Protein Nabati Bisa Mencegah Diabetes

Orang yang hidup dengan diabetes harus mengontrol makanan agar kadar gula darah di tubuhnya normal. Itulah mengapa, penderita diabetes disarankan banyak mengonsumsi protein. Zat gizi ini bisa membantu menunda rasa lapar dan menstabilkan gula darah. Ada dua jenis protein, yakni nabati dan hewani. Protein nabati dapat mencegah diabetes menurut penelitian.

Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan bahwa wanita dewasa harus mengonsumsi protein sekitar 46 gram setiap hari dan pria mengonsumsi 56 gram. Namun, kebutuhan protein akan bervariasi berdasarkan banyak faktor termasuk tinggi badan, berat badan, aktivitas yang dilakukan, dan juga kondisi kesehatan. Bagaimanapun, protein harus mewakili 10 hingga 35 persen dari asupan kalori harian.

Baca juga: Perbedaan Protein Nabati dan Hewan, Mana Lebih Baik?

Protein Nabati Bisa Mencegah Diabetes Tipe 2

Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Eastern Finland, protein berperan dalam menurunkan risiko diabetes tipe 2. Dikatakan peneliti, protein nabati dikaitkan dengan risiko lebih rendah terhadap diabetes tipe 2, sementara mereka yang mengonsumsi protein hewani memiliki risiko lebih tinggi. Secara keseluruhan, protein nabati baik untuk mengelola diabetes dan juga kesehatan jantung.

Para peneliti menganalisis diet yang dilakukan 2.332 pria berusia antara 24 hingga 60 tahun yang awalnya tidak memiliki diabetes tipe 2. Namun, dalam kurun waktu 19 tahun, 432 pria didiagnosis diabetes tipe 2. Itu karena, mereka lebih sering mengonsumsi protein hewani dibandingkan protein nabati.

“Responden yang mengonsumsi protein nabati lebih banyak memiliki kebiasaan gaya hidup sehat. Berdasarkan penelitian, mereka yang mengonsumsi protein nabati berisiko lebih kecil terhadap diabetes tipe 2, berkisar 35 persen saja,” kata peneliti.

Dengan menggunakan model komputasi, para peneliti memperkirakan bahwa mengganti sekitar 5 gram protein hewani dengan protein nabati setiap hari akan mengurangi risiko diabetes hingga 18 persen. Selain itu, mengonsumsi protein nabati juga dikaitkan dengan kadar glukosa darah yang lebih rendah.

Dalam penelitian, biji-bijian merupakan sumber utama protein nabati, di mana sumber lainnya adalah kentang dan sayuran lain yang mengandung protein. Semua itu tidak terkait dengan risiko diabetes tipe 2.

Sementara itu, protein hewani, termasuk daging merah olahan, daging putih, dan berbagai daging, berisiko lebih tinggi terhadap diabetes. “Kemungkinan, disebabkan oleh senyawa lain yang ditemukan dalam daging, tidak sekadar protein. Berdasarkan temuan itu, pelaku diet yang lebih menyukai protein nabati bisa terhindar dari diabetes tipe 2,” kata peneliti.

Pengecualian diberikan pada protein hewani yang bersumber dari ikan, susu, atau telur. Ketiganya justru baik untuk orang dengan diabetes.

Baca juga: Sumber Protein Terbaik untuk Menurunkan Gula Darah

Pola Makan Nabati

Penelitian lain, Aging Research Center yang dilakukan Karolinska Institute di Stockholm, Swedia, mengungkapkan bahwa 22 persen orang yang didiagnosis prediabetes dapat mencegah berkembangnya diabetes tipe 2. Peneliti menyimpulkan bahwa salah faktor penting dalam mencegah diabetes tipe 2 dan menjaga kadar gula darah tetap normal dengan menerapkan pola makan nabati alias vegan.

“Pola makan nabati, terutama ketika diperkaya dengan makanan nabati yang menyehatkan, bermanfaat untuk pencegahan utama diabetes tipe 2,” kata peneliti. Manfaat paling cepat dari menerapkan pola makan nabati pada pencegahan diabetes tipe 2 adalah dampak dari makanan nabati terhadap kadar gula darah dan resistensi insulin.

Dikatakan peneliti, diet nabati dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 melalui penurunan kelebihan berat badan. “Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi makanan nabati dapat menyebabkan penurunan berat badan jangka pendek dan pencegahan kenaikan berat badan jangka panjang. Pada gilirannya, ada kemungkinan bahwa sebagian besar hubungan antara pola makan nabati dan risiko diabetes tipe 2 dapat dikaitkan dengan pengendalian berat badan,” ungkap peneliti.