Saat seorang wanita sudah memutuskan hamil, maka harus bersiap dengan segala kemungkinan. Meskipun dengan pemeriksaan rutin sejak awal kehamilan, berbagai komplikasi bisa dihindari, namun kadang kita tidak dapat menduga apa yang akan terjadi ketika akan melahirkan. Terdapat beberapa kondisi yang akan terjadi dan berpotensi untuk membahayakan nyawa Mums maupun janin saat persalinan, termasuk masalah di plasenta.

 

Baca juga: Plasenta Sirkumvalata, Kelainan Bentuk Plasenta yang Menyulitkan Kehamilan

 

 

Berikut ini beberapa kondisi plasenta yang mungkin terjadi saat persalinan:

1. Retensio Plasenta

Plasenta atau sering disebut ari-ari adalah sebagai penyalur oksigen dan nutrisi untuk janin sekaligus untuk membuang zat sisa dari apa yang dikeluarkan janin. Selain itu, plasenta juga dapat berfungsi untuk menghalangi infeksi internal, dan memproduksi hormon yang dibutuhkan selama kehamilan.

 

Pada kondisi normal, plasenta akan menempel pada bagian atas dinding rahim atau bagian samping rahim. Plasenta memiliki tali pusat atau umbilical cord yang menghubungkan Mums dan janin.

 

Plasenta akan keluar setelah bayi dilahirkan, di mana Mums akan mengalami kontraksi sekitar 30 menit setelah bayi dilahirkan. Sayangnya, hal itu kadang tidak dialami oleh semua Mums. Kadang, ada beberapa Mums yang mengalami kesulitan untuk mengeluarkan plasenta.

 

Jika plasenta masih tertinggal di dalam rahim Mums selama lebih dari 30 menit setelah melahirkan, kondisi tersebut dinamakan retensio plasenta. Menurut The National Institute for Health and Care Excellence (NICE), retensio placenta adalah kondisi tertinggalnya plasenta yang tak kunjung keluar selama lebih dari 30 menit dengan cara dirangsang, atau lebih dari satu jam dengan cara alami. Retensio plasenta yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi, seperti infeksi dan perdarahan.

 

Baca juga: Ini yang Harus Mums Ketahui tentang Plasenta atau Ari-ari!

 

Retensio plasenta memiliki beberapa jenis atau tipe dengan masing-masing penyebab yang yang berbeda, di antaranya:

 

Plasenta adheren

Kondisi ini termasuk kondisi yang paling umum terjadi. Plasenta adheren adalah kondisi dimana Mums tidak mengalami cukup kontraksi setelah melahirkan. Walaupun rahim sudah berkontraksi, tapi seluruh bagian plasenta tetap menempel pada rahim

 

Plasenta terjebak

Kondisi ini terjadi ketika plasenta sudah keluar dari dinding rahim namun tidak dapat keluar dari dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi karena plasenta terjebak di dinding rahim (serviks) dan mulai menutup sesaat setelah bayi sudah dilahirkan.

 

Plasenta Akreta

Kondisi ini bukanlah kondisi yang sering terjadi pada Mums, namun perlu diwaspadai. Plasenta akreta adalah kondisi dimana plasenta menempel pada otot dinding rahim. Bukan dinding rahimnya. Hal ini dapat membuat proses melahirkan menjadi sulit, selain itu dapat menyebabkan pendarahan hebat saat melahirkan.

 

Tindakan yang Dilakukan

Jika terjadi infeksi atau perdarahan saat melahirkan akibat plasenta yang tidak kunjung keluar, Mums bisa mencoba merangsang kontraksi alami dengan menyusui bayi segera. Selain menyusui, Mums dapat melakukan cara lain seperti jongkok (squat) agar mendorong plasenta keluar.

 

Jika plasentai tidak kunjung keluar, biasanya dokter akan melakukan beberapa cara untuk mengeluarkanya, seperti:

  • Memberikan suntikan khusus untuk membuat rahim berkontraksi lebih kuat sehingga plasenta bisa segera keluar dan mencegah perdarahan. 
  • Dikeluarkan dengan cara dibantu. Sebelumnya dokter akan memberikan anestesi spinal atau epidural untuk mengurangi rasa sakit pada Mums.

 

Baca juga: 5 Gangguan Plasenta yang Bisa Dideteksi Melalui USG