Salah satu keluhan yang umum dialami saat hamil adalah sakit kepala. Menurut Roger W., penulis buku Mayo Clinic Guide To a Healthy Pregnancy Harms, ternyata sakit kepala merupakan kondisi yang wajar dialami ibu hamil, khususnya yang memasuki trimester 1 dan 3. Pada trimester pertama, kemungkinan besar penyebab sakit kepala adalah perubahan hormon yang drastis disertai dengan peningkatan volume darah. Kemudian, seiring perkembangan janin juga dapat memicu sakit kepala, khususnya pada trimester ketiga. Terlebih jika kondisi Mums sedang tidak fit seperti kelelahan atau kurang tidur, semakin dapat memicu timbulnya sakit kepala.

 

Nah, sekarang bagaimana keadaan Mums? Apakah sakit kepala yang muncul bersifat tidak wajar dan tidak dapat ditahan atau masih dalam keadaan normal? Sebab, hati-hati dengan gejala pre-eklampsia.

 

Apa Itu Pre-eklampsia?

Pre-eklampsia merupakan istilah medis untuk kondisi komplikasi pada ibu hamil. Kondisi ini ditandai dengan gejala sakit kepala hebat akibat tekanan darah tinggi, sesak napas, berkurangnya volume urine akibat kerusakan pada ginjal yang disebabkan tingginya protein dalam urine, gangguan penglihatan, serta rasa mual dan muntah. Gejala ini biasa terjadi pada minggu ke-20 (tepatnya minggu ke 24-26 masa kehamilan). Jika tak segera ditangani, pre-eklampsia akan menjadi eklampsia atau kondisi komplikasi yang lebih serius, bahkan dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.

 

Eklampsia biasanya ditandai dengan kejang-kejang atau kontraksi otot pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan kematian seketika pada janin. Cukup banyak ibu hamil yang mengalami kematian saat hamil akibat penyakit ini, dan di Indonesia salah satunya yaitu Ibu R.A. Kartini. Bahkan, menurut Lembaga Kesehatan Internasional, pre-eklampsia dan eklampsia menyumbang 14% dari semua penyebab kematian pada kehamilan.

 

Faktor Penyebab Pre-eklampsia

Terdapat beberapa kondisi pemicu terjadinya komplikasi saat kehamilan, tetapi berbagai kondisi berikut merupakan yang paling serius untuk berkembang menjadi pre-eklampsia. 

  • Kehamilan pertama, terlebih kurangnya pengalaman baik dari segi pengetahuan maupun kondisi tubuh dengan perubahan yang terjadi dapat memicu terjadinya pre-eklamsia.
  • Pengalaman akan pre-eklampsia di kehamilan pertama atau sebelumnya.
  • Mengidap berbagai penyakit, khususnya penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal.
  • Janin lebih dari satu.
  • Hamil setelah berganti pasangan.
  • Kehamilan dengan jeda lebih dari 10 tahun.
  • Usia ibu di atas 40 tahun ketika sedang mengandung.
  • Menderita obesitas saat hamil.
  • Adanya faktor keturunan mengidap pre-eklampsia. 

 

Cegah Sebelum Terlambat!

Sekilas memang pre-eklamsia terdengar menakutkan, tetapi jika Mums tahu cara pencegahannya maka akan lebih baik, khususnya demi keselamatan ibu dan sang Janin. Kemudian, bagaimana cara pencegahannya? Pre-eklampsia yang sering ditandai dengan gejala sakit kepala sebenarnya dapat ditangani dengan cara sederhana. Kunci utamanya, jangan panik Mums! Pastikan jika Mums tidak terlalu stres memikirkannya, sebab hal tersebut dapat semakin memicu gejala pre-eklampsia.

 

Pertama, cobalah untuk mendiagnosis apakah jenis sakit kepala tersebut termasuk ringan atau berat. Sakit kepala ringan merupakan hal yang sangat umum dialami ibu hamil, tetapi sakit kepala berat yang tak tertahankan bisa dikatakan sebagai awal munculnya penyakit lain.

 

Kedua, berkonsultasilah dengan bidan atau dokter kandungan jika Mums ragu dengan diagnosisnya. Jika dokter memprediksi pre-eklampsia, akan segera dilakukan berbagai tindakan. Dimulai dengan melakukan pengukuran tekanan darah, kemudian uji Ultrasonografi Fetus atau mengukur berat janin dan disesuaikan dengan jumlah air ketuban. Setelah itu, akan dilakukan analisis darah, analisis urine, dan NST (Non Stress Test) atau mengukur detak jantung janin saat bergerak di dalam kandungan.

 

Dan ketiga, ikuti saran ahli medis. Mums tidak perlu mengonsumsi berbagai macam obat khususnya obat-obatan yang dijual bebas di pasaran untuk mengurangi sakit kepala. Hal yang perlu dilakukan adalah banyak beristirahat. Jangan tidur larut malam, banyak mengerjakan pekerjaan berat, ataupun memaksa diri untuk melakukan hal yang tak mungkin dilakukan oleh ibu hamil, seperti olah raga fisik dan mengangkat beban yang berat. Namun, jika disarankan untuk mengonsumsi obat-obatan, biasanya Mums akan diberikan resep untuk obat seperti antihipertensi, kortikosteroid untuk meningkatkan kinerja liver dan trombosit, dan antikonvulsan untuk mencegah terjadinya kejang-kejang atau kontraksi pada otot.

 

Kemudian yang tak kalah penting, tahukah Mums jika sakit kepala kerap terjadi karena kondisi tubuh yang dehidrasi? Maka dari itu, jika Mums mulai merasakan sakit kepala, cobalah untuk banyak mengonsumsi air mineral (lebih baik yang hangat atau bersuhu ruangan) disertai dengan konsumsi banyak serat dari buah dan sayuran segar.  (BD/OCH)