Kontraksi merupakan salah satu tanda bahwa Mums siap melahirkan. Kebanyakan ibu hamil biasanya akan mengalaminya di usia kandungan 39-40 minggu. Namun, faktanya ada beberapa ibu hamil yang tidak kunjung merasakan kontraksi meski sudah mendekati due date. Dalam kasus seperti ini, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan induksi persalinan.

 

Induksi persalinan adalah proses stimulasi rahim agar terjadi kontraksi, sehingga ibu hamil dapat melahirkan secara normal. Prosedur ini biasanya direkomendasikan oleh tim medis karena beberapa alasan, khususnya jika ada masalah kesehatan pada bayi dan ibu hamil.

  

Induksi Persalinan, Kapan Dibutuhkan?

Untuk menentukan apakah induksi persalinan dibutuhkan oleh Mums atau tidak, dokter kandungan akan mengevaluasi beberapa faktor, di antaranya kesehatan Mums, kesehatan janin, usia kehamilan, berat dan ukuran janin, posisi janin, serta status serviks atau leher rahim Mums. Ada 3 alasan utama yang membuat dokter biasanya memutuskan untuk melakukan prosedur induksi persalinan, yaitu:

 

  1. Kehamilan sudah melewati due date (overdue)

Induksi persalinan umumnya ditawarkan kepada wanita yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan di minggu ke-42. Pasalnya, risiko kematian atau masalah kesehatan lain menjadi lebih tinggi dialami oleh bayi jika kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.

 

  1. Pecah ketuban dini

Jika ketuban Mums sudah pecah 24 jam lebih sebelum persalinan, maka Mums dan si Kecil berisiko tinggi mengalami infeksi. Induksi persalinan akan direkomendasikan tergantung pada usia kehamilan Mums.

 

Apabila ketuban pecah di atas minggu ke-34 kehamilan, tim medis akan memberikan pilihan kepada Mums, apakah ingin melakukan induksi persalinan atau dilakukan pemantauan sampai Mums melahirkan secara alamiah. Sedangkan bila ketuban pecah sebelum minggu ke-34, Mums akan mendapatkan rekomendasi kuat untuk melakukan induksi persalinan.

 

  1. Kondisi kesehatan tertentu atau janin tidak berkembang

Ada beberapa kondisi tertentu yang membuat dokter kandungan atau bidan merasa akan lebih baik jika si Kecil dilahirkan lebih cepat. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:

  • Janin tidak tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang seharusnya, misalnya perkiraan berat janin kurang dari 10% dalam usia kehamilan tersebut.
  • Mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi pada kehamilan, baik terjadi sebelum minggu ke-20 (hipertensi kronis) maupun setelah minggu ke-20 (hipertensi gestasional), ataupun muncul gejala pre-eklampsia.
  • Terdapat infeksi pada plasenta (chorioamnionitis).
  • Cairan ketuban yang melindungi janin terlalu sedikit (oligohydramnios).
  • Mengalami diabetes gestasional.
  • Plasenta terlepas dari dinding rahim, baik itu sebagian atau seluruhnya, sebelum proses persalinan terjadi (solusio plasenta/placental abruption).
  • Menderita masalah ginjal.
  • Mengalami obesitas.

 

Nantinya, dokter kandungan atau bidan akan menjelaskan opsi yang diberikan supaya Mums bisa mempertimbangkan apakah perlu menempuh prosedur induksi persalinan atau tidak.

 

Selain itu, ada pula induksi persalinan elektif, yang dilakukan pada kehamilan yang secara medis sebenarnya tidak memerlukan intervensi. Sebagai contoh, jika Mums tinggal jauh dari rumah sakit atau layanan kesehatan, maka induksi persalinan yang terjadwal akan membantu Mums terhindar dari proses kelahiran yang mendadak terjadi.

 

Dalam kasus ini, tenaga kesehatan akan memastikan terlebih dahulu usia kehamilan Mums setidaknya sudah memasuki 39 minggu atau lebih sebelum melakukan prosedur induksi persalinan.

 

 

Siapa yang Tidak Boleh Melakukan Induksi Persalinan?

Tidak semua ibu hamil ternyata diperbolehkan melakukan prosedur induksi persalinan. Siapa sajakah mereka?

  • Wanita yang pernah menjalani operasi caesar sebelumnya dengan sayatan klasik (secara vertikal).
  • Ibu hamil dengan kondisi plasenta menutupi serviks (plasenta previa)
  • Ibu hamil dengan kondisi bayi sungsang atau melintang.
  • Ibu hamil dengan kondisi tali pusat masuk ke vagina sebelum waktu melahirkan (umbilical cord prolapse).

