Mums pasti pernah mendengar proses persalinan yang terjadi lewat proses induksi. Induksi persalinan adalah suatu proses penggunaan obat-obatan atau metode lain untuk memulai persalinan. Dengan kata lain, induksi dilakukan jika persalinan tidak terjadi on its own.

 

Ada beberapa kondisi persalinan yang menyebabkan dokter biasanya mengambil tindakan induksi. Pertama adalah jika umur kehamilan sudah melewati hari perkiraan lahir (HPL) selama satu hingga dua minggu. Kedua, jika ibu hamil mengalami kondisi-kondisi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika kehamilan terus berlanjut, misalnya hipertensi, infeksi, pre-eklampsia, atau diabetes. Ketiga, jika air ketuban sudah pecah namun belum terjadi kontraksi secara alami.

Baca juga: Mengenal Pre-eklampsia, Penyebab Wafatnya R.A. Kartini

 

Saya sendiri melahirkan anak saya lewat proses induksi. Sebab kehamilan saya sudah masuk minggu ke-41, namun saya belum menunjukkan tanda-tanda persalinan. Seperti yang sudah disebutkan, salah satu cara untuk menginduksi persalinan adalah dengan penggunaan jenis obat tertentu. Obat-obat tersebut berfungsi untuk merangsang terjadinya kontraksi rahim, serta ‘mematangkan’ mulut rahim (serviks).

 

Penasaran apa saja obat yang dapat digunakan untuk induksi persalinan? Bagaimana obat tersebut diberikan, dan efek yang akan ditimbulkan? Berikut adalah 2 obat yang paling sering digunakan dalam induksi persalinan.

 

Oksitosin (oxytocin)

Oksitosin adalah nama generik salah satu obat yang sering digunakan dalam induksi persalinan. Di Indonesia sendiri, oksitosin tersedia dalam berbagai merek dagang. Namun, semuanya tersedia dalam bentuk cairan injeksi di kemasan ampul dengan kekuatan 10 International Unit (IU) tiap mililiter.

 

Obat ini bekerja menstimulasi kontraksi otot polos yang ada di uterus atau rahim. Sehingga diharapkan mulut rahim akan membuka untuk jalan lahir. Oksitosin diberikan melalui injeksi atau infus, lewat pembuluh darah vena (intravena), dan dapat juga diberikan lewat injeksi ke dalam otot (intramuskular). Jika oksitosin diberikan melalui infus, maka harus digunakan suatu alat bernama infusion pump untuk mengatur kecepatan infus sesuai yang diinginkan.

 

Setelah masuk ke peredaran darah lewat jalur intravena, efek rangsangan kontraksi rahim akan terjadi dalam waktu yang sangat cepat, yaitu kurang dari 1 menit! Jadi bersiaplah merasakan sensasi kontraksi sesaat setelah infus diberikan. Adapun jika infus dihentikan, efek kontraksinya masih bisa terasa hingga 1 jam kemudian.

Baca juga: Fakta Menarik Seputar Obat Suntik

 

Selama pemberian oksitosin, tentunya ada beberapa parameter, baik dari ibu maupun janin, yang akan dipantau secara berkala, yaitu denyut jantung janin serta frekuensi dan durasi kontraksi yang dialami oleh ibu.

 

Pada saat saya mengalami induksi persalinan, oksitosin inilah yang digunakan sebagai obat induksi. Selama pemberian infus berlangsung, setiap beberapa saat bidan yang mendampingi akan mengecek denyut jantung janin saya dengan suatu alat, serta menanyakan seberapa sering saya merasakan kontraksi. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan dalam untuk mengetahui kondisi bukaan mulut rahim.

 

Pada beberapa jam awal pemberian infus, kontraksi yang saya rasakan masih ringan. Namun memasuki jam keempat pemberiannya, kontraksi yang terjadi makin meningkat intensitas nyerinya, serta dengan frekuensi yang semakin sering pula.

 

Saya sih merasakan nyeri kontraksi yang terjadi seperti nyeri kram saat sedang menstruasi, namun dengan intensitas yang berlipat-lipat ganda! Meskipun malu mengakuinya, tapi saya memang sampai berteriak saking merasakan sakitnya!

 

Sebaiknya Mums jangan mengikuti saya, ya. Lebih baik Mums mengatur napas untuk mengatasi kontraksi yang datang, ketimbang berteriak kesakitan karena akan menghabiskan energi!

 

Selain digunakan untuk menginduksi persalinan, oksitosin juga digunakan pada periode postpartum atau setelah kelahiran terjadi, untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.

 

Misoprostol

Obat lain yang sering digunakan dalam menginduksi persalinan adalah misoprostol. Sebenarnya, misoprostol adalah obat yang digunakan untuk mengatasi ulkus (luka) pada lambung dan usus dua belas jari akibat efek samping penggunaan obat golongan anti inflamasi non-steroid (NSAID). Namun karena misoprostol juga memiliki efek merangsang kontraksi rahim atau uterus, maka banyak digunakan off label dalam induksi persalinan.

 

Berbeda dengan oksitosin yang berbentuk injeksi dan harus disuntik, misoprostol tersedia dalam bentuk tablet dan dapat diberikan melalui mulut (diminum) ataupun ditempatkan di vagina. Pada penggunaan misoprostol, juga akan dipantau denyut jantung janin secara berkala serta frekuensi kontraksi yang terjadi.

 

Misoprostol tidak dapat diberikan sebagai induktor persalinan pada ibu hamil yang sebelumnya pernah melahirkan melalui operasi Caesar, karena penggunaan misoprostol pada kondisi ini dapat menyebabkan uterine rupture.

Baca juga: Manakah yang Lebih Baik, Persalinan Normal atau Caesar?

 

Itulah 2 obat yang digunakan dalam induksi persalinan, yaitu oksitosin dan misoprostol. Masing-masing obat memiliki karakter masing-masing, sehingga pemilihan obat yang akan digunakan serta dosisnya akan sangat bergantung pada kondisi masing-masing pasien. Namun keduanya memiliki tujuan yang hampir sama, yakni merangsang terjadinya kontraksi rahim dan pematangan mulut rahim agar persalinan dapat terjadi. Bila Mums suatu saat melakukan induksi persalinan, selalu bicarakan dengan dokter atau bidan yang menangani mengenai opsi yang akan diambil dalam menginduksi. Salam sehat!