Halo, Mums! Finally ya setelah berminggu-minggu mengandung si Kecil, akhirnya bayi yang saya tunggu-tunggu keluar juga dari tempatnya alias dari perutku. ????

 

Saya ingin sedikit sharing mengenai kehamilan kedua ini. Jujur, kehamilan saya yang kedua ini tidak direncanakan, tapi bukan juga karena kebobolan. Karena setelah melahirkan anak pertama, suami dan saya tidak mengambil keputusan untuk melakukan KB (Keluarga Berencana).

 

Jadi, terserah rezekinya saja kapan mau diberikan anak kedua. Dikasih cepat ya tidak apa-apa, biar bisa capai sekalian. Namun, jika diberi agak lama ya juga tidak apa-apa. Berarti memang belum diberi kesempatan aja. Ternyata di luar prediksi, saya hamil lagi pada saat anak pertama baru berumur 7 bulan.

 

Saya bersyukur bisa diberikan anak lagi secepat itu. Karena saya sendiri juga kepingin mengurus anak sekaligus, biar sekalian capai seperti kata orang zaman dulu. Hanya saja, perjalanan selama saya hamil anak kedua tidak semulus ketika mengandung anak pertama.

Baca juga: Penuhi 7 Zat Gizi Ini saat Hamil Jika Ingin Anak Cerdas!

 

Pada waktu hamil anak pertama, mual yang saya alami tidak sedahsyat kehamilan saya yang kedua. Di kehamilan kedua ini, saya sampai harus bed rest berkali-kali, bahkan sampai mengeluarkan flek di awal kehamilan. Mungkin bisa jadi karena faktor saya kecapaian, sebab saya mengurus pekerjaan rumah dan keluarga sendirian. Saya pun tidak memakai jasa nanny ataupun ART (Asisten Rumah Tangga). Belum lagi, saya juga jauh dari keluarga, karena suami ditugaskan kerja di luar kota.

 

Lalu selama masa kehamilan yang kedua ini, saya lebih sering moody. Mood saya naik-turun, sehingga emosi jadi tidak stabil. Selain itu, karena merasa sudah punya pengalaman mengandung anak pertama, saya jadi jarang memeriksakan kandungan ke dokter selama trimester pertama dan kedua.

 

Saya jadi tidak terlalu memantau perkembangan janin dan berat badan saya, sehingga menyebabkan saya selalu kekurangan berat badan setiap kontrol ke dokter kandungan. Jadi setiap periksa, pasti dokter bilang kalau berat janin saya selalu kurang. Saya mesti makan banyak. Sampai saya paksa untuk makan banyak pun tetap saja selalu dibilang berat janinnya kurang, karena tidak sesuai dengan umur kandungan saya.

 

Karena saya penasaran dengan jenis kelamin anak yang kedua, akhirnya saya memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan yang menggunakan fasilitas USG 4D. Ternyata setelah dicek, saat itu usia kandungan saya masih sekitar 20 minggu, kondisinya baik-baik saja. Sampai bulan berikutnya pun kondisi janin saya baik-baik semua.

Baca juga: Yuk, Rawat Gigi Ibu Hamil dan Anak Sejak Dini!

 

Kemudian saya berkonsultasi dengan dokter kandungan yang lain, hasil dari rekomendasi teman yang dulunya pernah periksa sama dokter tersebut, karena suami maunya saya melahirkan menggunakan jasa BPJS. Namun, hasil yang didapat saat saya diperiksa malah membuat stres dan menyebabkan berat badan saya berada di angka yang itu-itu saja.

 

Saat periksa, saya diindikasikan mengalami plasenta previa. Ari-ari atau plansenta saya menutupi setengah jalan lahir, sehingga saya akan kesulitan bahkan tidak bisa melahirkan secara normal. Karena kehamilan pertama saya sudah melahirkan secara normal, jadi saya berharap bisa melahirkan normal lagi untuk anak kedua.

 

Sampai usia kandungan saya menginjak 36 minggu, dokter masih saja mengatakan kalau posisi ari-ari saya masih di bawah alias menutupi jalan lahir. Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke dokter kandungan saya yang pertama. Ternyata, saat dicek tidak ada indikasi plasenta previa sama sekali.

 

Beliau mengatakan, kalau memang ada seharusnya dari usia kandungan 4 bulan sudah terlihat. Rasanya lega banget mendengar hal itu, sebab 2 dokter sebelumnya berkata ari-ari saya menutupi jalan lahir atau plasenta previa, sehingga tidak bisa melahirkan secara normal.

Baca juga: Siapa Bilang Wanita dengan Skoliosis Tidak Bisa Hamil?
 

Setelah masalah plasenta previa selesai, ternyata saya punya kendala di berat janin yang pertumbuhannya sangat lambat. Seharusnya di usia 37 minggu beratnya sudah mencapai 2,8 kg. Namun, dokter mengatakan kalo berat janin masih 2,2 kg. Tidak sesuai dengan usia kandungan saya. Jadi, saya harus mengejar ketinggalannya.

