Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan bahwa kematian di dunia hampir dua per tiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Beberapa penyakit yang masuk ke dalam golongan ini adalah penyakit jantung, diabetes, stroke, dan kanker.

 

Penyakit jantung dan pembuluh darah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian penyakit tidak menular, yaitu sebanyak 39 persen, lalu diikuti dengan kanker sekitar 27 persen. Penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan, dan penyakit tidak menular lainnya menyumbang sekitar 30 persen kematian, sedangkan diabetes menyebabkan 4 persen kematian.

 

WHO juga menyebutkan bahwa lebih dari dua per tiga, atau sekitar 70 persen, dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular, seperti kanker, penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Di tahun 2030, diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular.

 

Bagaimana dengan di Indonesia?

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, dalam rentang waktu tahun 1995 sampai 2007, kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat. Sementara itu, kematian karena penyakit menular semakin menurun. Melihat hal tersebut, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi berbagai penyakit tidak menular, salah satunya sang penyebab kematian nomor satu, yaitu penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah.

Baca juga: Pemicu Serangan Jantung yang Tidak Disangka

 

Pada abad ke-19, para ahli melaporkan bahwa kadar plasma kolesterol pada pasien penyakit jantung koroner lebih tinggi daripada orang normal. Sedangkan berbagai penelitian lain menunjukkan ada hubungan antara peningkatan kolesterol dengan terjadinya ateroskelrosis, yaitu pembentukan plak (lapisan lemak yang memperkecil diameter arteri atau pembuluh darah). Terkait dengan hal ini, tingginya kadar kolesterol berdampak besar pada penyakit jantung koroner serta gangguan pembuluh darah ke otak dan perifer.

 

Kolesterol Baik dan Jahat

Salah satu gangguan terkait dengan metabolism kolesterol dikenal dengan istilah dislipidemia. Dislipidemia merupakan kondisi kelebihan produksi atau kekurangan lipoprotein (komponen penyusun kolesterol). Kelainan ini dapat dilihat dari peningkatan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida, serta penurunan HDL dalam serum darah.

 

Kolesterol merupakan komponen alami di sel tubuh dan akan diproduksi sesuai kebutuhan. High-Density Lipoprotein (HDL) sering kali disebut kolesterol baik, sementara Low-Density Lipoprotein (LDL) dianggap sebagai kolesterol jahat. Ini dikarenakan LDL berperan dalam pembentukan plak dalam darah. Sedangkan peningkatan HDL bersifat protektif dan baik terhadap metabolisme lemak tubuh.

 

Kelebihan produksi kolesterol yang Kamu dapatkan dari asupan makanan sehari-hari dapat berbahaya bagi tubuh. Kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke. Saat terlalu banyak kolesterol dalam sirkulasi darah, dapat meningkatkan pembentukan plak di dinding pembuluh darah. Plak tersebut dapat mempersempit bahkan menutup aliran darah ke otak, jantung dan organ tubuh lainnya.

 

Plak yang rupture atau terlepas dari dinding pembuluh darah akan memicu serangkaian proses yang akan menyumbat total pembuluh darah. Alhasil, aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi tidak akan sampai ke organ-organ yang membutuhkan, seperti otot jantung atau otak.

Baca juga: Daftar Makanan yang Mengandung Kolesterol Tinggi

 

Jika suplai darah ke otot jantung terhenti, tentunya akan menyebabkan serangan jantung. Otot jantung akan berhenti berfungsi dan tidak dapat memompa darah keseluruh tubuh. Jika suplai darah ke otak berkurang atau terhenti, maka akan menyebabkan stroke. Kedua penyakit inilah yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia. Oleh karena itu, penting menjaga kadar kolesterol tetap pada batas normal khususnya pada orang-orang dengan dislipidemia.

 

Mengobati Dislipidemia

Prinsip utama pengobatan dislipidemia adalah:

  • Melakukan diet rendah lemak untuk mengurangi kadar lemak dalam plasma darah. Jika memiliki berat badan berlebih, sebaiknya segera terapkan pola diet rendah lemak, tinggi protein, dan serat. Ditambah  dengan latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi tubuh.
  • Bila kelebihan kolesterol dipicu oleh penyakit lain, seperti diabetes melitus, kecanduan alkohol, atau hipotiroid, maka penyakit tersebut perlu diobati terlebih dahulu. Pasien dengan keadaan ini dianjurkan untuk menghindari faktor yang dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis, yaitu dengan berhenti merokok, mengobati hipertensi, olahraga cukup dan mengawasi kadar gula darah pada pasien diabetes.
  • Pasien tanpa penyakit jantung koroner diharuskan mengubah gaya hidup (diet, latihan fisik, penurunan berat badan) sebelum menerima pengobatan. Pemberian obat penurun kolesterol dianjurkan jika penerapan pola makan yang sehat dan aktivitas fisik selama 3-6 bulan belum memberikan hasil yang maksimal.

 

Berikut adalah kadar kolesterol yang menjadi target pengobatan dislipidemia:

 

 

 

Kadar yang ingin dicapai (mg/dL)

Kadar batas hingga tinggi (mg/dL)

Kadar tinggi (mg/dL)

Kolesterol total

< 200

200 - 239

> 240

LDL

< 130

130 - 159

> 160

HDL

 

 

 
Pria

> 40

> 60

 
Wanita

> 50

 

 

Trigliserida

< 150

150 - 199

> 200

 

 

Pengobatan yang diberikan dapat bervariasi berdasarkan anjuran dokter sesuai kondisi dislipidemia yang dialami. Berikut beberapa pilihan pengobatan yang umumnya dianjurkan:

 

 

Golongan Obat

Contoh Obat

Asam fibrat

Gemfibrozil, Fenofibrat

Resin

Kolestiramin, Kolestipol

Penghambat HMG CoA reduktase

Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin, Fluvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin

Asam Nikotinat

Niasin

 

 

Penderita Dislipidemia Harus Patuh terhadap Pengobatan

Tidak adanya gejala yang dirasakan oleh penderita dislipidemia menyebabkan mereka cenderung lalai dalam mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter. Namun, perlu diperhatikan bahwa mengontrol kadar kolesterol adalah tindakan pencegahan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa yang akan datang.

 

Yang perlu dipahami, baik oleh pasien maupun keluarga pasien, adalah:

  • Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat penurun kolesterol sangat penting, walaupun gejala penyakit tidak dirasakan langsung oleh pasien.
  • Akumulasi dari ketidakpatuhan dalam mengendalikan pola hidup dan konsumsi obat sesuai anjuran dokter akan mengakibatkan peningkatan risiko kejadian aterosklerosis, yang dapat mengakibatkan serangan jantung atau stroke.
Baca juga: Macam-macam Pengobatan untuk Penyakit Jantung

 

Itulah hal-hal yang perlu diperhatikan bagi penderita dislipidemia supaya terhindar dari masalah jantung dan stroke. Patuhi pengonsumsian obat untuk menurunkan kolesterol sesuai anjuran dokter serta terapkan pola hidup sehat mulai dari sekarang demi kebaikan diri sendiri ya, Gengs! (By Team Medical GueSehat)