lisbon, Portugal, pada 11-15 September 2017 silam. Penelitian tersebut mengungkapkan, bila pria menikah dengan wanita yang obesitas, hal tersebut dapat meningkatkan risiko bagi sang Pria untuk terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.

 

Riset ini dilakukan pada lebih dari 3.000 pria dan 3.000 wanita berusia 50 tahun yang menetap di Inggris. Peneliti secara rutin melakukan wawancara dan cek kesehatan pada para partisipan setiap 2,5 tahun sekali, terhitung sejak tahun 1998-2015.

 

Hasil penelitian pun disesuaikan dengan beragam potensi yang mungkin berkontribusi terhadap risiko diabetes tipe 2. Contohnya usia, etnis, status sosial ekonomi, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang. Setelah 11,5 tahun, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perkiraan tersebut memang benar.

 

Dari penelitian didapatkan bukti bahwa risiko diabetes tipe 2 pada pria yang menikah dengan wanita obesitas meningkat 12,6% per 1.000 orang dalam setahun. Sementara tingkat prevalensi diabetes tipe 2 pada wanita yang menikahi pria obesitas hanya 8,6% per 1.000 orang.

 

Inilah penelitian pertama tentang dampak spesifik dari faktor memiliki pasangan obesitas terkait risiko diabetes. Menurut peneliti, ada penjelasan mengapa kedua hal ini dapat saling berpengaruh. Pasalnya, banyak perilaku suami-istri yang berpotensi meningkatkan risiko diabetes, contohnya kebiasaan makan yang buruk dan minimnya aktivitas olahraga.

 

"Memiliki istri yang obesitas meningkatkan risiko diabetes pada pria. Sementara bila wanita memiliki suami yang obesitas, tidak memberikan risiko diabetes tambahan selain tingkat obesitasnya sendiri," kata Adam Hulman dari Universitas Aarhus, Denmark.

 

Lalu kenapa wanita yang menikahi pria yang obesitas tidak terlalu berisiko mengalami diabetes? Peneliti berasumsi, umumnya suami mengikuti pola makan istri. Bila istri tidak menghiraukan pola makan yang seimbang dan bersikap tidak acuh terhadap gaya hidup sehat, maka besar kemungkinan suaminya pun akan mengadopsi pola hidup tersebut.

 

Apalagi bila budaya kuliner di lingkungan pertemanan mereka tidak baik. Penelitian ini menginspirasi pasangan suami-istri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sejak awal. “Saat suami-istri mengantisipasi risiko diabetes bersama-sama, maka deteksi dini ini dapat memotivasi pasangan untuk menerapkan pola makan sehat, memantau berat badan secara teratur, dan meningkatkan kekompakan untuk rutin berolahraga,” imbuh Adam.

Baca juga: 23 Makanan Super Sehat untuk Penderita Diabetes

 

Benarkah Obesitas Menular?

Hasil penelitian di atas menggiring sebuah pertanyaan, “Apakah kegemukan dapat menular?” Menurut sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2016 di JAMA Pediatrics, Amerika Serikat, ditemukan teori penularan sosial (social contagion theory).

 

Disebutkan, jika ada banyak orang yang mengalami obesitas di sekitar Kamu, maka risiko untuk mengalami kegemukan juga tinggi. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ashlesha Datar, Ph.D., dan Nancy Nicosia, Ph.D., ahli ekonomi senior di RAND Corporation.

 

Mereka mengumpulkan data dari 1.519 keluarga militer, yang terdiri dari wanita juga pria dewasa, serta anak-anak. Mereka adalah orang-orang yang tinggal di 38 area di Amerika Serikat, dan memiliki level obesitas yang bervariasi. Beberapa keluarga berada di lingkungan dengan rasio obesitas yang tinggi. Sementara yang lainnya berada di daerah dengan risiko obesitas yang rendah.

 

"Pemilihan lokasi ini memungkinkan kami untuk menganalisis apakah tinggal di daerah dengan rasio obesitas tinggi juga meningkatkan risiko menjadi obesitas," kata Ashlesha. Hasilnya, untuk setiap satu persen peningkatan rasio obesitas di sebuah daerah, anak-anak mudanya pun mengalami risiko kelebihan berat badan sekitar 4-6 persen. Sementara risiko kelebihan berat badan bagi warga dari kalangan usia dewasa naik sebesar 5 persen.

 

"Kesimpulannya, tinggal di sebuah lingkungan yang didominasi oleh orang-orang dengan obesitas dapat menimbulkan gaya hidup malas dan gemar menikmati makanan tidak sehat. Ini bukti bahwa obesitas merupakan kondisi yang dapat diterima secara sosial di masyarakat," tegas Ashlesha.

 

Ashlesha dan rekannya mengamati, mereka yang berada di lingkungan obesitas cenderung kurang aktif, sering mengonsumsi makanan cepat saji, kurang menghiraukan batasan saat menikmati makanan yang tidak sehat, serta hampir tidak pernah memasak di rumah.

 

Kiat-kiat Hidup Sehat bagi Pasangan Suami-Istri

Meskipun riset ini tidak dapat dijadikan satu-satunya referensi untuk mengklaim bahwa semua pasangan suami-istri yang obesitas pasti berisiko tinggi terkena diabetes, Diabestfriend bisa belajar. Dengan menyadari tingginya risiko diabetes dan penularan obesitas dalam pernikahan, ada baiknya Kamu dan pasangan sepakat untuk menerapkan gaya hidup sehat bersama-sama.

 

Jadilah pasangan yang saling memotivasi untuk menerapkan pola makan yang sehat, serta meluangkan waktu maksimal 1 jam sebanyak 3 kali dalam seminggu untuk berolahraga. Sediakan selalu sayur dan buah-buahan dalam menu diet harian, untuk memenuhi kebutuhan serat. Asupan kaya nutrisi, rendah kalori, dan berlimpah vitamin serta mineral tidak hanya bermanfaat untuk menjaga berat badan ideal, melainkan juga dapat mencegah terjadinya lonjakan gula darah.

 

Baik Kamu ataupun pasangan pastinya enggak mau kan menerapkan pola hidup sehat setelah terkena diabetes terlebih dahulu? Jadi jangan tunda lagi, ya. Optimalkan kondisi kesehatanmu dan pasangan, agar semakin besar pula kesempatan kalian berdua untuk menghabiskan sepanjang usia bersama. (TA/AS)

 

Baca juga: 8 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Diabetes