 

Bahkan dokter menyarankan agar saya diopname, untuk mengetahui mengapa berat janin tidak kunjung naik. Namun, saya menolak untuk diopname. Karena pada saat itu, si Koko tidak ada yang jaga. Belum lagi mama saya sedang sakit, kakak saya lagi berangkat keluar kota selama 1 minggu, dan suami yang belum bisa cuti.

 

Jadi, saya mencoba berbagai macam cara agar berat badan saya naik. Saya memperbanyak makan, mulai dari makan cokelat, es krim, keju, minum susu, sampai yang tidak keruan. Jam makan juga saya tambah, 5-6 kali makan dalam sehari. Itu pun belum termasuk makan camilan.

 

Puji Tuhan, waktu saya cek lagi di usia kandungan 38 minggu, berat badan saya naik 3 kg. Namun, berat janin hanya naik 200 gr, menjadi 2,4 kg saja. Dokter tidak lagi menyarankan untuk rawat inap, karena kondisi janin saya sudah bertambah. Meski begitu, dokter mengatakan setidaknya berat badan janin yang aman untuk dilahirkan adalah sekitar 2,5-3,5 kg. Jadi, setidaknya saya cuma butuh 100 gr lagi untuk menaikkan berat sang Janin.

 

Setelah masalah berat janin, timbul lagi masalah yang baru. Sudah mendekati hari perkiraan lahir (HPL), gejala atau tanda-tanda persalinan tidak saya rasakan sama sekali. Saya mencoba berbagai cara untuk merangsang kontraksi, mulai dari jalan kaki setiap pagi, siang, dan sore, hingga di dalam rumah sebelum tidur selama 30 menit.

 

4 Mitos seputar perawatan bayi - guesehat.com

 

Naik-turun tangga sampai mengepel sambil berjongkok pun saya lakukan, tapi saya tidak sedikit pun merasakan kontraksi. Usia kehamilan hampir 42 minggu pun tanda-tanda persalinan tidak kunjung datang. Akhirnya, saya diinduksi. Untung saja proses persalinan berjalan sangat cepat setelah diinduksi. Bayi saya pun lahir dengan selamat dan melalui persalinan normal. Berat badannya 3, 2 kg. Saya juga tidak mengalami perdarahan hebat.

 

Tanda Hamil Anak Kedua

Mengetahui bahwa Mums dipercaya untuk hamil kembali tentu amat membahagiakan, ya! Dan, mungkin Mums bertanya-tanya, apa saja yang berbeda dari kehamilan sebelumnya? Apakah tanda hamil anak kedua dan apakah akan lebih mudah menjalaninya dibandingkan hamil anak pertama?

 

Di kehamilan pertama, Mums mungkin akan lebih khawatir terhadap banyak hal serta akan kaget dengan perubahan yang terjadi selama hamil dan setelah si Sulung lahir ke dunia. Namun, bukan berarti kehamilan kedua tidak dipenuhi oleh kejutan!

 

Mums mungkin akan merasakan perbedaan tanda hamil anak kedua dengan hamil anak pertama. Beberapa ibu hamil mengaku perut mereka lebih cepat membesar. Ini kemungkinan dikarenakan otot-otot di perut sudah pernah merenggang sebelumnya.

 

Tanda hamil anak kedua berikutnya ialah Mums akan merasakan si Kecil bergerak atau menendang lebih cepat. Karena Mums sudah pernah merasakan sensasi tersebut sebelumnya, maka di kehamilan kali ini Mums akan bisa langsung mendeteksi pergerakan si Kecil.

 

Apabila Mums tidak mengalami morning sickness alias mual dan muntah di kehamilan pertama, belum tentu Mums akan terlepas dari keluhan ini di kehamilan kedua. Bisa jadi Mums malah akan mengalaminya di kehamilan yang sekarang. Sedangkan jika Mums mengalami morning sickness di kehamilan pertama, maka bisa jadi mual dan muntah yang Mums alami akan lebih parah di kehamilan anak kedua!

 

Selain Mums akan lebih sering mengalami braxton hicks atau kontraksi palsu, tanda kehamilan anak kedua lainnya yaitu Mums akan lebih lelah dibandingkan hamil anak pertama. Pasalnya, selama menjalani kehamilan kedua, Mums akan mengasuh sang Kakak. Jadi, pikiran dan tenaga akan terbagi dua.

 

Kondisi Mental di Kehamilan Kedua

Secara mental, Mums cenderung lebih santai menghadapi kehamilan kedua. Namun, waktu untuk menikmati masa kehamilan akan lebih sedikit dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya sebab Mums juga sambil mengasuh si Sulung.

 

Persiapan Persalinan Anak Kedua

Selama menjalani kehamilan anak kedua hingga waktu persalinan tiba, Mums tidak boleh menyepelekan kontrol kehamilan. Walaupun mungkin pada kehamilan pertama semua baik-baik saja dan lancar, setiap kehamilan memiliki kondisi yang berbeda-beda. Jadi, tidak ada ruginya untuk rutin melakukan control demi sang Buah Hati.