 

Baca juga: Obat-obatan yang Digunakan dalam Induksi Persalinan 

 

Persiapan Induksi Persalinan

Induksi persalinan dilakukan di rumah sakit atau rumah bersalin, di bawah pengawasan tim medis. Sebelum melakukan prosedur ini, akan dilakukan membrane sweep atau dikenal juga dengan cervical sweep.

 

Dokter kandungan atau bidan akan menyapu jari mereka di bagian serviks selama pemeriksaan internal dilakukan. Tindakan ini ditujukan untuk memisahkan membran selaput ketuban yang meliputi bayi dari serviks. Pemisahan ini akan melepaskan hormon prostaglandin, yang dapat memicu persalinan.

 

Tindakan cervical sweep akan membuat Mums merasa tidak nyaman dan sedikit berdarah. Jika proses kelahiran tidak kunjung terjadi setelahnya, maka induksi persalinan akan dilakukan.

 

Baca juga: 5 Latihan Mudah untuk Persiapan Persalinan Normal

 

Proses Induksi Persalinan

Ada beberapa metode induksi persalinan. Walaupun tergantung dari kondisinya, tim medis umumnya akan:

 

  1. “Mempersiapkan” serviks

Terkadang, prostaglandin sintetik digunakan untuk melembutkan atau menipiskan area serviks. Setelah ini digunakan, kontraksi yang dialami oleh Mums maupun detak jantung bayi akan dimonitor. Pada contoh kasus lainnya, dokter juga bisa memasukkan kateter ke dalam leher rahim lalu mengisinya dengan cairan saline.

 

  1. Memecahkan kantong ketuban

Teknik yang dikenal dengan amniotomy ini dilakukan dengan cara membuat lubang kecil pada kantong ketuban. Mums kemungkinan akan merasakan ada semburan cairan hangat yang keluar, yang menandakan ketuban Mums sudah dipecahkan.

 

Amniotomy hanya dilakukan jika sebagian dari serviks Mums sudah melebar dan menipis, serta kepala bayi sudah berada di dalam panggul. Selain memantau detak jantung bayi, baik sebelum maupun setelah prosedur dilakukan, tim medis juga akan memeriksa kondisi air ketuban, apakah terdapat mekonium atau tidak.

 

  1. Menggunakan obat intravena

Di rumah sakit, tim medis kemungkinan akan memberikan Mums pitocin, oksitosin versi sintetik, hormon yang menyebabkan rahim mengalami kontraksi. Lagi-lagi, kontraksi serta detak jantung bayi akan terus dimonitor. Yang perlu Mums ketahui, dokter bisa saja melakukan kombinasi metode induksi persalinan.

 

Baca juga: Makanan Peningkat Stamina untuk Menghadapi Persalinan Normal

 

Bagaimana Rasanya Induksi Persalinan?

Induksi persalinan biasanya akan lebih sakit dibandingkan dengan tanda-tanda persalinan yang terjadi secara alamiah. Maka tidak heran jika banyak ibu hamil yang menempuh prosedur ini meminta diberikan anestesi epidural, prosedur penghilang rasa sakit saat melahirkan.

 

Setelah Prosedur Induksi Persalinan Dilakukan

Pada kebanyakan kasus, induksi persalinan akan membantu kesuksesan melahirkan normal. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proses persalinan tergantung pada kesiapan kondisi serviks Mums, teknik induksi persalinan yang ditempuh, serta bagaimana tubuh Mums merespons prosedur ini.

 

Jika kondisi serviks Mums belum siap untuk melahirkan, maka Mums perlu menunggu beberapa hari. Biasanya rentang waktunya adalah sekitar 24-48 jam. Namun bila semuanya lancar, hanya dalam hitungan jam Mums sudah bisa mendekap si Kecil!

 

Sekitar 75% ibu baru yang menempuh prosedur induksi persalinan berhasil melakukan persalinan secara normal. Kendati demikian, terkadang induksi persalinan tidak langsung berhasil.

 

Jika sudah begini, Mums akan dihadapkan pada 2 pilihan, ingin melakukan induksi persalinan kembali atau memilih proses persalinan lain, yakni secara caesar. Apa pun yang jadi keputusan Mums, tentunya ini demi si Kecil lahir dengan selamat dan sehat. Jadi, dengarkan tubuh Mums dan percayalah dengan insting Mums sendiri! (AS)

 

Baca juga: Kehamilan Kedua Berbeda dengan Kehamilan Pertama

 

Makanan yang Baik Menjelang Bersalin - GueSehat.com

 

Sumber

NHS: Inducing labour Your pregnancy and baby guide

Mayo Clinic: Labor induction