Tren kombucha sudah mulai menjamur di kafe-kafe di Indonesia, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan kombucha? Apakah klaim kesehatan kombucha memang benar? Mari kita berkenalan lebih jauh dengan minuman fermentasi ini.

 

 

Sebagai ‘jamu tradisional’, terdapat berbagai klaim mengenai sejarah kombucha.  Mulai dari Ukraina sampai Asia, dari ‘berabad-abad’ sampai beberapa ratus tahun yang lalu. Dimanapun atau kapanpun kombucha pertama kali diciptakan, resepnya memiliki kemiripan.

 

Kombucha adalah teh hitam yang dicampur gula, kemudian difermentasikan menggunakan bantuan campuran bakteri dan jamur. Sering disebut sebagai koloni simbiosis bakteri dan jamur, campuran ini akan memfermentasi gula dan memproduksi alkohol, senyawa cuka, dan produk sampingan lainnya. Untuk membuatnya, Kamu  membutuhkan campuran jamur dan bakteri ‘starter’, yang bisa dibeli online.

 

Hasil dari fermentasi biasanya campuran tersebut akan sedikit berbuih, dengan campuran bakteri dan jamur mengambang di bagian atas membentuk seperti karpet. Rasa yang dihasilkan pun bervariasi, mulai dari cider sampai seperti muntahan.

 

Baca juga: Rahasia Menjaga Daya Tahan Tubuh dengan Bahan Herbal!

 

Seperti jamu tradisional lainnya, klaim kesehatan kombucha sangat luas, mulai dari mengobati HIV, anti penuaan, menumbuhkan rambut, menangani gout, diabetes, hemoroid, hilang ingatan, PMS, kanker, hipertensi, sampai meningkatkan sistem imun kita.

 

 

Sebenarnya apa yang ‘bertumbuh’ dalam minuman ini? Beberapa penelitian telah mendeteksi jenis bakteri dan jamur yang terkandung dalam ‘karpet’ kombucha. Hasilnya sangat bervariasi berdasarkan geografis, iklim, dan bakteri serta jamur local yang terdapat pada lokasi tertentu. Bakteri yang terdeteksi termasuk Bacterium xylinum, Bacterium gluconium, Acetobacter hetogenum, Pichia fermentons, juga beberapa spesies Penicillium. Selain itu juga terdapat bakteri yang toksik, seperti Bacillus anthracis (penyebab anthrax).

 

Jamur yang terdeteksi meliputi Schizosaccharomyces pombe, Torulaspora delbrueckii dan Zygosaccharomyces bailii. Kontaminasi jamur Aspergillus dan Candida yang toksik juga terdapat dalam kombucha. Kandungan dari kombucha yang sudah terfermentasi pun bervariasi, bergantung dari jumlah dan jenis mikroorganisme, dan berapa lama proses fermentasi berlangsung.

 

Beberapa hasil analisis menunjukkan sebagian kecil alkohol (kurang dari 0.5%), senyawa cuka, seperti asam aseetat, asetil asetat, asam glukoronat, dan asam laktat. Terdapat sedikit kandungan gula, tergantung dari berapa lama proses fermentasi berlangsung. Terdapat sejumlah kafein dari teh. Walaupun terdapat klaim kandungan vitamin B, tetapi tidak ada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengonfirmasi hal tersebut.

 

Baca juga: Bahan Herbal yang Bisa Meningkatkan Kekebalan Tubuh

 

Terlepas dari banyaknya klaim kesehatan dari kombucha, belum ada satupun penelitian klinis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Terdapat penelitian systematic review pada tahun 2003 yang juga gagal menemukan manfaat kesehatan dari kombucha. Dari senyawa yang terkandung dari kombucha yang sudah diteliti pun, tidak ada manfaat apapun dari minuman ini.

 

Sebagai campuran minuman yang difermentasi sendiri, terdapat risiko kontaminasi yang cukup signifikan. Berikut adalah beberapa risiko bahaya dari kombucha yang terdokumentasi:

  • Jaundice/ penyakit kuning
  • Pusing, mual, dan muntah
  • Hepatitis toksik
  • Asidosis metabolik dan gangguan pembekuan darah yang menyebabkan gagal jantung dan kemaatian
  • Infeksi anthraks akibat penggunaan kombuccha pada kulit
  • Asidosis laktat dan gagal ginjal akut

 

Baca juga: Teh Panas atau Es Teh, Manakah yang Lebih Baik?

 

Kondisi-kondisi tersebut banyak yang mengalami perbaikan segera setelah berhenti mengonsumsi kombucha. Risiko ini muncul karena kombucha memiliki potensi menumbuhkan mikrooranisme yang bersifat pathogen dan berbahaya, terutama pada individu yang mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh (HIV/AIDS, pasien kanker yang sedang menjalani pengobatan, ibu hamil dan menyusui).

 

Dari penjelasan tersebut, dapat dsimpulkan bahwa, mengonsumsi kombucha mungkin memang tidak menyebabkan kematian, tetapi juga tidak ada manfaat kesehatannya. Jadi, apakah Geng Sehat masih mau mengonsumsi kombucha?

 

 

Kebiasaan untuk Meningkatkan Kesehatan -GueSehat.com