 

Mums boleh saja mengajak si Kakak ketika kontrol kehamilan. Ini bertujuan agar ia merasa terlibat dan tidak disisihkan karena calon adiknya sebentar lagi akan hadir. Bawalah camilan, mainan, dan buku favoritnya supaya ia tidak bosan menunggu.

  

Untuk tanda hamil anak kedua terkait persalinan, proses pembukaan serta melahirkan biasanya lebih cepat dibandingkan dengan hamil anak pertama. Pada ibu baru, fase pembukaan biasanya rata-rata berlangsung sekitar 8 jam. Namun bagi ibu yang sudah memiliki anak, rata-rata fase pembukaan berlangsung selama 5 jam. Sedangkan proses persalinan biasanya berlangsung kurang dari 2 jam. Beda dengan ibu baru yang harus menghadapinya selama sekitar 3 jam.

 

Menyiapkan Diri Mengasuh si Kakak dan si Adik

Mengasuh si Kakak sekaligus si Adik yang baru lahir memang sangat menantang, terutama jika si Kakak masih berusia di bawah 3 tahun. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meringankan tugas Mums:

  • Mintalah bantuan kepada keluarga untuk menyiapkan makanan keluarga selama Mums sedang memulihkan diri. Jadi, Mums tidak perlu kerepotan berada di dapur dalam waktu yang lama. Waktu tersebut bisa dialokasikan untuk mengasuh si Kakak dan si Adik serta beristirahat.
  • Jika selama ini si Kakak terbiasa tidur dengan Mums, mulailah untuk melakukannya bergantian dengan Dads. Dengan begitu, Mums bisa lebih fokus mengasuh si Adik.
  • Ada beberapa buku anak-anak yang berisi tentang kakak dan adik. Bacakan ini untuk si Kakak supaya ia memahami konsep kehadiran adiknya dalam keluarga.

 

Lalu bagaimana dengan proses menyusui? Apabila Mums tidak berhasil menyusui anak pertama, sebuah studi mengungkapkan bahwa ASI akan lebih mudah keluar setelah melahirkan anak kedua. Jadi, cobalah untuk menyusui si Adik.

 

Tips untuk Mums yang Sedang Hamil Anak Kedua

Inilah beberapa tips untuk Mums yang sedang hamil anak kedua sekaligus merawat anak pertama:

 

  1. Minta bantuan

Adakah orang-orang di sekitar Mums yang bisa dipercaya untuk membantu mengurus sang Kakak ketika Mums me time bersama si Adik yang masih di dalam kandungan? Jika Mums ibu rumah tangga, mintalah bantuan Dads untuk mengasuh si Kecil sepulang ia bekerja.

 

Alih-alih sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, lakukanlah me time, seperti istirahat, membaca buku, menekuni hobi, atau minum teh hangat sambil mendengarkan musik. Jika perlu, keluarlah sebentar dari rumah untuk menyegarkan pikiran dengan minum secangkir kopi di coffee shop, mengunjungi rumah teman, pergi ke salon, atau nonton di bioskop.

 

Jika Mums ibu bekerja, maka mintalah cuti setengah hari atau pergi makan siang ke restoran favorit. Mums juga bisa menitipkan si Kecil di daycare dan mengambil cuti seharian untuk memanjakan diri di spa atau tidur siang dengan tenang.

 

  1. Jangan skip minum vitamin dan suplemen

Pasanglah alarm di handphone kapan waktunya minum vitamin D atau suplemen asam folat. Dengan begitu, Mums tidak akan skip dan minum tepat waktu. Jauhkan obat-obatan dari jangkauan si Kakak, tetapi masih terlihat oleh mata Mums agar mudah ditemukan saat akan dikonsumsi.

 

  1. Pilih belanja online

Berbelanja kebutuhan ibu hamil dan si Adik secara online akan membantu Mums. Mums tidak perlu repot-repot menghadapi kemacetan, mengajak si Kakak berbelanja, dan tentunya menghemat tenaga. Tinggal duduk di rumah, barang sudah sampai!

 

  1. Olahraga!

Cobalah untuk berolahraga setiap hari. Ada banyak caranya, seperti berjalan kaki di sekitar rumah, mengajak si Kakak bermain di taman, dan membersihkan rumah.

 

  1. Tidur lebih cepat

Memang rasanya mengasyikan bermain media sosial atau menonton film sampat larut malam. Namun, riset mengatakan hal tersebut akan mempersulit Mums untuk terlelap. Padahal, tidur yang cukup dan berkualitas mampu meningkatkan kadar energi di dalam tubuh dan kondisi mental Mums dalam menghadapi kehamilan anak kedua. (AS)

 

Sumber:

Tommy's: How does a second pregnancy differ from the first?